Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Barunang II, Kapuas Hulu, Kapuas
desa di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Barunang II adalah salah satu Desa yang ada diwilayah Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan Titik Koordinat ada di : ±00°51′ 28.6″ S dan 113°48′ 15.69″ E, jarak Desa Barunang II ke ibukota Kecamatan Sei Hanyo jika melalui Kuala Kurun menurut perhitungan Google Maps ada sekitar 151 km sedangkan jika melalui jalan P2D 55 km (berikut lampiran peta jalur tempuh darat). Sedangkan, jarak dari Desa Barunang II sendiri menuju Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah yaitu Kota Palangkaraya adalah sejauh 266 km. Lagi untuk menuju ibukota Kabupaten Kapuas sendiri dengan titik pertemuan di Kantor Bupati Kapuas jarak desa ini sejauh 407 km menurut google maps. Memang pantauan Pemdes selama ini jarak tempuh yang jauh dan lama ini sesuai dengan waktu yang sering mereka tempuh dalam urusan administrasi di Kabupaten atau di Ibukota Kecamatan Kapuas Hulu itu sendiri.
Secara geografis, Desa Barunang II berbatas dengan :
Sebelah Utara : Desa Masukih (Kecamatan Miri Manasa)
Sebelah Selatan : Desa Mampai Jaya (Kecamatan Kapuas Hulu)
Sebelah Barat : Desa Tbg. Beren (Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas)
Sebelah Timur : Desa Lawang Tamang (Kecamatan Mandau Talawang) dan Desa Hurung Tampang.
Dari segi sejarah; Desa Barunang II memiliki sejarah yang tua dan memiliki corak tersendiri dalam catatan sejarah. Hanya saja sayang semua cerita dan peninggalan sejarah desa ini tidak digali dan dicatat secara layak. Sejak 2016 sampai sekarang ketika RPJMDesa ini ditulis telah banyak tua-tua kampung yang meninggal dunia, sedang cerita sejarah desa ini juga banyak terkubur bersama mereka.
Tim Penyusun RPJMDesa hanya berhasil mengumpulkan sedikit cerita peninggalan sejarah terkait desa ini lalu mencocokkannya dengan catatan sejarah desa yang dulu pernah di kumpulkan juga oleh Tim Penyusun RPJMDesa pada akhir tahun 2015 (kurang lebih 9 tahun lalu) sedang situs-situs peninggalan sejarah desa juga semakin hancur ditelan oleh waktu dan tertutupi oleh semak belukar.
Melalui wawancara dengan sisa-sisa penatua-penatua desa dan catatan RPJMDesa yang lama, cerita ini jika digali lebih dalam berawal dari kisah berusia 300 tahun silam. Dihitung dari 2015 yaitu sampai pada tahun ±1700, diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut dan semakin terdegradasi nilai aslinya karena ingat-ingatan seseorang yang juga terus menurun tiap tahun.
Tetapi berdasarkan fakta, bukti situs peninggalan, dan beberapa catatan tua Tim RPJMDesa berhasil mengaitkan sedikit kesamaan dan mencocokkan dengan data yang ada, sehingga kami berhasil merangkum cerita ini sebagai bagian dari corak sejarah Desa Barunang II, Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas.
Sekitar 300 tahun lalu atau sekitar tahun ±1700 wilayah pemukiman penduduk di Hulu Sungai Sirat ini telah dihuni oleh penduduk Suku Dayak dari rumpun Ot Danum; Sebelum disebut sebagai Desa Barunang II, kampung ini telah 3 kali berpindah tempat (lokasi).
Dari situs sejarah yang dicatat Tim Penyusun RPJMDes, situs lokasi perkampungan Pertama kenal masyarakat Barunang II sekarang dengan sebutan: “Kaleka Betang Tumbang Mahanya” yang saat itu pernah dipimpin oleh Pangkalima Tompok dan Kanjok, lalu beberapa ratus tahun pun berlalu.
Kemudian di situs sejarah perkampungan yang Kedua adalah di Daerah Tumbang Mirat yang pernah dipimpin oleh : “Nyai Tunding” (sampai saat ini ada tanda peninggalan zaman belanda di daerah ini juga) juga di daerah perkampungan kedua ini masyarakat sering mendulang bekas-bekas reruntuhan di situs sejarah ini untuk mencari peninggalan leluhur juga. Ada banyak dari masyarakat yang menemukan mata gelang adat dayak yang dikenal dengan nama Manas Sambelum, atau ada juga yang menemukan Pecahan uang Ringgit kuno terbuat dari perak dengan pinggir bergerigi.
Ada juga masyarakat yang menemukan beberapa koin Wilhelmina der Nederlanden yang pertama kali dikeluarkan tahun 1892 oleh Pemerintah Belanda dengan nama resmi uang Gulden. Sedangkan, yang ditemukan oleh masyarakat sendiri adalah mata uang 1 Gulden Wilhelmina, ½ Gulden Wilhelmina, 2½ Gulden. Dengan adanya bukti koin ini Tim Penyusun RPJMDesa memperkirakan situs perkampungan kedua dalam awal sejarah Desa Barunang II berdiri mungkin sekitar tahun 1930 ke atas, karena uang 1 Gulden Wilhelmina yang resmi digunakan di Hindia Belanda (Indonesia), terbuat dari perak (720/1000), diameter 28 mm dikeluarkan Pemerintah Hindia Belanda secara resmi tahun 1922, lalu sampai ke Indonesia apalagi ke hulu sungai Kapuas tentunya memerlukan waktu bertahun-tahun.
Selain itu ada juga sisa-sisa peninggalan kayu ulin (tiang betang) yang di dapati di situs itu, jadi memang kemungkinan situs perkampungan kedua diperkirakan ada sekitar tahun 1930 ke atas atau sekitar 94 tahun lalu. Sekali lagi tahun pastinya tidak dapat di dapatkan karena tidak ada penelitian akademik yang jelas sampai saat ini. Mungkin saja lebih tua atau lebih muda lagi.
Hal lain yang menarik juga ditemukan oleh Tim RPJMDesa di lokasi situs kedua perkampungan Barunang II adalah adanya tempat galian yang dibuat nenek moyang kami zaman dahulu untuk pemandian kerbau. Tempat ini menarik menilai karena Lokasi topografis desa ada di daratan tinggi yang sangat jarang memiliki rawa, sehingga nenek moyang kami dahulu harus membuat kolam khusus untuk tempat pemandian kerbau yang mereka pelihara.
Dari situs kedua, kita sekarang berpindah lagi ke Situs ketiga di mana penduduk Barunang II dahulu pernah menetap. Tempat ini dikenal dengan nama : “Lawang Owang” yang dipimpin oleh seorang Pangkalima gagah bernama Singa Kandam. Di situs ini Tim Penyusun RPJMDesa juga mendapati bekas-bekas seperti Rumah Betang atau disebut Huma Hai (Rumah Besar) yang mana masyarakat biasa tinggal bersama dalam 1 rumah ini. Ada juga di dapati sapundu, sandung, teras dan lain sebagainya di situs ketiga ini.
Menurut penuturan penatua-penatua di Desa Barunang II, di situs ketiga ini dahulu sempat ada serangan penyakit sampar (wabah penyakit) sehingga banyak warga kampung meninggal dunia dalam waktu singkat. Hal itu di perparah juga dengan adanya serangan kolonial semut yang begitu luar biasa. Di Hutan Kalimantan zaman itu jika ada wabah semut menyerang tidak ada yang dapat mencegahnya, sebab semut yang datang bukan semut biasa tetapi adalah semut peluru hitam yang sangat mematikan, karena satu gigitan seekor semut itu rasanya seperti disengat oleh kalajengking.
Hal ini menyebabkan warga kampung harus meninggalkan situs kaleka Lawang Owang dan berpindah ke bagian hilir (ngawa) di hulu sungai sirat. Kemudian kampung baru ini diberi nama Kampung Barunang Sirat, karena lokasinya yang masih di daerah Das Sungai Sirat tetapi juga dekat dengan anak sungai sirat yang diberi nama Sungai Barunang.
Setelah itu muncul lah kehendak dan mufakat para penduduk kaleka lawangowang untuk pindah tempat, sehingga memilih hilir (ngawa) dari lawang owang yaitu diberi nama Barunang sirat karena Barunang masih dalam jalur sungai sirat dekat anak sungai yang diberi nama sungai Barunang seberang desa Barunang sampai sekarang.
Tahun demi tahun Barunang semakin bertambah jiwa/penduduknya sehingga dijadikan Desa Depenitif oleh Pemerintah Kabupaten Kapuas yang diberi nama Desa Barunang II, karena Desa Barunang I terletak di wilayah sungai kuatan Kabupaten Kapuas (Kapuas Tengah);
Berikut Nama-nama Kepala Desa Barunang II dari awal berdirinya Pemerintaha Desa Barunang II, kecamatan Kapuas hulu, Kabupaten Kapuas :
1. SINGA BANGUN : Dari tahun 1945 - 1957
2. TORANG ANGIS : Dari tahun 1957 - 1977
3. JUNGANSON : Dari tahun 1977 - 1978
4. SINAR J. SANGEN : Dari tahun 1978 - 1991
5. USIS S. JANGKANG : Dari tahun 1991 - 2000
6. CORNELIS MIDEN : Dari tahun 2000 - 2005
7. MURIS U. HANYI : Dari tahun 2005 - 2015
8. SUBADUDUS : Pj. (Penjabat sementara dari kecamatan) 1 tahun
9. SAMUEL : Dari tahun 2016 - 2021
10. DWI ASTUTIK, Amd. Keb : Pj. (Penjabat sementara dari kecamatan) 1 tahun
11. SAMUEL : 2023 - Sekarang
Mayoritas masyarakat asli desa Barunang II sendiri adalah suku dayak ngaju (U’ut Danum) yang berasal dari 2 (dua) DAS besar yaitu dari Tewah (DAS Kahayan) dan Sungai sirat (DAS Kapuas), dan hal ini menjadi masalah dalam hal perhitungan jumlah penduduk desa Barunang II yaitu keterikatan secara jalur daerah asal/tempat asal, baik bagi masyarakat yang berasal dari DAS Kahayan (desa tewah kecamatan tewah) ataupun dari DAS sungai Kapuas (desa sungai sirat kecamatan Kapuas hulu) sering kali bolak-balik Antara desa Barunang II ataupun tempat asalnya untuk mencari pekerjaan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya karena dalam pekerjaan menetapnya masyarakat desa Barunang II hanya berladang dan berkebun dan hal ini mengakibatkan jumlah penduduk yang tidak menentu (tidak tetap) di desa Barunang II.
Secara geologi (ilmu yang mempelajari tentang bumi, proses, dan hasil bentukannya) desa Barunang II secara morfologi berada pada morfologi yang terlipat dengan kuat (derajat kemiringan yang tinggi yaitu 45* ke atas) hal ini terlihat dengan jelas dari alat GPS dimana elevasi desa Barunang II lebih dari 77 m dpl. Serta berada di antara dua perbukitan besar dan dua DAS besar yang berada dipulau Kalimantan (DAS Kahayan dan DAS Kapuas), secara tingkat pelapukan batuan desa Barunang II berada dalam tingkat pelapukan batuan yang tinggi hal ini bisa dipahami mengingat desa Barunang II seperti desa-desa lain yang berada di Negara Indonesia yaitu curah hujan tinggi dan kadar kelembapan yang tinggi pula, hal ini terlihat jelas dari hasil pelapukan itu sendiri tanah penutup/top soil desa Barunang II adalah laterit yang berwarna merah dan kaya akan unsur oksida besi dan ditemukan dalam keadaan yang relative tebal (6m-8m), dimana pada saat musim kemarau lapisan ini akan membentuk lapisan debu yang tebal dan pada saat musim penghujan akan terbentuk sebagai lempung dengan ukiran butir yang sangat halus.
1. KONDISI UMUM DESA
2.1. Keadaan Geografis Desa
§ Batas Wilayah
- Sebelah Utara : Desa Masukih (Kec. Miri Manasa )
- Sebelah Timur : Desa Lawang Tamang (Kec. M. Talawang) dan Desa Hurung Tampang
- Sebelah Selatan : Desa Mampai Jaya (Kec. Kapuas hulu)
- Sebelah Barat : Desa Tbg Beren (Kec. Gunung Mas)
§ Luas Wilayah
- Luas Wilayah : ± 72 Km2 (7.200 Ha)
Terdiri Dari
a. Tanah Sawah : ± 1.000 Ha.
b. Tanah Pekarangan : ±1.500 Ha.
c. Tanah Tegalan : ± 1200 Ha.
d. Lain-lain : ± 3.500 Ha.
Remove ads
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads