Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Gemblak
tokoh dalam seni Reog Ponorogo Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Gemblak[1] (aksara Jawa: ꦒꦼꦩ꧀ꦧ꧀ꦭꦏ꧀) adalah mantan tokoh dari seni Reog dan berkaitan erat dengan warok. Gemblak adalah seorang anak laki-laki rupawan yang tinggal bersama dengan komunitas warok dalam jangka waktu 2 tahun.[2] Gemblak dipinang menggunakan hewan ternak sapi atau sawah garapan. Mahar itu diberikan ke keluarga gemblak, yang selanjutnya hidup bersama sang Warok mengikuti kelompok pertunjukan keliling di banyak tempat untuk meramaikan pementasan Reog.[3]

Remove ads
Warok dan Gemblak
Ringkasan
Perspektif
Warok adalah sebutan lelaki yang punya sifat kesatria, berbudi pekerti luhur, dan memiliki wibawa tinggi di kalangan masyarakat. Pada awalnya warok digambarkan sebagai sosok pengolah kanuragan yang demi pencapaian ilmu dan kesaktiannya, mereka melakoni "puasa perempuan" alias tidak berhubungan dengan wanita, melainkan dengan anak laki-laki berumur 11–15 tahun yang acapkali disebut gemblakan.[3] Warok dapat menikah dengan seorang wanita sebagai istri mereka, tetapi mereka mungkin tetap memiliki gemblak. Hal ini menyebabkan hubungan Warok-Gemblakan mirip dengan tradisi perjantanan di Yunani kuno.
Siapa saja yang mengenal cara hidup tradisional di Ponorogo, tahu bahwa ada pria yang lebih tua yang disebut warok, tidak berhubungan seks dengan istri-istri mereka, tetapi berhubungan seks dengan anak laki-laki yang lebih muda.[4] Mungkin yang dilakukan warok dan gemblak adalah tindakan homoseksual, namun mereka tidak pernah mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang homoseksual, tetapi mereka akan menyebutnya dengan istilah warok-gemblakan.[3][4][5]
Warok kaya yang mengontrak gemblak sering memanjakan gemblak dengan diberi masakan enak, diajak jalan-jalan, diberi perhiasandan tak segan-segan mengeluarkan uang untuk sekolah dan uang saku gemblak-nya.[5][6] Meskipun mendapat kesenangan, selama dikontrak gemblak harus mengabdi kepada warok-nya dan taat pada setiap nasihatnya. Meskipun gemblakan sering dianggap sebagai homoseksualitas, warok dan gemblak mempunyai hubungan melekat seperti ayah-anak pada soal pendidikan. Warok mengajari gemblak bagaimana hidup bijak dan santun, mengajari menari untuk pementasan Reog, dan menyekolahkannya.[5][7]
Kini praktik Warok-Gemblak ditentang oleh pemuka agama setempat melalui perlawanan moral publik. Karena hal itulah, kini pagelaran Reog Ponorogo jarang sekali menampilkan gemblak, anak laki-laki tampan sebagai penunggang kuda. Sekarang peran gemblakan diganti dengan Jathil, prajurit perempuan yang menunggangi kuda lumping.[8]
Remove ads
Era Sekarang
Dalam budaya literasi, kebudayaan Gemblak diungkapkan telah memudar pada dekade tahun 1990an dan dinyatakan sudah tidak ada memasuki tahun 2000an dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
- Adanya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar (SD), supaya anak-anak Indonesia terutama di Ponorogo dan sekitarnya mendapatkan pendidikan dan terhindar dari budaya gemblakan yang menyasar anak-anak.
- Semakin populernya penari Jathilan oleh perempuan sehingga menggeser penari Jathil oleh Gemblak, meskipun penari kuda kepang diluar Reog masih ditarikan oleh laki-laki.
Meski demikian, disebagian komunitas Reog di Ponorogo hingga tahun 2020 masih menggunakan pria atau gemblak saat pementasan tari Jatihaln pada Reog Ponorogo. Banyak waria menarikan Jathil menyebut dirinya sebagai gemblak, padahal Gemblak harus melalui beberapa proses. Wenas Sudirman Paju dan beberapa muridnya masih melestarikan Jathil laki-laki, meski tergerus oleh Jathil perempuan.
Remove ads
Budaya populer
Kisah warok dan gemblak diangkat ke dalam berbagai film,, seperti Warok Singo Kobra, Bathoro Katong Dan Reog Ponorogo, Kucumbu Tubuh Indahku.
Lihat pula
Referensi
Bacaan lanjutan
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads