Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Hinet

perusahaan asal Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Hinet
Remove ads

Hinet (ditulis hinet) merupakan operator seluler yang dioperasikan oleh PT Berca Hardayaperkasa (lewat anak usahanya PT Berca Global Access) dan beroperasi di jaringan 4G LTE sistem TDD (Time Division Duplex), di frekuensi 2,3 GHz dan lebar pita 30 MHz.[2] Hinet beroperasi di 8 kota besar, yaitu Pekanbaru, Makassar, Denpasar, Medan, Palembang, Pontianak, Balikpapan dan Batam. Layanan Hinet berlisensi broadband wireless access (BWA) sehingga memiliki sedikit perbedaan dengan operator biasa, seperti ketiadaan nomor telepon[3] maupun layanan suara dan pesan (SMS), ditambah hanya bisa beroperasi di daerah tertentu.

Fakta Singkat Nama dagang, Industri ...

Sebelumnya, Hinet dikenal dengan nama WiGO yang beroperasi dengan sistem WiMAX sejak 2011. Pada 22 Oktober 2022, Hinet mengumumkan akan resmi menghentikan layanannya mulai 16 November 2022, setelah beroperasi lebih dari 10 tahun.[4]

Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

WiGO

Upaya PT Berca Hardayaperkasa (perusahaan milik oleh Murdaya Poo dan Siti Hartati Murdaya) untuk masuk ke industri operator seluler dimulai ketika mereka mengikuti tender pembangunan jaringan sistem WiMAX di seluruh wilayah Indonesia yang diadakan pemerintah sejak 27 April 2009.[5] Pada 16 Juli 2009, anak perusahaan Berca, PT Berca Global Access[6] ditetapkan sebagai pemenang lelang broadband wireless access (BWA) dengan frekuensi 2,3 GHz di 7 zona (dari 15 zona yang ditenderkan), yaitu Sumatra tengah dan selatan, Sulawesi Selatan, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Kalimantan tengah dan timur serta Batam.[7] Namun, belum juga mengoperasikan sistem barunya tersebut, Berca terjerat masalah karena tidak membayar up front fee dan biaya hak penggunaan frekuensi kepada negara sebesar Rp 143 miliar. Dari awalnya diminta membayar pada 17 November, Berca mengulur-ulur pembayarannya pada 7 Desember 2009,[8] sehingga dikenakan denda (dan hampir saja dicabut izinnya).[9] Manajemen Berca beralasan, mereka sedang mengurus perangkat modem WiMAX (consumer premise equipment) yang pada waktu itu masih mahal di Indonesia, sehingga berpotensi menghalangi upayanya bermain di ranah ritel.[10]

Setelah terhambat hampir setahun, pada 20 September 2010 sistem ini diluncurkan dengan nama WiGO, dengan wilayah operasional perdana di Batam dan Medan, serta menyusul kota-kota di Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Murdaya Poo mengungkapkan optimismenya pada peluncuran tersebut, dengan harapan bahwa produknya ini bisa mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Pihak Berca menggandeng sejumlah perusahaan demi membangun infrastruktur dan sistem jaringan ini.[11] Namun, belum lagi dipasarkan, langkah Berca terganjal lagi oleh upaya pemerintah menerapkan sistem 16d yang dianggap bisa membangkitkan industri dalam negeri, sehingga Berca memutuskan menghentikan penjualan perangkatnya pada Agustus 2011.[12] Pada akhirnya pemerintah membebaskan untuk memakai varian lainnnya, yaitu 16e yang dianggap operator lebih kompetitif dalam soal harga.[13] Polemik itu mengakibatkan upaya perusahaan memasarkan produknya menjadi terhambat, sehingga direncanakan akan dimulai kembali pada akhir 2011 dengan target awal 500 pelanggan.[14] Namun, karena izinnya baru keluar pada 16 Februari 2012,[15] rencana tersebut kembali tertunda.

Akibat dari hal tersebut, produk WiGO (terpaksa) diluncurkan ulang pada 23 Februari 2012 di Medan, Batam, Balikpapan dan Denpasar, yang direncanakan diperluas ke Pontianak, Makassar dan Pekanbaru. Menurut Berca, daerah-daerah tersebut memiliki penetrasi internet maupun jaringan yang rendah, sehingga dianggap masih potensial. Meskipun pihak Berca merugi akibat tindakan pemerintah sebelumnya, tetapi manajemen optimis bahwa mereka bisa meningkatkan BTS dari 200 menjadi 1.000 di tahun 2015, maupun target pelanggan dari 300.000 pada 2012 menjadi 1.000.000 pada 2015. WiGO menawarkan ke masyarakat layanan internet yang cepat dengan harga terjangkau. Untuk menyukseskan upayanya, pihak Berca sudah menyediakan dana sebesar US$ 500 juta,[16] ditambah bekerjasama dengan Xirka (mitra Huawei) dan Panggung Electric (mitra ZTE).[17]

Seiring waktu, menjelang awal 2013 WiGO sudah memperluas jaringannya di Medan, Balikpapan, Batam, Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Palembang, dan Pontianak, dengan total 10.000 pelanggan yang dilayani 300 BTS.[18] Di tahun 2013, Berca menargetkan perluasan jaringan ke Samarinda, Banjarmasin, Tenggarong, Bontang dan kota-kota lainnya,[19] menambah 300 BTS baru yang diharapkan bisa menambah pelanggannya menjadi 15.000 maupun anggaran US$ 20 juta.[20] Di tengah ekspansinya, para ahli menyatakan WiMAX terlambat untuk diterapkan di Indonesia (layu sebelum berkembang). Akibat kondisi tersebut, pada tahun 2015 Berca memutuskan tidak lagi melanjutkan pengoperasian WiMAX mereka dan lebih memilih bermigrasi ke sistem LTE. Awalnya, pihak Berca tetap ingin menggunakan merek WiGO, serta dalam persiapannya menganggarkan dana US$ 150 juta (mayoritas untuk perangkat) dan menggandeng Huawei sebagai penyedia infrastruktur. Berca menganggap petualangannya dengan WiMAX adalah "tahap belajar" mereka sebagai pemain baru. Target awal dari konversi sistem ini adalah Denpasar, Makassar dan Pekanbaru.[21]

Hinet

Pada akhirnya, pihak Berca memutuskan untuk mengganti merek WiGO dengan Hinet yang diluncurkan pada 5 Juli 2015. Hinet beroperasi dengan sistem 4G LTE time division duplex (TDD) di frekuensi 2,3 GHz. Berca mengklaim sistem ini dapat menghasilkan internet berkecepatan tinggi (hingga 100 Mbps), yang lebih baik dibanding HSDPA atau 3G, serta terjangkau dibanding kompetitornya. Berca menyediakan dua produk awal Hinet yaitu mobile dan indoor WiFi.[22] Untuk meningkatkan kinerjanya, pihak Berca membangun 400 BTS di tiga daerah pertama Hinet beroperasi, yaitu Makassar, Denpasar dan Pekanbaru, ditambah rencana pembangunan 120-130 BTS tambahan.[23] Manajemen menargetkan dengan sistem baru ini, pada 2019 Hinet sudah memiliki 1 juta pelanggan,[24] dengan fokus pasar pelajar, mahasiswa dan pebisnis di luar Jawa karena dianggap potensial.[25] Hinet diharapkan mampu membangun ekonomi pedesaan demi menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN.[23]

10.000 pengguna WiGO akan dialihkan menjadi pengguna Hinet dengan tawaran istimewa, begitu juga dengan wilayah operasionalnya selama ini. Dengan bandwith 30 MHz yang digunakan 100% untuk komunikasi data, layanan Hinet diklaim lebih unggul dalam kecepatan,[25] walaupun ada yang menyangsikannya mengingat cakupan layanan Hinet yang terbatas dan keberadaan operator besar yang menyediakan produk sejenis.[26] Proyek konversi ini sempat terhambat[27] akibat Hinet baru menyelesaikan Uji Laik Operasi (ULO) LTE-nya pada Juni 2016. Produk Hinet kemudian baru dipasarkan di akhir November 2016 dengan target 200.000 pelanggan. Hinet membidik empat segmen utama, yaitu profesional, wanita/ibu rumah tangga, pelajar dan para pelaku UMKM. Para pelanggan baru Hinet bisa memilih modem Wi-Fi atau router yang dipaketkan dengan kartu SIM Hinet.[28] Lewat kerjasama (lagi) dengan Huawei,[29] Berca menargetkan 80% wilayah operasionalnya akan ter-cover sinyal 4G yang dilayani tambahan 500 BTS.[28]

Walaupun sudah berusaha memasarkan produknya,[28] nyatanya Hinet bisa dikatakan "tertatih-tatih". Hinet hanya tersedia di Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Batam, Medan, Palembang, Balikpapan dan Pontianak (yang hampir semuanya dahulu dilayani WiGO).[30] Meskipun memegang lisensi di 8 zona BWA yang terdiri dari 21 provinsi dan 298 kabupaten/kota, dalam waktu 10 tahun, faktanya Berca hanya bisa beroperasi di 8 kota saja.[31] Izin sistem WiMAX dan broadband wireless access yang dimiliki Berca (satu-satunya di Indonesia) pun ada yang menyebutnya kesalahan dan disarankan untuk dicabut/dikembalikan izinnya karena dianggap kalah saing dan sudah tertinggal.[32] Bahkan, Hinet seperti terancam oleh kedatangan 5G karena frekuensinya di 2,3 GHz bersinggungan dengan frekuensi yang ditujukan untuk sistem terbaru tersebut,[33] sehingga ditengarai menjadi penyebab batalnya lelang frekuensi yang diadakan Kemenkominfo pada awal 2021. Karena itulah, disarankan pemerintah mengadakan konsultasi dan kesepakatan dahulu sebelum lelang 5G ini dimulai kembali agar bisa menentukan nasib Hinet selanjutnya.[34]

Penutupan layanan

Akhirnya, setelah beroperasi selama 12 tahun (entah sebagai WiGO dan Hinet) tanpa hasil yang memuaskan, perusahaan telekomunikasi ini memutuskan menghentikan operasinya pada 16 November 2022. Pelanggan yang masih tersisa, disarankan untuk me-refund pulsa sisa milik mereka di Gallery Hinet mulai tanggal 17 November–17 Desember 2022. Eks-pelanggan Hinet juga akan diberikan kesempatan untuk bermigrasi ke Smartfren dan Telkomsel Orbit dengan menggunakan perangkat Hinet yang ada.[4][35] Kerjasama dengan Telkomsel dilakukan karena spektrum frekuensi eks-Hinet dialihkan pemerintah ke operator seluler tersebut.[36] Tidak diketahui apa alasan resmi dari penghentian layanan ini, meskipun ada pengamat yang berpendapat kemungkinan karena kalah saing dan biaya hak frekuensi yang mahal.[35] Bisa dikatakan, Hinet merupakan operator terakhir BWA dan eks-WiMAX yang menghentikan operasionalnya di Indonesia, setelah Internux (BOLT!) menghentikan layanan sejenis pada 2018 lalu.

Remove ads

Produk

  • Router Hinet
  • Mi-Fi Hinet
  • Paket Joss
  • Paket Wow
  • Paket Ntapss
  • Paket Kuota
  • Paket Terusan

Sebelumnya

  • WiGO

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads