Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Kapitan Cina
Jabatan pemerintahan Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Kapitan China atau Kapitan Tionghoa[1] merupakan gelar untuk para petinggi di kalangan masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara yang ditunjuk oleh pemerintahan kerajaan pribumi, dan kemudian oleh pemerintahan kolonial.[2][3] Mulai pada awal abad ke-15, kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, seperti Melaka dan Banten, mulai menunjuk seorang individu untuk menanggung jawab urusan pemerintahan di masyarakat asing, baik Tionghoa maupun Arab dan Kling.[4][5] Pemimpin masyarakat ini diberikan gelar Kapitain China, Kapitan Kling atau sesuai dengan jurisdiksi yang bersangkutan. Sistem ini diwarisi oleh penjajah Portugis yang menaklukan Melaka pada abad ke-16, dan diikuti juga oleh Kompeni Belanda di Hindia Belanda, dan Inggris di Malaya Britania.[4]

Institusi Kapitan China di Hindia Belanda memiliki tiga pangkat, yaitu Majoor, Kapitein dan Luitenant der Chinezen - yang secara keseluruhan dipanggil Chinese Officieren atau Opsir Tionghoa.[6][7] Keturunan para Opsir Tionghoa di pulau Jawa mengemban gelar 'Sia' secara turun-temurun.[8] Institusi Opsir Tionghoa di Batavia (sekarang Jakarta) memiliki kontinuitas terpanjang di Indonesia, dan bahkan di Asia Tenggara.[7] Pada tahun 1619, Kompeni Belanda menunjuk Souw Beng Kong, Kapitan China di Banten menjadi Kapitein der Chinezen perdana di Batavia.[8] Jadi, Kekapitanan Betawi adalah penerus Kekapitanan Banten yang lebih tua lagi. Batavia juga menghasilkan kemungkinan satu-satunya Kapitan China perempuan di Asia, yaitu Nyai Bali yang ditunjuk oleh VOC pada tahun 1649.[7] Kekapitanan Betawi diangkat menjadi Kemayoran pada tahun 1837 dengan ditunjuknya Tan Eng Goan sebagai Majoor der Chinezen perdana di Batavia.[9] Pemegang terakhir gelar ini adalah Khouw Kim An, Majoor der Chinezen, yang wafat pada tahun 1945 pada saat penjajahan Jepang.[10] Setelah berakhirnya zaman penjajahan, pemerintah Indonesia menghapuskan pangkat-pangkat Opsir Tionghoa.[10]
Remove ads
Asal-usul pra-kolonial
Ringkasan
Perspektif

Asal-usul jabatan ini, dengan berbagai penyebutan setempat yang berbeda, berasal dari posisi pengadilan di negara pra-kolonial di Asia Tenggara, seperti Kesultanan Malaka di semenanjung Malaya, Kesultanan Banten di Jawa, dan Kerajaan Siam di Asia Tenggara daratan.[11][12] Banyak penguasa menjalankan pemerintahan dengan membagikan wewenang kepada masyarakat asing lokal, termasuk Tionghoa, di bawah pimpinan mereka sendiri. Biasanya, pemuka masyarakat ini juga memiliki tanggung jawab di luar masyarakat mereka sendiri, terutama dalam hubungannya dengan perdagangan asing atau pengumpulan pajak.
Sebagai contoh, Souw Beng Kong dan Lim Lak Ko, Kapitan China pertama dari Batavia, sekarang Jakarta, mula-mula menjadi petinggi istana dan pegawai Sultan Banten sebelum pindah ke Perusahaan Hindia Timur Belanda pada awal abad ke-17.[13] Demikian juga, gelar pengadilan Chao Praya Chodeuk Rajasrethi di Thailand di bawah dinasti Chakri awal menggabungkan peran pemuka Tionghoa dan kepala Departemen Urusan Timur dan Perdagangan.[14] Pada akhir abad ke-19, Kapitan China Yap Ah Loy, yang kemungkinan merupakan pendiri Kuala Lumpur modern, ibu kota Malaysia, menjabat sebagai pemuka Tionghoa sambil memegang posisi pengadilan Melayu Sri Indra Perkasa Wijaya Bakti.[15]
Remove ads
Peran pada masa kolonial Eropa
Ringkasan
Perspektif
Ketika orang Eropa mencokolkan pengaruhnya di Asia Tenggara, jabatan pemerintahan tidak resmi ini diadopsi: pertama kali oleh Portugis ketika mereka mengambil alih Malaka pada tahun 1511, kemudian pada abad-abad berikutnya oleh Belanda di Hindia Belanda, serta Inggris di Malaya dan Kalimantan.[16] Penggunaan gelar 'Kapitan' dalam administrasi sipil memiliki persamaan dengan Kapten Portugis kolonial abad ke-16 di Brasil.
Sejak itu, suksesi Kapitan Cina menjadi bagian intrinsik dari sejarah kolonial di Asia Tenggara.[17][18] Posisi ini penting dalam memperkuat pemerintahan kolonial Eropa, dan memfasilitasi migrasi China besar-besaran ke Asia Tenggara, atau yang dikenal sebagai 'Nanyang' dalam sejarah China. Orang Cina yang berperan penting dalam pembentukan kolonialisme Belanda di Indonesia termasuk Kapitein Souw Beng Kong dan Kapitein Lim Lak Ko di Batavia dan Banten awal abad ke-17; serta Soero Pernollo bersaudara dan Kapitein Han Bwee Kong di awal abad ke-18 di Jawa Timur. Di wilayah Inggris, sekutu dan kolaborator penting Cina termasuk Koh Lay Huan, Kapitan China pertama Penang pada akhir abad kedelapan belas; Choa Chong Long dan Tan Tock Seng, pendiri Kapitan Singapura pada awal abad ke-19; dan Yap Ah Loy, Kapitan Cina Kuala Lumpur pada akhir abad ke-19.[16][19][15]
Remove ads
Majoors dan Kapiteins der Chinezen di Batavia
- Kapitein Souw Beng Kong
- Majoor Tan Eng Goan
- Majoor Tan Tjoet Tiat
- Majoor Lie Tjian Tjoen
- Majoor Tio Tek Ho
- Majoor Khouw Kim An
- GOH TENGKIM
n Kuala Lumpur
- 1858 - 1861: Hew Siew
- 1862 - 1868: Liu Ngim Kong
- 1868 - 1885: Yap Ah Loy
- 1885 - 1889: Yap Ah Shak
- 1889 - 1902: Yap Kwan Seng
Kapitan China lain
- Yap Sa Ting Ho, Kapitan China Yogyakarta
- Tan Jin Sing, Kapitan China Kedu, Kapitan China Yogyakarta
- Koh Lay Huan, Kapitan China Kedah, Kapitan China pertama Pulau Pinang
- Chung Thye Phin, Kapitan China terakhir Perak dan Malaya
- Chung Keng Quee
- Chin Seng Yam, lebih dikenali sebagai Chin Ah Yam, ketua Ghee Hin di Perang Larut
- Tan Ah Hun, Kapitan China Perak pertama, bapak dari Tan Seng Poh dan mertua Seah Eu Chin[20][21][22][23][24][25][26][27][28][29][30][31]
- Shing Kap, Kapitan China Sungei Ujong, ketua Hai San[32][33]
- Choa Mah Soo, Kapitan China Klias dan Mempakul (circa 1869)[34][35][36]
- Chua Su Cheong, Kapitan China Melaka Belanda dan bapak dari Choa Chong Long[37]
- Chan Yungqua, Kapitan China Melaka (1700-an)[38]
- Ah Poh, Kapitan China of Lipis
- Seah Tye Heng, Kapitan China Skudai, Johore[39]
- Lieu Chin-Fu, Kapitan China Pulai, Kapitan China Kelantan terakhir[40]
- Tan How Seng, Kapitan China Singapura[41]
- Li Kap @ Li Kup @ Lee Wei King, Kapitan China Melaka Belanda, pendiri Tokong Cheng Hoon Teng, penderma Bukit China untuk kegunaan sebagai tanah perkuburan[42][43]
- Wee Sin Hee, Kapitan China Terengganu[44]
- Tin Kap atau Tay Kap, Kapitan China Melaka Portugis, dipercayai satu-satunya Kapitan China yang dilantik oleh Portugis[45][46][47][48][49][50]
- Baba Seng, Kapitan China Kedah tahun 1820-an[51]
- Chan Ki Lock atau Chan Kup, Kapitan China Malaka Belanda tahun 1704[52]
- Khaw Boo Aun[53]
- Chua Tuah Soon di Muar, Johor
Remove ads
Lihat pula
Rujukan
Pranala luar
Bibliografi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads