Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Pangeran Antasari

Sultan Banjar ke-20 (1862) dan Pahlawan Nasional Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Pangeran Antasari
Remove ads

Pangeran Antasari, (1809 – 11 Oktober 1862) bergelar Khalifatul Mukminin adalah Sultan Banjar yang memerintah pada tahun 1862,[2] serta merupakan salah satu tokoh penting dalam Perang Banjar.[3][4] Pada tahun 1968, ia dinobatkan sebagai Pahlawan nasional Indonesia secara anumerta.

Fakta Singkat Pangeran Antasari ڤڠيرن انتساري, Sultan Banjar ...
Remove ads

Keluarga

Pangeran Antasari merupakan cucu Pangeran Amir.[5][6] Namanya semasa muda adalah Gusti Inu Kartapati,[7] ia dilahirkan pada tahun 1809.[8][9][10][11][12][13] Ibu Antasari adalah Gusti Hadijah, cucu dari Sultan Sulaiman dari Banjar. Ayah Antasari adalah Pangeran Mas'ud, putra Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah anak Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda memaklumkan dirinya sebagai Tahmidullah II dari Banjar[14][15][16] Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri.[17]

  1. Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah/Sultan Sulaiman Rahmatullah Sulaiman dari Banjar mengawinkan cucu nya Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman dari Banjar dengan adik Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin yaitu Ratu Salmiyah(Ratu Salmah)yang lebih dikenal dengan nama Permaisuri Ratu Sultan Abdul Rahman melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Pangeran Ratu Rakhmatillah, Putra mahkota meninggal semasa usia 3 tahun.[18]
  2. Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh ( سلطان سليمان المعتمد على الله ) Sulaiman dari Banjar mengawinkan cucu nya Ratoe Idjah binti ♂ Sultan Adam dari Banjar dengan Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.perkawinanya mempunyai Seorang wanita bernama Ratoe Hasiah
  3. Sulthan Adam Al-Watsiq Billah (سلطان آدم الواثق بالله ) Adam dari Banjar mengawinkan cucu nya Wali Sultan banjar Pangeran mangkubumi Pangeran Wira Kasoema dengan Ratoe Hasiah binti Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.perkawinanya mempunyai Seorang wanita Ratoe Sjerief Aboe Bakar
Remove ads

Berkuasa (1862)

Ringkasan
Perspektif

Aksesi

Selama pertempuran perebutan takhta antara Hidayatullah II dari Banjar dan Tamjidillah II dari Banjar yang didukung oleh Belanda, Antasari mendukung Hidayatullah II, dan berujung pada kemenangan mereka atas Tamjidillah II. Meskipun begitu, Belanda yang tidak terima kemudian mengasingkan Hidayatullah II dan membubarkan kesultanan secara sepihak pada tahun 1862.[19][20]

Menanggapi hal ini, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar mengangkat Pangeran Antasari menjadi Sultan Banjar dengan gelar "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin". Dalam hal ini, ia menjabat sebagai pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi. Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun Kaharingan.[21]

Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan melawan Belanda di wilayah Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, ia dilantik dan terkenal dengan pidato pelantikannya yang dimulai dengan seruan:[9]

Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah!

Perlawanan terhadap Belanda

Thumb
Lanting Kotamara semacam benteng terapung di sungai Barito dalam pertempuran dengan Kapal Celebes dekat pulau Kanamit, Barito Utara

Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dikomandoi Pangeran Antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.[22]

Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.[23]

Dalam peperangan, Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.[24] Pasca perang, Belanda merilis daftar orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:[25]

  1. Antasari dengan anak-anaknya
  2. Demang Lehman
  3. Amin Oellah
  4. Soero Patty dengan anak-anaknya
  5. Kiai Djaya Lalana
  6. Goesti Kassan dengan anak-anaknya
Remove ads

Kematian

Thumb
Makam Antasari di Komplek Makam Pangeran Antasari.

Setelah beberapa bulan memimpin perang, Pangeran Antasari kemudian meninggal dunia di tengah-tengah pasukannya pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 53 tahun. Ia meninggal dunia akibat sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.[26] Kepemimpinannya dilanjutkan oleh puteranya, Muhammad Seman.[27]

Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.

Warisan

Thumb
Uang kertas Rp 2.000,00 keluaran tahun 2009, dengan gambar Pangeran Antasari.

Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968.[28] Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu "Bumi Antasari". Kemudian untuk lebih mengenalkan Pangeran Antasari kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000,00.

Remove ads

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads