Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Ronde (makanan)
variasi makanan khas Tiongkok Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Ronde adalah makanan tradisional Tionghoa dengan nama asli Tāngyuán (Hanzi tradisional: 湯圓; Hanzi sederhana: 汤圆; Pinyin: tāngyuán). Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni keluarga (Hanzi tradisional: 團圓; Hanzi sederhana: 团圆; Pinyin: tuányuán (menyerupai tangyuan)). Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis. Ukurannya bisa kecil atau besar, diberi isi maupun tidak. Masyarakat Tiongkok biasa mengonsumsi tangyuan saat festival Yuanxiao atau Festival Lampion[1] atau Festival Dongzhi atau pada setiap kesempatan diadakan perkumpulan keluarga, misalnya saat pesta pernikahan.[2]
Remove ads
Perkembangan sejarah
Ringkasan
Perspektif
Asal mula
Menurut legenda,[3] pada masa Dinasti Han, terdapat seorang dayang kerajaan bernama Yuanxiao. Dia sangat merindukan kedua orang tuanya, tetapi tidak dapat meninggalkan istana. Dia terus menangis dan ingin bunuh diri. Seorang menteri yang mengetahui hal tersebut berjanji akan menolongnya. Yuanxiao membuat Tangyuan sebanyak mungkin (masakan terbaik yang bisa dia buat) sebagai persembahan kepada dewa pada tanggal 15 bulan 1 Imlek. Yuanxiao berhasil melakukannya dan sang kaisar merasa puas. Yuanxiao diizinkan bertemu kedua orang tuanya. Semenjak saat itu, pada tanggal 15 bulan 1 penanggalan Imlek diadakan Festival Yuanxiao atau Festival Lampion.
Menurut catatan sejarah, tangyuan telah menjadi camilan populer di Tiongkok semenjak Dinasti Sung.[4]
Nama
Berbagai nama digunakan untuk merujuk ronde berdasarkan catatan sejarah. Pada masa Kaisar Yongle dari Dinasti Ming, nama yang digunakan adalah yuanxiao (dari Festival Yuanxiao), nama yang digunakan oleh penduduk Tiongkok bagian utara. Nama tersebut secara harafiah berarti "malam pertama", merujuk pada bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek.
Penduduk Tiongkok bagian selatan menyebutnya tangyuan atau tangtuan.[1] Legenda mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Yuan Shikai (1912-1916), dia tidak menyukai nama yuanxiao (元宵) karena terdengar seperti (袁消) "menggeser Yuan" sehingga dia memberi perintah untuk mengubah namanya menjadi tangyuan.[5] Nama tersebut memiliki arti "bola bulat dalam sup". Menurut dialek Hakka dan Kanton (dua dialek besar di Tiongkok bagian selatan), "tangyuan" diucapkan sebagai tong rhen dan tong jyun. Istilah "tangtuan" (Hakka: tong ton, Kanton: tong tyun) tidak terlalu sering digunakan.
Sedangkan nama 'Ronde' berasal dari bahasa Belanda rond yang berarti bulat. Penyebutan rondje, yang merupakan bentuk kata berakhiran 'je' yang berarti jamak. Hal ini lebih mudah diucapkan dibanding tang yuan, sehingga lama kelamaan pengucapan rondje oleh orang lokal menjadi ronde.[2]
Perbedaan geografi di Tiongkok
Penduduk Tiongkok utara memakan yuanxiao sementara penduduk selatan makan tangyuan. Meskipun bentuknya sama, rasanya dapat sedikit berbeda karena perbedaan selera. Penduduk selatan menyukai tangyuan yang diberi isi yang manis, antara lain adalah gula, wijen, bunga osmanthus, pasta kacang manis, dan manisan kulit jeruk. Penduduk utara lebih menyukai isi yang asin: daging giling dan sayuran.[6] Selain Yuan Shikai mengganti nama “yuanxiao”, sebenarnya yuanxiao dan tangyuan cukup berbeda cara pembuatannya.[7] Penduduk Tiongkok Utara membuat yuanxiao dengan cara memadatkan isi hingga berbentuk bulat kemudian menggulirkannya di atas keranjang yang diisi tepung ketan sambil terus memerciki dengan air sampai bentuk bola terbentuk.[8] Sebaliknya, penduduk Tiongkok Selatan membuat tangyuan dengan cara membuat adonan tepung ketan menjadi bentuk bola dengan isi berada di tengahnya.[8]
Kultur budaya
Bagi masyarakat Tiongkok di Tiongkok daratan maupun di seberang laut, tangyuan (ronde) selalu dimakan bersama-sama sekeluarga. Bentuk tangyuan yang bulat dan mangkuk yang bundar melambangkan kebersamaan keluarga.[1]
Remove ads
Komposisi dan penyajian
Ringkasan
Perspektif
Komposisi
Ronde (dan tangyuan) meskipun awalnya adalah makanan yang dikonsumsi saat festival, sekarang telah menjadi jajanan yang dikonsumsi kapanpun sepanjang tahun. Secara tradisional, tangyuan berwarna putih. Akan tetapi penjual memberi rasa atau warna yang berbeda untuk menarik konsumen, misalnya diberi isi cokelat, kentang tumbuk, atau pasta labu kuning.
Penduduk Tiongkok utara biasanya mencampur wijen, kacang, dan pasta kacang manis untuk isinya. Ukuran tangyuan dari selatan biasanya lebih besar.[1] Dalam bentuk aslinya, ronde terbuat dari tepung ketan yang dibentuk kecil menyerupai kelereng, tidak menggunakan gula dan ragi sama sekali. Penggunaan tepung ketan merupakan simbol eratnya kekerabatan dan hubungan keluarga. Ronde akan disajikan dalam kuah manis dan kuah kaldu daging.[2]
Isi manis biasanya:
- Sepotong permen gula tebu
- Pasta wijen (biji wijen hitam ditumbuk dicampur gula dan lemak) - isi paling umum untuk tangyuan
- Pasta kacang merah
- Kacang (atau mentega kacang) dirajang (atau ditumbuk) dengan gula
Penyajian
Tangyuan pertama kali direbus dalam air kemudian disajikan dengan kuah sup. Tangyuan yang diberi isi manis (ronde) disajikan dengan kuah jahe yang diberi sirop. Tangyuan yang tidak diberi isi juga disajikan sebagai makanan penutup berupa sup manis (dikenal di Kanton sebagai tong sui yang secara harafiah berarti air gula). Jenis yang umum antara lain:
- Sup kacang merah
- Sup wijen hitam
- Jahe dan gula batu
- Jiuniang (ketan terfermentasi; 醪糟 atau 酒釀), bunga Osmanthus, dan gula batu.
Remove ads
Makanan sejenis
Ringkasan
Perspektif
Vietnam
Di Vietnam Selatan, makanan sejenis bernama chè xôi nước disajikan dengan cairan manis serta parutan jahe. Sedangkan di Vietnam Utara, bánh trôi (juga disebut bánh trôi nước) dan bánh chay juga sangat mirip, tetapi bánh chay disajikan dengan kuah santan.
Filipina
Ginataang bilo-bilò disajikan dengan santan, dan terkadang disajikan dengan produk lokal seperti sabà, tapioka, dan atau ubi jalar.
Indonesia
Ronde merupakan tangyuan yang telah bercampur dengan budaya masing-masing daerah atau selera lokal. Cara pembuatannya mirip dengan pembuatan tangyuan oleh penduduk Cina bagian selatan, yaitu diisi kacang manis tumbuk dan disajikan dengan air jahe. Istilah Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kelapa, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya.[9] Wedang Ronde sudah sangat umum bagi masyarakat Indonesia sehingga banyak yang mengira bahwa asalnya adalah asli dari Indonesia.
Sebagian warga Tiongkok di Indonesia membedakan tangyuan dan yuanxiao berdasarkan isiannya dan waktu mengonsumsinya. Tangyuen adalah ronde tanpa isi (disajikan dengan air jahe manis) yang dikonsumsi pada tanggal 22 Desember. Sedangkan yuanxiao adalah ronde dengan isi manis (disajikan dengan kuah tawar) yang dikonsumsi pada purnama pertama pada tahun baru Imlek.
Di Pulau Bangka, dalam Bahasa Hakka, tangyuan disebut sebagai "sia yen", yang dibuat dari ketan atau ubi yang disajikan dengan kuah dari gula aren atau jahe.[10]
Referensi
Lihat pula
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads