Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Suku Osing
sub-etnis Jawa yang berasal dari daerah paling timur pulau Jawa Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Suku Osing, juga disebut sebagai Laros (akronim dari Lare Osing)[2] atau Wong Blambangan, terkadang diucapkan Jawa Osing adalah sub-etnis Jawa yang berasal dari wilayah paling timur pulau Jawa (terutama di Banyuwangi), Jawa Timur. Mereka adalah penduduk asli Banyuwangi dan merupakan keturunan Kerajaan Blambangan. Orang Osing terutama mendiami bagian utara dan tengah Kabupaten Banyuwangi.
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Desember 2020) |
Orang Osing menggunakan bahasa Osing yang masih termasuk dialek dari bahasa Jawa. Walaupun termasuk sub-etnis Jawa, kebudayaan Osing berbeda dengan suku Jawa pada umumnya karena banyaknya pengaruh budaya dari suku Bali. Kata Osing sendiri berasal dari bahasa Bali tusing yang artinya tidak.
Remove ads
Bahasa
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Desember 2020) |
Suku Osing bertutur bahasa Osing yang merupakan turunan dari bahasa Jawa Pertengahan. Bahasa Osing masih termasuk dialek bahasa Jawa yang terpisah jauh dengan dialek Jawa lainnya dan masih banyak menggunakan kosakata dari bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Pertengahan serta masih mempertahankan pengucapan konsonan k di akhir suku kata secara jelas dan tegas sekalipun menggunakan vokal o dan bukan vokal a. Kendati demikian, bahasa Osing menggunakan diftongisasi khusus (perubahan vokal i menjadi ai dan vokal u menjadi au) yang tidak ditemui di dialek Jawa manapun. Selain itu, terdapat juga pengaruh bahasa Bali, seperti kata sing (tidak) dan bojog (monyet).
Remove ads
Kepercayaan
Pada awal terbentuknya masyarakat Osing kepercayaan utama suku Osing adalah Hindu-Buddha seperti halnya Majapahit. Namun berkembangnya kerajaan Islam di Pantura menyebabkan agama Islam dengan cepat menyebar di kalangan suku Osing. Berkembangnya Islam dan masuknya pengaruh luar lain di dalam masyarakat Osing juga dipengaruhi oleh usaha VOC dalam menguasai daerah Blambangan. Masyarakat Osing mempunyai tradisi puputan, seperti halnya masyarakat Bali. Puputan adalah perang terakhir hingga darah penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771 M.
Remove ads
Demografi
Ringkasan
Perspektif

Suku Osing menempati beberapa kecamatan di kabupaten Banyuwangi bagian Utara, tengah dan bagian timur, mayoritas berada di Kecamatan Songgon, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Blimbingsari, Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Kabat, Kecamatan Licin, Kecamatan Giri, Kecamatan Glagah dan sebagian berada di Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Genteng, Kecamatan Muncar, Kecamatan Kalipuro dan Kecamatan Sempu yang berbaur dengan komunitas suku yang lain seperti Suku Madura & Suku Bali. Ada juga sekelompok kecil yang berada di Kecamatan Srono, Kecamatan Cluring dan Kecamatan Gambiran yang berbaur dengan orang Jawa Mataraman.[butuh rujukan]
Suku Osing dianggap sebagai penduduk asli di wilayah Kabupaten Banyuwangi.[3] Anggapan ini oleh beberapa kalangan dan hasil penelitian. Suku Osing sendiri menyebut Kabupaten Banyuwangi sebagai Tanah Blambangan, sebuah wilayah di ujung paling timur pulau Jawa. Suku ini menyebar di desa-desa pertanian subur di bagian tengah dan timur Banyuwangi yang secara administratif meliputi wilayah yang berada di Kecamatan Rogojampi, Blimbingsari, Kabat, Licin, Sempu, Singojuruh, Songgon, Cluring, Srono, Banyuwangi mereka telah bercampur dengan penduduk non-Osing, yang terdiri dari migran asal Madura, Jawa Timur bagian barat dan Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta. Orang Osing menyebut mereka dengan sebutan "Wong Osing" dengan "Tanah Blambangan".
Profesi
Profesi utama suku Osing adalah mayoritas petani, dengan sebagian lainya adalah pedagang, TKI, nelayan, buruh dan pegawai di bidang formal seperti karyawan, guru dan pegawai pemda.
Stratifikasi sosial
Suku Osing berbeda dengan Suku Bali dalam hal stratifikasi sosial. Suku Osing tidak mengenal kasta sama dengan suku Jawa umumnya yang juga sudah tidak mengenal kasta, hal ini banyak dipengaruhi oleh agama Islam yang dianut oleh sebagian besar penduduknya.
Seni

Kesenian suku Osing sangat unik dan banyak mengandung unsur mistik karena dari segi budaya merupakan perpaduan dari Suku Jawa dan Suku Bali. Kesenian utamanya antara lain Gandrung Banyuwangi, Patrol, Seblang, Angklung, Tari Barong, Kuntulan, Kendang Kempul, Janger, Jaranan, Jaran Kincak, Angklung Caruk dan Jedor.
Kesenian lain yang masih dipelihara adalah tembang dolanan, khususnya oleh kalangan anak usia sekolah. Contohnya adalah Jamuran dan Ojo Rame-Rame. Sesuai dengan sebutannya, tembang-tembang yang pada umumnya bersyair pendek ini digunakan mengiringi permainan anak-anak. Selain menambah keceriaan anak saat bermain berkelompok, tembang dolanan dapat berfungsi mengajarkan nilai-nilai positif sejak dini. Tembang Jamuran, misalnya, mengajarkan tentang gotong-royong dan Ojo Rame-Rame mengajarkan patriotisme.[4]
Remove ads
Galeri
- Interior rumah tradisional Osing
- Motif gajah oling di rumah tradisional Osing
- Kesenian angklung paglak
- Batik Osing Banyuwangi
Lihat pula
Rujukan
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads