Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Sungai Tuntang

sungai di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Sungai Tuntang
Remove ads

Sungai Tuntang adalah sebuah sungai di provinsi Jawa Tengah, Indonesia, sekitar 400 km di timur ibu kota Jakarta.[1] Sungai ini mengalir sepanjang sekira 106,5 Km melintasi Kabupaten Semarang, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak. Hulu sungai ini umumnya diketahui berada di Danau Rawa Pening dekat Kota Ambarawa dan bermuara ke Laut Jawa di pesisir Kabupaten Demak.[2]

Fakta Singkat Sungai Tuntang Kali Tuntang, Lokasi ...
Remove ads

Hidrologi DAS

Sungai Tuntang merupakan aliran utama didalam DAS (Daerah Aliran Sungai) Tuntang yang mencakup DTA total seluas 1.108 km2 (428 sq mi).[3] Meliputi 7 kabupaten yaitu Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Demak. Zona hulu DAS Tuntang terletak di wilayah yang selama ini disebut cekungan Ambarawa dimana terdapat danau Rawa Pening. Air dari Rawa Pening yang mengalir ke Sungai Tuntang kemudian menuju pesisir utara Pulau Jawa, wilayah perairan Laut Jawa.

Sejumlah anak Sungai Tuntang diantaranya:

  • Sungai Geyongan
  • Sungai Purwo
  • Sungai Senjoyo
  • Sungai Bancak ( Kali Gobak)
  • Sungai Temuireng
Remove ads

Tata guna lahan

Ringkasan
Perspektif

Berdasarkan arahan fungsi penggunaan lahannya DAS Tuntang memiliki kawasan lindung seluas 20.131,20 Ha, kawasan penyangga 2.984,70 Ha, kawasan budidaya tanaman tahunan 16.902,85 Ha, serta kawasan budidaya tanaman semusim seluas 94.419,41 Ha. Pada wilayah ini juga terdapat kawasan hutan seluas 21.670,63 Ha.

Jenis tanah yang paling dominan adalah jenis tanah Aluvial dan aluvial coklat kemerahan yaitu seluas 76985.78 Ha. Kelompok jenis tanah yang lain adalah Danau/rawa seluas 1598.37 Ha atau 1.0194 %, jenis tanah Grumusol seluas 12725.99 Ha atau 8.1166 %, jenis tanah Latosol seluas 38262.39 Ha atau 24.4037 % dan jenis tanah Regosol seluas 27216.71 Ha atau 17.3588 %.

Kelompok latosol terdiri dari latosol coklat dan latosol coklat kemerahan seluas38.069,43 Ha. Kelompok regosol terdiri dari regosol dan dan regosol grumusol seluas 26.840,75 Ha. sedangkan kelompok grumusol seluas 12.764,18 Ha.

Jenis penggunaan lahan pada DAS Tuntang bervariasi, dimana luas lahan hutan dan kebun campuran memiliki cakupan wilayah yang cukup luas yaitu + 39% dari luas wilayah, dengan sebaran cukup merata dari hulu sampai hilir DAS. Di wilayah ini juga terdapat kebun rakyat yang didominasi oleh tanaman sengon dan kopi. Sedangkan perkebunan Negara (PTP) didominasi tanaman karet dan cengkih. Penggunaan Lahan wilayah DAS Tuntang yang terdiri dari Hutan sebesar 13.3777 %, Kebun Rakyat 1.7456 %, Pemukiman 13.7509 %, Rawa 0.1883 %, Sawah 1 kali 8.5997 %, Sawah 2 kali 37.4759 %, Semak Belukar 0.0760 %, Sungai 2.2128 %, Tambak 1.2574 %, Tanah Tandus 0.0092 % dan Tegalan 21.3063 %.

Thumb
DAS Tuntang dan pembagian subDAS didalamnya

Ketinggian rata – rata dan variasi ketinggian pada suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap temperatur dan pola hujan khususnya pada daerah topografi bergunung, untuk wilayah DAS Tuntang titik tertinggi pada masing – masing Sub DAS bervariasi antara 10,86 mdpl sampai dengan 2.911,72 mdpl, sedangkan titik ketinggian terendah bervariasi antara 0,00 mdpl sampai dengan 460,62 mdpl.

Curah hujan di wilayah DAS Tuntang pada saat kejadian banjir di hulu DAS : Pos Bringin 60 mm, Pos Bancak 60 mm, Pos Dadapayam 50 mm, Pos Banyubiru 64 mm, Pos Salatiga Kota 37 mm. Data debit sungai Tuntang pada saat banjir adalah 800 m3/dt, rata rata debit sungai berkisar antara 499,90 m3/ detik sampai dengan 722,40 m3/detik. Sungai Tuntang memiliki debit 722,4 m3/ detik, sungai Senjoyo memiliki debit 626,2 m3/ detik, sungai Blorong 499,90 m3/ detik dan sungai Jajar 560 m3/ detik.

Tingkat kepadatan penduduk secara geografis di wilayah DAS Tuntang berkisar antara 3 - 50 orang/km2 dan kepadatan geografis berkisar antara 5 - 54 orang/ Ha., sedangkan kepadatan tenaga agraris berkisar antara 3 - 11 orang/ Ha. Jenis mata pencaharian yang paling dominan di wilayah DAS Tuntang adalah petani dan buruh tani, berikutnya adalah pedagang, dan pengusaha serta buruh industri.

Thumb
DAS Tuntang masuk dalam administrasi Wilayah Sungai (WS) Jratunseluna

Besaran prosentase tingkat penutupan lahan DAS Tuntang didominasi oleh areal dengan tingkat penutupan yang sangat buruk yaitu seluas 65.284,99 Ha atau 41,79 % dari luas DAS, areal dengan tingkat penutupan lahan buruk seluas 41.976 Ha dan areal dengan tingkat penutupan sedang 828,71 Ha, sedangkan areal dengan tingkat penutupan lahan baik adalah seluas 48.100,44 Ha. Sebaran klas erosi pada DAS Tuntang adalah bervariasi, antara dari ringan , sedang. berat sampai dengan sangat berat. Klas erosi yang paling dominan adalah ringan yaitu seluas 117.273,27 Ha, sedang 6.442,37 Ha, berat 23.936,96 Ha dan sangat berat 8.538,19 Ha. Ditinjau dari kondisi penutupan lahan, nampak bahwa Sub DAS Senjoyo/ Catchment Senjoyo relatif masih baik dimana penutupan lahan oleh vegetasi yang rapat baik dilahan masyarakat maupun diperkebunan karet PTP. Sedangkan di wilayah Sub DAS Bancak (Gobak) / catchment Bancak penutupan lahan banyak didominasi oleh persawahan dan tanaman keras seperti sengon, mahoni dan jati yang penutupan lahannya masih relative cukup baik. Sedangkan untuk catchment Sub DAS Tuntang hulu yaitu wilayah Banyubiru dan sekitar waduk Rawapening kondisi penutupan lahannya relative masih baik karena diwilayah ini terdapat juga perkebunan kopi PTP.

Remove ads

Kondisi Umum

Ringkasan
Perspektif

Main geological features:

Alluvial, Miocene sedimentary, Plio-Pleistocene sedimentary, Neogene sedimentary, Miocene sedimentary, Holocene volcanics, Lava flows, and flow breccia

Main tributaries:

Senjoyo River (120 km²), Bancak River (140 km²), Danau Rawa Pening, Sungai Geyongan, Sungai Purwo, Sungai Temuireng, Sungai Tuk Bening, Sungai Blorong

Mean annual precipitation: 2,588 mm – basin average

Informasi lebih lanjut DAS, ZOM BMKG ...

Mean annual runoff: 28.43 m³/s at Glapan (798 km²)

Population: 738,000 (1997) , 1.165.719 (2025)

Land use (1993):

  • Forest: 21.3%
  • Paddy Field: 30.5%
  • Agriculture: 37.5%
  • Urban: 7.7%
  • Water surface: 3.0%
  • DDL (Daya Dukung Lindung) adalah nilai indeks (0–1) yang menunjukkan seberapa baik suatu wilayah sub-DAS melindungi fungsi ekologisnya, terutama dalam hal:
    • Perlindungan hutan,
    • Penyerapan air hujan,
    • Pencegahan erosi dan banjir,
    • Keseimbangan ekologis secara umum.
  • Semakin tinggi nilainya (mendekati 1), semakin baik fungsi lindungnya.
  • Nilai DDL antara 0,45 hingga 0,64 dikategorikan sebagai “sedang – baik” (moderate-good).

Berdasarkan analisis terhadap tujuh sub-DAS di wilayah DAS Tuntang, diperoleh nilai daya dukung fungsi lindung (DDL) untuk tahun 2015 dan 2023 sebagai berikut:

  1. Sub-DAS Bancak (Gobak) memiliki nilai DDL sebesar 0,54 pada tahun 2015, yang sedikit menurun menjadi 0,53 pada tahun 2023.
  2. Sub-DAS Blorong mempertahankan nilai DDL yang stabil di angka 0,59 pada kedua tahun tersebut.
  3. Sub-DAS Rawapening mengalami sedikit penurunan dari 0,52 pada tahun 2015 menjadi 0,51 pada tahun 2023.
  4. Sub-DAS Senjoyo menunjukkan penurunan dari 0,46 menjadi 0,45.
  5. Sub-DAS Temuireng juga menurun tipis dari 0,64 pada tahun 2015 menjadi 0,63 pada tahun 2023, namun tetap menjadi yang tertinggi di antara sub-DAS lainnya.
  6. Sub-DAS Tuk Bening mengalami penurunan dari 0,58 menjadi 0,57.
  7. Sub-DAS Tuntang (utama) memiliki nilai DDL paling rendah, yaitu 0,45, yang tidak berubah antara 2015 dan 2023.
Informasi lebih lanjut Nama Sungai, Panjang [km] ...
Remove ads

Pemanfaatan

Penduduk di sepanjang Sungai Tuntang memanfaatkan untuk sumberdaya pertanian dan perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala. Air sungai ini juga dimanfaatkan sebagai PLTA dan digunakan PDAM untuk kebutuhan air minum. Di tepi Sungai Tuntang terdapat jalur rel kereta api yang menghubungkan antara Stasiun Ambarawa, Stasiun Tuntang dengan Stasiun Kedungjati.

Geografi

Sungai ini mengalir di wilayah tengah pulau Jawa yang beriklim muson tropis (kode: Am menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[4] Suhu rata-rata setahun sekitar 21 °C. Bulan terpanas adalah September, dengan suhu rata-rata 24 °C, and terdingin Juni, sekitar 20 °C.[5] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3140 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Januari, dengan rata-rata 560 mm, dan yang terendah September, rata-rata 14 mm.[6]

Remove ads

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads