Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Tan Joe Hok
pemain bulu tangkis (1937-2025) Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara (Hanzi: 陳有福; Pinyin: Chén Youfu; Pe̍h-ōe-jī: Tân Iú Hok; 11 Agustus 1937 – 2 Juni 2025 )[1] adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1950-an hingga 1960-an. Ia adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England tahun 1959 setelah mengalahkan kompatriotnya, Ferry Sonnevile di final. Tan Joe Hok juga meraih medali emas Asian Games tahun 1962. Selain itu, Ia bersama enam pebulu tangkis Indonesia lainnya merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya tahun 1958. Pada masanya, Tan Joe Hok mempunyai nama besar sebagai atlet kebanggaan Indonesia karena prestasinya mengharumkan nama bangsa.
Tan Joe Hok bersama dengan Ferry Sonneville, Lie Poo Djian, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Eddy Jusuf, dan Olich Solihin merupakan perintis Tim Thomas Indonesia yang dikenal sebagai “tujuh pendekar" bulu tangkis tanah air. Mereka berhasil menjuarai Piala Thomas 1958 setelah menaklukkan juara bertahan Malaysia (dahulu bernama Malaya) dalam babak penantangan (chalenge round) dengan skor 6-3 di Singapore Badminton Hall, Singapura (dahulu merupakan bagian negara Malaya). Dalam perebutan Piala Thomas tersebut, Tan Joe Hok bermain sebagai pemain tunggal sekaligus pemain ganda (berpasangan dengan Lie Poo Djian).[2]
Setelah pensiun dari pemain bulu tangkis, Tan Joe Hok sempat menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hongkong. Ia bergabung menjadi pelatih PB Djarum tahun 1982 dan merangkap sebagai project manager cabang PB Djarum di Jakarta.
Ia kemudian diangkat menjadi pelatih pelatnas Piala Thomas 1984 dan berkat bimbingannya Tim Bulu Tangkis Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 1984 dengan munundukkan China. Atas prestasinya SIWO/ PWI Jaya menganugerahkan penghargaan sebagai Pelatih Olah Raga Terbaik 1984.
Remove ads
Kehidupan awal dan pendidikan
Ringkasan
Perspektif
Tan Joe Hok dilahirkan di Babakan, Bandung. Ibunya berasal dari Ujungberung, Bandung, sementara neneknya berasal dari Cilacap.[3] Ia merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara dalam keluarga sederhana.[4] Lahir pasca-krisis Malaise saat masa kolonial Hindia Belanda, ia mengaku pernah pingsan saat ikut orang tuanya mengantri beras.[4] Selama Revolusi Nasional Indonesia, keluarganya berpindah hingga ke Sumedang dan Tasikmalaya sebelum kembali pulang ke Bandung.[5] Ia menjalani pendidikan tingkat SD hingga SMA di Bandung. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa di Universitas Baylor, Texas, Amerika Serikat[6] dengan mengambil pendidikan premedical bidang kimia dan biologi pada tahun 1959 sampai lulus meraih gelar Sarjana pada 1963.[5] Keputusannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi terinspirasi dari rekan pebulutangkis dari Malaysia Ismail Marjan yang mendorongnya untuk berjuang agar tidak merasakan kehidupan Ismail yang getir. Ia berkuliah dengan menerima beasiswa dari gereja.[7]
Tan Joe Hok mulai tertarik bermain bulu tangkis saat melihat ayah dan teman-temannya bermain olahraga itu. Mulai bermain dengan menggunakan bakiak ibunya dan kok bekas ayahnya, setelah beberapa tahun kemudian ia bisa meminjam raket ayahnya dan kemudian memenangkan berbagai pertandingan daerah tanpa hadiah uang. Pada 1954, ia baru berhasil membeli raket pertamanya seharga Rp120 setelah bekerja sebagai pemungut bola paruh waktu selama beberapa bulan di lapangan tenis yang kini menjadi lokasi Hotel Hilton Bandung.[5][8]
Tan Joe Hok mulai menjadi pebulutangkis profesional setelah bergabung dengan klub bulutangkis Blue White—atau nantinya bernama klub Mutiara Bandung—setelah diundang oleh pebulutangkis ternama Bandung Lie Tjoe Kong. Ia semakin dikenal ketika memenangkan Kejuaraan Nasional Bulutangkis tahun 1956 di Surabaya.[5]
Remove ads
Pribadi
Ringkasan
Perspektif
Ia menikah dengan mantan pemain bulu tangkis Goei Kiok Nio pada tahun 1965 dan mereka memiliki dua orang anak. Pascaperistiwa Gerakan 30 September, pada 1967 Tan Joe Hok diwajibkan mengganti nama, mengurus kewarganegaraan, dan diusir dari Indonesia.[9] Tan Joe Hok mengalami kesulitan untuk mendapatkan kewarganegaraan penuh di Indonesia karena ia tidak dapat memperoleh Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia, dokumen wajib bagi orang non-pribumi dan khususnya warga negara Indonesia keturunan Tionghoa selama kediktatoran Soeharto yang didukung AS. Ia berkata, "Tidak akan sulit bagi kami untuk pindah ke luar negeri, tetapi kami tidak ingin melakukan itu karena kami adalah orang Indonesia. Sekalipun hujan emas turun di luar negeri, kami akan tetap di sini, di tanah tempat darah Indonesia telah tertumpah."[10][11]
Meski lahir dan besar di Indonesia, anaknya pun tetap diminta menunjukkan bukti kewarganegaraan, yang sempat membuatnya kecewa.[12]
Tan Joe Hok aktif menyuarakan hak-hak masyarakat Tionghoa, termasuk membantu atlet seperti Ivana Lie yang kesulitan mendapatkan paspor Indonesia. Ia juga turut mendukung perjuangan pengakuan Imlek sebagai hari raya yang sah di Indonesia, yang kemudian mendapat titik terang pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Tan Joe Hok fasih dan menguasai bahasa Indonesia, Sunda, Inggris, Spanyol, Mandarin. Ia juga mengerti bahasa Belanda dan Jerman.[7] Ia menetap di rumah pemberian Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin di Pancoran, Jakarta Selatan.[4][7]
Remove ads
Prestasi
Ringkasan
Perspektif
- Juara Piala Thomas 1958, 1961, dan 1964 (Tim Thomas Indonesia)
- Juara Kejuaraan Nasional 1956 di Surabaya
- Juara All England 1959
- Juara AS Terbuka 1959 dan 1960
- Juara Kanada Terbuka 1959 dan 1960
- Juara Asian Games 1962
- Anggota Tim Thomas Cup Indonesia (1958-1967)
Pesta Olahraga Asia
Tunggal putra
Ganda putra
Turnamen internasional (10 gelar, 7 runners-up)
Tunggal putra
Ganda putra
Ganda campuran
Remove ads
Karier
- Pelatih bulu tangkis di Meksiko (1969-1970)
- Pelatih bulu tangkis di Hongkong (1971)
- Pelatih bulu tangkis PB Jarum Kudus (1982)
- Pelatih Tim Thomas Cup (1984)
- Direktur Mandala Pest Control (1973-sekarang)
Penghargaan
- Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia pada 15 Juni 1961[5][14]
- Bintang Jasa Nararya dari Presiden Republik Indonesia pada 28 Mei 1964[15]
- Pelatih Olah Raga Terbaik 1984 dari SIWO/ PWI Jaya
Lain-lain
- Tan menolak gelar pahlawan Piala Thomas Indonesia, namun lebih senang menyebut dirinya dan kawan-kawannya sebagai pionir daripada pahlawan.
- Film biografi layar lebar tentang Tan Joe Hok sedang diproduksi dengan judul Tan.
Rujukan
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads