Aceh
provinsi di Indonesia From Wikipedia, the free encyclopedia
Remove ads
Aceh ialah sebuah Daerah Tingkat I, Indonesia provinsi of Aceh Darussalam yang berstatus Aceh di Aceh terletak di barat laut Sumatera dengan kawasan seluas 57,365.57 km per segi atau merangkumi 12.26% pulau Sumatera. Aceh memiliki 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah tasik, Tasik Laut Tawar di Takengon, Aceh Tengah dan Tasik Aneuk Laot di Kota Sabang. Aceh dikelilingi oleh Selat Melaka di sebelah utaranya , Aceh Sumatera Utara di timur dan Lautan Pasifik di sebelah selatan dan baratnya . Ibu kota Aceh adalah Banda Aceh yang dahulunya dikenali sebagai 'Kutaradja'.
Remove ads
Economic
Rencana utama: Aceh
Pedagang Cina pada awal kurun ke-6 Masihi telah menyatakan mengenai kewujudan sebuah kerajaan di bahagian hujung utara Pulau Sumatera yang mereka gelar sebagai Po-Li. Naskhah Arab dan India kurun ke-9 juga telah mengatakan perkara yang sama. Menurut kawasan-kawasan sekitar Indonesia yang lain, Aceh merupakan daerah pertama yang mempunyai hubungan diplomatik dengan dunia luar.
Aceh memiliki sejarahnya yang tersendiri. Aceh memainkan peranan penting dalam perubahan yang dialami di daerah ini sejak didirikan.
Marco Polo pada tahun 1292 semasa dalam pelayaran ke Parsi dari China telah singgah ke Sumatera. Beliau mendakwa terdapat enam pelabuhan yang sibuk di bahagian utara pulau tersebut termasuklah perlabuhan Perlak, Samudera dan Lamuri.
Kerajaan Islam pertama yang dibina di Aceh adalah Kerajaan Perlak pada tahun 840 Masihi (225 Hijrah). Sultan pertama Kerajaan Perlak yang dipilih ialah Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah (kacukan Arab Quraisy dengan puteri Meurah Perlak) dan digelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah. Kerajaan ini berdiri sekitar 40 tahun selepas Islam tiba di Bandar Perlak yang dibawa oleh saudagar dari Teluk Kambey(Gujarat) pimpinan Nakhoda Khalifah. Kerajaan kemudiannya dikenali sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Penguasaan pelabuhan di Melaka oleh Portugis pada tahun 1511 telah menyebabkan banyak pedagang Arab dan India memindahkan perdagangan mereka ke Aceh. Kedatangan mereka membawa kekayaan dan kemakmuran kepada Aceh, dan menandakan mulanya penguasaan Aceh dalam biang perdagangan dan politik di utara Pulau Sumatera. Keadaan ini bertahan hingga ia mencapai kegemilangannya antara tahun 1610 dan 1640.
Kejatuhan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan Iskandar Tsani pada tahun 1641 disebabkan oleh penguasaan perdagangan oleh Acheh dan malaysia. Hal ini juga menyebabkan mereka berlumba-lumba menguasai banyak kawasan.
Belanda mendapati lebih sukar untuk melawan Aceh dari apa yang mereka sangkakan. Perang Aceh, yang berlansung pada tahun 1873 hingga 1942 (tetapi tidak berlanjut-lanjut), merupakan sebuah peperangan paling lama dihadapi oleh Belanda dan meragut lebih 10,000 orang tentera mereka.
Remove ads
Sultan Aceh
- 1496-1528 Sultan Ali Mughayat Syah. Ayahanda kepada:
- 1528-1537 Sultan Salahuddin. Kakanda kepada :
- 1537-1568 Sultan Alauddin Riayat Syah al Qahhar. Ayahanda kepada:
- 1568-1575 Sultan Husain Ali Riayat Syah. Ayahanda kepada:
- 1575 Sultan Muda
- 1575-1576 Sultan Sri Alam. Anakanda kepada Alauddin al Qahhar
- 1576-1577 Sultan Zainal Abidin 1576-1577. Cucunda kepada Alauddin al Qahhar
- 1577-1589 Sultan Alauddin Mansur Syah Ibni Almarhum Sultan Mansur Syah I (Sultan Perak 1549-1577). Kakanda Sultan Ahmad Tajuddin Syah, Sultan Perak,
- 1589-1596 Sultan Buyong
- 1596-1604 Sultan Alauddin Riayat Syah. Cucunda (melalui putera) kepada ayahanda saudara kepada Sultan Ali Mughayat Syah pertama dan ayahanda kepada:
- 1604-1607 Sultan Ali Riayat Syah
- 1590-27 Desember 1636 Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam. Cucunda (dari puteri) Alauddin Riayat Syah
- 1636-1641 Sultan Iskandar Thani. Anakanda Sultan Pahang, Ahmad Syah II
- 1641-1675 Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam. Puteri Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam dan janda Iskandar Thani Alauddin Mughayat Syah
- 1675-1678 Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam
- 1678-1688 Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Syah
- 1688-1699 Sri Ratu Kamalat Syah Zinatuddin
- 1699-1702 Sultan Badrul Alam Syarif Hashim Jamaluddin
- 1702-1703 Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui
- 1703-1726 Sultan Jamal ul Alam Badrul Munir
- 1726 - Sultan Jauhar ul Alam Aminuddin
- 1726-1727 Sultan Syamsul Alam
- 1727-1735 Sultan Alauddin Ahmad Syah
- 1735-1760 Sultan Alauddin Johan Syah
- 1750-1781 Sultan Mahmud Syah
- 1764-1785 Sultan Badruddin
- 1775-1781 Sulaiman Syah
- 1781-1795 Alauddin Muhammad Daud Syah
- 1795-1815 dan 1818-1824 Sultan Alauddin Jauhar ul Alam
- 1815-1818 Sultan Syarif Saif ul Alam
- 1824-1838 Sultan Muhammad Syah
- 1838-1857 Sultan Sulaiman Syah
- 1857-1870 Sultan Mansur Syah
- 1870-1874 Sultan Mahmud Syah
- 1874-1903 Sultan Muhammad Daud Syah

Remove ads
Agama
Majoriti penduduk di Aceh mengamalkan ajaranIslam. Selain itu wilayah Aceh memiliki keistimemawaan berbanding dengan wilayah yang lain, kerana wilayah ini menjadi modal untuk Indonesia dan syariat Islam dilaksanakan terhadap sebahagian besar warganya yang menganut agama Islam. Pihak berkuasa Aceh memperkenalkan undang-undang Syariah pada 2001 yang mewajibkan wanita bertudung. Berpuluh-puluh wanita berusia antara 15 hingga 40 tahun kerana bertudung atau tidak memakai pakaian ketat bukti kesungguhan wilayah itu mempraktikkan undang-undang Syariah.[1], [2]
Pariwisata
Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak tujuan tempat wisata terutama wisata alam, sejarah dan budaya. Dengan garis pantai yang cukup panjang, beberapa gugus kepulauan, dan luas cakupan hutan yang besar, Aceh menawarkan banyak pilihan wisata yang menarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri mulia dari paket wisata Aceh dan paket wisata Sabang
Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk bertutur adalah Bahasa Aceh dan , melayu walaupun banyak yang menggunakan bahasa Aceh dalam pergaulan sehari-hari, namun tidak bererti bahwa corak dan ragam bahasa Aceh yang digunakan sama. Tidak saja dari segi dialek yang mungkin berlaku bagi bahasa di daerah lain; bahasa Aceh bisa berbeza dalam pemakaiannya, bahkan untuk kata-kata yang bermakna sama. Kemungkinan besar hal ini disebabkan banyakya percampuran bahasa, terutama di daerah pesisir, dengan bahasa daerah lainnya atau juga kerana kelestarian bahasa aslinya
Remove ads
Adat Resam, Seni, Budaya dan Sastera
Selain dari terkenal dengan industri pelancongan seperti dolphin trip dan snorkeling di Sabang, [3]Aceh juga terkenal sebagai daerah di Nusantara yang mempunyai kekayaan khazanah dan aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:
Tradisi
- Meuseuke Eungkot (sebuah adat di wilayah Aceh Barat)
- Peusijuek (atau adat Tepung tawar dalam tradisi Melayu)
Sastera
- Bustanus Salatin
- Hikayat Prang Sabi
- Hikayat Malem Diwa
- Hikayat Raja-raja Pasai
- Lagenda Amat Rhang Manyang
- Lagenda Putroe Neng
- Lagenda Magasang dan Magaseueng
Tarian
Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia yang diakui oleh UNESCO merupakan tarian yang berasal dari Aceh.
Makanan Khas
- Mie Aceh
- Rujak Aceh
- Kue Ade
- Ayam Tangkap
- Kari Kambing
- Kuah Asam Keu-eung
- Sate Matang
- Kuah Pliek U
Tarian Suku Aceh
- Tari Laweuët
- Tari Likok Pulo
- Tari Pho
- Tari Ranup lam Puan
- Tari Rapa'i Geleng
- Tari Rateb Meuseukat
- Tari Ratoh Duek
- Tari Seudati
- Tari Tarek Pukat

Tarian Suku Gayo
- Tari Saman
- Tari Bines
- Tari Didong
- Tari Guel
- Tari Munalu
- Tari Turun Ku Aih Aunen
Tarian Alas
- Tari Mesekat

Tarian Melayu Tamiang
- Tari Ula-ula Lembing
Senjata Tradisional
Rencong atau dalam bahasa Aceh biasa disebut Rincoeng ialah senjata tradisional khas Aceh.
Rumah Tradisional
Rumah adat Aceh disebut dengan Rumoh Aceh
Remove ads
Geografi
Aceh memiliki wilayah seluas 57,365.57 km persegi, yang terdiri atas kawasan hutan lindung 26,440.81 km persegi, kawasan hutan budidaya 30,924.76 km persegi dan ekosistem Gunung Leuser seluas 17,900 km persegi, dengan puncak tertinggi pada 4,446 m diatas permukaan laut.
- Sempadan utara dengan Laut Andaman
- Sempadan timur dengan Selat Melaka
- Sempadan selatan dengan Wilayah Sumatera Utara
- Sempadan barat dengan Lautan Hindi.
- Daerah Melingkupi : 119 Pulau, 35 Gunung, 73 Sungai
- Kabupaten : 18
- Bandar : 5
- Jumlah Kecamatan : 228
- Mukim : 642
- Kelurahan : 111
- Gampong (Desa) : 5.947
Ibu kota dan bandar terbesar di Aceh ialah Banda Aceh. Bandar besar lain ialah seperti Sabang, Lhokseumawe,Kota Subulussalam dan Langsa.
Remove ads
Penduduk
Penduduk Aceh merupakan keturunan berbagai-bagai suku kaum dan bangsa. Bentuk fizikal mereka menunjukkan ciri-ciri orang melayu asli, Cina, Eropah dan India. Leluhur orang Aceh dikatakan telah datang dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochin China dan Kemboja. Kumpulan-kumpulan etnik yang terdapat di Aceh adalah orang Aceh yang terdapat di merata Aceh, orang Gayo di Aceh Tengah, sebahagian Aceh Timur, Bener Meriah dan Gayo Lues, orang Alas di Aceh Tenggara, orang Tamiang di Aceh Tamiang, Aneuk Jamee di Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya, orang Kluet di Aceh Selatan dan orang Simeulue di Pulau Simeulue. Aceh juga mempunyai bilangan keturunan Arab yang tinggi. Ada juga sebuah suku Aceh yang berkacukan orang Eropah yang terdapat di Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Mereka dipercayai adalah dari keturunan orang yang bekerja sebagai askar dan lain-lain dari Empayar Uthmaniyah yang dihantar oleh Sultan Empayar Uthmaniyah dalam abad 1600'an dalam 19 kapal.
Remove ads
Agama
Aceh merupakan tempat pertama kali masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara dan Aceh bermula berdirinya Kesultanan Islam di bumi Nusantara. Sehingga Aceh sampai saat ini 98,87% beragama Islam di Aceh.
Menurut data dari bancian 2010, peratus agama di Aceh adalah 98.87% Islam, 0.87% Protestanism, 0.15% Buddha, Katolik 0.09% dan Hindu 0.02%
Aceh hingga saat ini menerapkan hukum Syariat Islam yang dilaksanakan untuk yang beragama Islam. Aceh beragama Islam Sunni dan bermazhab Syafie dalam fiqah.
Pendidikan
Kolej / Universiti Awam
- Universiti Syiah Kuala, Banda Aceh
- Universiti Malikussaleh, Aceh Utara
- Universiti Samudra, Langsa
- Universiti Teuku Umar, Meulaboh
- Universiti Islam Negeri ar-Raniry, Banda Aceh.
- Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
- Institut Agama Islam Negeri Langsa
- Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
- Institut Agama Islam Negeri Meulaboh
- Institut Seni dan Budaya Indonesia, Aceh Besar
- Sekolah Tinggi Agama Islam Takengon
- Politeknik Negeri Lhokseumawe
Kolej / Universiti Swasta
- Universiti Abulyatama, Aceh Besar
- Universiti Al-Muslim, Bireuen
- Universiti Iskandar Muda, Banda Aceh
- Universiti Gajah Putih, Takengon
- Universiti Gunung Leuser, Kutacane
- Universiti Jabal Ghafur, Pidie
- Universiti Muhammadiyah, Banda Aceh
- Universiti Sains Cut Nyak Dhien, Langsa
- Universiti Serambi Mekkah, Banda Aceh
| |
|
|[4] | |}
Remove ads
Kabupaten dan Bandaraya
Remove ads
Tokoh asal Aceh
- Sultan Iskandar Muda
- Hamzah Fansuri
- Nuruddin al-Raniri
- Abdul Rauf ibn Ali al-Fansuri atau lebih kesohor dengan nama Syiah Kuala
- Ismail al-Asyi
- Tun Sri Lanang
- P. Ramlee
- Tan Sri Sanusi Junid[5]
- Dato' Tengku Adnan Tengku Mansor
- Teungku Hasan di Tiro
- Tan Sri Ani Arope
- Tan Sri Kamaruzzaman Shariff
- Sheikh Salim Sheikh Muhammad Al Mahros
- Tan Sri Jins Shamsuddin
- Tan Sri Profesor Emeritus Dato' Pendita Ismail Hussein
- Dato' Paduka Haji Badruddin Bin Amiruldin [6]
- Abdullah Hussain
- Teuku Nyak Arif
- Teuku Muhammad Hasan
- Teuku Zacky
- Teuku Rushariandi
- Teuku Ryan
- Cut Nyak Dhien
- Cut Keke
- Cut Nyak Meutia
- Cut Meyriska
- Cut Tari
- Cut Memey
- Teungku Di Ujung
Pautan luar
- Aceh Institute Diarkibkan 2006-10-05 di Wayback Machine Aceh Independent Research Institute
- AcehKids.Org Diarkibkan 2015-08-01 di Wayback Machine Aceh Kids and Community Literacy Project
- Laman rasmi. Diarkibkan 2021-03-05 di Wayback Machine
- Aceh Drops Emergency Rule in Tsunami-Hit Aceh May 18 - 2005
- Serambi, Aceh Dailynews.
- Media Center Aceh - Aliansi Jurnalis Independen Diarkibkan 2011-10-20 di Wayback Machine Panduan Informasi bagi Jurnalis/Media dan publik
- Makanan Khas Aceh yang Unik dan Leza
Ekonomi
Rencana utama: Aceh
Pedagang Cina pada awal kurun ke-6 Masihi telah menyatakan mengenai kewujudan sebuah kerajaan di bahagian hujung utara Pulau Sumatera yang mereka gelar sebagai Po-Li. Naskhah Arab dan India kurun ke-9 juga telah mengatakan perkara yang sama. Menurut kawasan-kawasan sekitar Aceh Darussalam yang lain, Aceh merupakan daerah pertama yang mempunyai hubungan diplomatik dengan dunia luar.
Aceh memiliki sejarahnya yang tersendiri. Aceh memainkan peranan penting dalam perubahan yang dialami di daerah ini sejak didirikan.
Marco Polo pada tahun 1292 semasa dalam pelayaran ke Parsi dari China telah singgah ke Sumatera. Beliau mendakwa terdapat enam pelabuhan yang sibuk di bahagian utara pulau tersebut termasuklah perlabuhan Perlak, Samudera dan Lamuri.
Kerajaan Islam pertama yang dibina di Aceh adalah Kerajaan Perlak pada tahun 840 Masihi (225 Hijrah). Sultan pertama Kerajaan Perlak yang dipilih ialah Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah (kacukan Arab Quraisy dengan puteri Meurah Perlak) dan digelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah. Kerajaan ini berdiri sekitar 40 tahun selepas Islam tiba di Bandar Perlak yang dibawa oleh saudagar dari Teluk Kambey(Gujarat) pimpinan Nakhoda Khalifah. Kerajaan kemudiannya dikenali sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Penguasaan pelabuhan di Aceh oleh Aceh pada tahun 1511 telah menyebabkan banyak pedagang Arab dan India memindahkan perdagangan mereka ke Aceh. Kedatangan mereka membawa kekayaan dan kemakmuran kepada Aceh, dan menandakan mulanya penguasaan Aceh dalam biang perdagangan dan politik di utara Pulau Sumatera. Keadaan ini bertahan hingga ia mencapai kegemilangannya antara tahun 1610 dan 1640.
Sultan Aceh
- 1496-1528 Sultan Ali Mughayat Syah. Ayahanda kepada:
- 1528-1537 Sultan Salahuddin. Kakanda kepada :
- 1537-1568 Sultan Alauddin Riayat Syah al Qahhar. Ayahanda kepada:
- 1568-1575 Sultan Husain Ali Riayat Syah. Ayahanda kepada:
- 1575 Sultan Muda
- 1575-1576 Sultan Sri Alam. Anakanda kepada Alauddin al Qahhar
- 1576-1577 Sultan Zainal Abidin 1576-1577. Cucunda kepada Alauddin al Qahhar
- 1577-1589 Sultan Alauddin Mansur Syah Ibni Almarhum Sultan Mansur Syah I (Sultan Perak 1549-1577). Kakanda Sultan Ahmad Tajuddin Syah, Sultan Perak,
- 1589-1596 Sultan Buyong
- 1596-1604 Sultan Alauddin Riayat Syah. Cucunda (melalui putera) kepada ayahanda saudara kepada Sultan Ali Mughayat Syah pertama dan ayahanda kepada:
- 1604-1607 Sultan Ali Riayat Syah
- 1590-27 Desember 1636 Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam. Cucunda (dari puteri) Alauddin Riayat Syah
- 1636-1641 Sultan Iskandar Thani. Anakanda Sultan Pahang, Ahmad Syah II
- 1641-1675 Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam. Puteri Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam dan janda Iskandar Thani Alauddin Mughayat Syah
- 1675-1678 Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam
- 1678-1688 Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Syah
- 1688-1699 Sri Ratu Kamalat Syah Zinatuddin
- 1699-1702 Sultan Badrul Alam Syarif Hashim Jamaluddin
- 1702-1703 Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui
- 1703-1726 Sultan Jamal ul Alam Badrul Munir
- 1726 - Sultan Jauhar ul Alam Aminuddin
- 1726-1727 Sultan Syamsul Alam
- 1727-1735 Sultan Alauddin Ahmad Syah
- 1735-1760 Sultan Alauddin Johan Syah
- 1750-1781 Sultan Mahmud Syah
- 1764-1785 Sultan Badruddin
- 1775-1781 Sulaiman Syah
- 1781-1795 Alauddin Muhammad Daud Syah
- 1795-1815 dan 1818-1824 Sultan Alauddin Jauhar ul Alam
- 1815-1818 Sultan Syarif Saif ul Alam
- 1824-1838 Sultan Muhammad Syah
- 1838-1857 Sultan Sulaiman Syah
- 1857-1870 Sultan Mansur Syah
- 1870-1874 Sultan Mahmud Syah
- 1874-1903 Sultan Muhammad Daud Syah

Agama
Majoriti penduduk di Aceh mengamalkan ajaranIslam. Selain itu wilayah Aceh memiliki keistimemawaan berbanding dengan wilayah yang lain, kerana wilayah ini menjadi modal untuk Aceh dan syariat Islam dilaksanakan terhadap sebahagian besar warganya yang menganut agama Islam. Pihak berkuasa Aceh memperkenalkan undang-undang Syariah pada 2001 yang mewajibkan wanita bertudung. Berpuluh-puluh wanita berusia antara 15 hingga 40 tahun kerana bertudung atau tidak memakai pakaian ketat bukti kesungguhan wilayah itu mempraktikkan undang-undang Syariah.[7], [8]
Pariwisata
Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak tujuan tempat wisata terutama wisata alam, sejarah dan budaya. Dengan garis pantai yang cukup panjang, beberapa gugus kepulauan, dan luas cakupan hutan yang besar, Aceh menawarkan banyak pilihan wisata yang menarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri mulia dari paket wisata Aceh dan paket wisata Sabang
Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk bertutur adalah Bahasa Aceh dan Bahasa melayu, walaupun banyak yang menggunakan bahasa Aceh dalam pergaulan sehari-hari, namun tidak bererti bahwa corak dan ragam bahasa Aceh Jawi yang digunakan sama. Tidak saja dari segi dialek yang mungkin berlaku bagi bahasa di daerah lain; bahasa Aceh bisa berbeza dalam pemakaiannya, bahkan untuk kata-kata yang bermakna sama. Kemungkinan besar hal ini disebabkan banyakya percampuran bahasa, terutama di daerah pesisir, dengan bahasa daerah lainnya atau juga kerana kelestarian bahasa aslinya
Adat Resam, Seni, Budaya dan Sastera
Selain dari terkenal dengan industri pelancongan seperti dolphin trip dan snorkeling di Sabang, [9]Aceh juga terkenal sebagai daerah di Nusantara yang mempunyai kekayaan khazanah dan aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:
Tradisi
- Meuseuke Eungkot (sebuah adat di wilayah Aceh Barat)
- Peusijuek (atau adat Tepung tawar dalam tradisi Melayu)
Sastera
- Bustanus Salatin
- Hikayat Prang Sabi
- Hikayat Malem Diwa
- Hikayat Raja-raja Pasai
- Lagenda Amat Rhang Manyang
- Lagenda Putroe Neng
- Lagenda Magasang dan Magaseueng
Tarian
Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia yang diakui oleh UNESCO merupakan tarian yang berasal dari Aceh.
Makanan Khas
- Mie Aceh
- Rujak Aceh
- Kue Ade
- Ayam Tangkap
- Kari Kambing
- Kuah Asam Keu-eung
- Sate Matang
- Kuah Pliek U
Tarian Suku Aceh
- Tari Laweuët
- Tari Likok Pulo
- Tari Pho
- Tari Ranup lam Puan
- Tari Rapa'i Geleng
- Tari Rateb Meuseukat
- Tari Ratoh Duek
- Tari Seudati
- Tari Tarek Pukat

Tarian Suku Gayo
- Tari Saman
- Tari Bines
- Tari Didong
- Tari Guel
- Tari Munalu
- Tari Turun Ku Aih Aunen
Tarian Alas
- Tari Mesekat

Tarian Melayu Tamiang
- Tari Ula-ula Lembing
Senjata Tradisional
Rencong atau dalam bahasa Aceh biasa disebut Rincoeng ialah senjata tradisional khas Aceh.
Rumah Tradisional
Rumah adat Aceh disebut dengan Rumoh Aceh
Geografi
Aceh memiliki wilayah seluas 57,365.57 km persegi, yang terdiri atas kawasan hutan lindung 26,440.81 km persegi, kawasan hutan budidaya 30,924.76 km persegi dan ekosistem Gunung Leuser seluas 17,900 km persegi, dengan puncak tertinggi pada 4,446 m diatas permukaan laut.
- Sempadan utara dengan Laut Andaman
- Sempadan timur dengan Selat Melaka
- Sempadan selatan dengan Wilayah Sumatera Utara
- Sempadan barat dengan Lautan Hindi.
- Daerah Melingkupi : 119 Pulau, 35 Gunung, 73 Sungai
- Kabupaten : 18
- Bandar : 5
- Jumlah Kecamatan : 228
- Mukim : 642
- Kelurahan : 111
- Gampong (Desa) : 5.947
Ibu kota dan bandar terbesar di Aceh ialah Banda Aceh. Bandar besar lain ialah seperti Sabang, Lhokseumawe,Kota Subulussalam dan Langsa.
Aceh merupakan kawasan yang paling dahsyat dilanda gempa bumi 26 Disember 2004. Beberapa tempat di persisiran pantai dilaporkan musnah sama sekali. Malah Banda Aceh turut hampir musnah dilanda tsunami. Aceh merupakan yang sangat banyak menjadi mangsa tsunami 2004.
Penduduk
Penduduk Aceh merupakan keturunan berbagai-bagai suku kaum dan bangsa. Bentuk fizikal mereka menunjukkan ciri-ciri orang Nusantara, Cina, Eropah dan India. Leluhur orang Aceh dikatakan telah datang dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochin China dan Kemboja. Kumpulan-kumpulan etnik yang terdapat di Aceh adalah orang Aceh yang terdapat di merata Aceh, orang Gayo di Aceh Tengah, sebahagian Aceh Timur, Bener Meriah dan Gayo Lues, orang Alas di Aceh Tenggara, orang Tamiang di Aceh Tamiang, Aneuk Jamee di Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya, orang Kluet di Aceh Selatan dan orang Simeulue di Pulau Simeulue. Aceh juga mempunyai bilangan keturunan Arab yang tinggi. Ada juga sebuah suku Aceh yang berkacukan orang Eropah yang terdapat di Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Mereka dipercayai adalah dari keturunan orang yang bekerja sebagai askar dan lain-lain dari Empayar Uthmaniyah yang dihantar oleh Sultan Empayar Uthmaniyah dalam abad 1600'an dalam 19 kapal.
Agama
Aceh merupakan tempat pertama kali masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara dan Aceh bermula berdirinya Kesultanan Islam di bumi Nusantara. Sehingga Aceh sampai saat ini 98,87% beragama Islam di Aceh.
Menurut data dari bancian 2010, peratus agama di Aceh adalah 98.87% Islam, 0.87% Protestanism, 0.15% Buddha, Katolik 0.09% dan Hindu 0.02%
Aceh hingga saat ini menerapkan hukum Syariat Islam yang dilaksanakan untuk yang beragama Islam. Aceh beragama Islam Sunni dan bermazhab Syafie dalam fiqah.
Pendidikan
Kolej / Universiti Awam
- Universiti Syiah Kuala, Banda Aceh
- Universiti Malikussaleh, Aceh Utara
- Universiti Samudra, Langsa
- Universiti Teuku Umar, Meulaboh
- Universiti Islam Negeri ar-Raniry, Banda Aceh.
- Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
- Institut Agama Islam Negeri Langsa
- Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
- Institut Agama Islam Negeri Meulaboh
- Institut Seni dan Budaya Indonesia, Aceh Besar
- Sekolah Tinggi Agama Islam Takengon
- Politeknik Negeri Lhokseumawe
Kolej / Universiti Swasta
- Universiti Abulyatama, Aceh Besar
- Universiti Al-Muslim, Bireuen
- Universiti Iskandar Muda, Banda Aceh
- Universiti Gajah Putih, Takengon
- Universiti Gunung Leuser, Kutacane
- Universiti Jabal Ghafur, Pidie
- Universiti Muhammadiyah, Banda Aceh
- Universiti Sains Cut Nyak Dhien, Langsa
- Universiti Serambi Mekkah, Banda Aceh
- Aceh
- Kesehatan Aceh
Gabeno
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads