Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Ciledug, Cirebon
kecamatan dan kota pusat ekonomi di Kabupaten Cirebon bagian timur, Jawa Barat Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Ciledug (Aksara Sunda: ᮎᮤᮜᮨᮓᮥᮌ᮪) adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten Cirebon bagian timur, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ciledug merupakan kota pusat ekonomi di Cirebon Timur yang kini mengalami perkembangan ekonomi begitu pesat. Hal itu tak lepas masuknya Kecamatan Ciledug sebagai bagian dari proyeksi Pemprov Jawa Barat dalam persiapan pembangunan kawasan industri Rebana (Cirebon metropolitan).[1]
Ibu kota Kecamatan Ciledug berada di Desa Ciledug (terdiri dari 4 desa yaitu; Ciledug Kulon, Ciledug Lor, Ciledug Tengah, dan Ciledug Wetan).
khas dari Ciledug yaitu Tahu Gejrot; yang kini dapat juga dinikmati di luar Ciledug, seperti di Bandung dan Jakarta. Di Ciledug masih dapat dijumpai gedung-gedung kuno, peninggalan pemerintahan Belanda.
Ciledug dahulu merupakan salah satu kewedanaan di wilayah Cirebon, yang meliputi Kecamatan Ciledug, Babakan, Waled dan Losari . Kantor Kewedanaan sekarang menjadi kantor Kecamatan Ciledug. Di sepanjang jalan utama Ciledug yakni di sisi kiri dan kanan Jalan Merdeka Barat dan Merdeka Utara masih berjejer gedung besar sebagai tempat budi daya sarang walet.
Dengan adanya pembangunan ruas Jalan Tol Palimanan-Kanci dan Kanci Pejagan, maka akses menuju Ciledug menjadi semakin cepat karena terdapat pintu tol entry-exit Ciledug, dengan dilalui oleh kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum yang berhenti di Terminal Bus Ciledug. Di Ciledug juga terdapat stasiun kereta api Ciledug yang terletak di Jalan Ki Buyut Roda.
letak samsat Cirebon II Ciledug juga berada di kecamatan ciledug yang melayani wilayah Cirebon Timur.
Remove ads
Kelurahan/desa
- Secara Administratif pada akhir Tahun 2023 Kecamatan Ciledug terdiri dari 10 (sepuluh) desa yang kesemuanya berstatus desa dan klasifikasinya terdiri dari 4 (empat) desa berstatus desa mandiri, 6 (enam) desa berstatus desa maju.
- Jumlah pemerintahan terendah berdasarkan satuan lingkungan setempat terdiri dari 39 dusun/blok, 47 rukun warga/rukun keluarga dan 195 rukun tetangga, dengan rasio RT terhadap RW sebesar 4,14. Pendidikan aparat pemerintahan desa sudah didominasi oleh lulusan sarjana yaitu 8, SMA 4 dan SMP 1. Kesepuluh desa tersebut adalah:
Remove ads
Geografis
Secara geografis Kecamatan Ciledug terletak di bagian timur Kabupaten Cirebon yaitu antara 108° 73' – 108° 75' Bujur Barat, dan antara 6° 89' - 6° 91' Lintang Selatan.
Batas Wilayah
dengan batas-batas wilayahnya:
Utara | Kecamatan Pabedilan |
Timur | Kecamatan Losari, Provinsi Jawa Tengah |
Selatan | Kecamatan Pasaleman |
Barat | 1.Kecamatan Pabuaran (pemekaran dari Kecamatan Ciledug) |
Luas Wilayah Kecamatan Ciledug adalah 13,25 km2 yang berarti Kecamatan hanya sekitar 1,36% dari luas wilayah Kabupaten Cirebon (yaitu kurang lebih 1.076,76 km2 ).
Jarak dari Desa/Kelurahan ke Ibu Kota Kecamatan berkisar antara 0.3 – 4.3 km, Desa/Kelurahan. Bojongnegara merupakan daerah yang memiliki jarak terjauh dari ibukota Kecamatan, sedangkan jarak dari ibukota Kecamatan Ciledug ke Kabupaten Cirebon berkisar antara 25.5 – 46.4 km.
Remove ads
Luas Desa/Kel Di Kecamatan Ciledug
sumber: Desa kecamatan Ciledug
Alamat Balai Desa/Kantor Kelurahan dan Kecamatan Di Ciledug
sumber: Desa di kecamatan Ciledug
Remove ads
Jumlah Penduduk
- Jumlah penduduk di Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon pada tahun 2023 adalah 47.159 jiwa. Dan pada tahun 2021 berdasarkan hasil Estimasi penduduk adalah 47,519 jiwa terdiri dari 24,096 jiwa laki-laki dan 23,423 jiwa perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk perempuan dengan perbandingan sex ratio 96 persen.
- Rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Ciledug pada Tahun 2021 adalah 3,772 Jiwa/Km2. kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Ciledug Tengah dengan kepadatan 6.257 Jiwa/Km2 dan kepadatan terendah berada di Desa Bojongnegara dengan kepadatan 2.338 Jiwa/Km2.
Remove ads
Sejarah Kecamatan Ciledug, Cirebon
Ringkasan
Perspektif
Untuk mengamankan daerah Pagedangan dari orang-orang yang tidak mau masuk Islam . Ki Bledug Jaya meminta dikirim prajurit tangguh dari Caruban Larang untuk melatih para pemuda dan orang-orang dewasa penduduk Pagedangan. Setelah bantuan pasukan datang, mereka melatih penduduk Pagedangan disuatu tempat, sehingga tempat itu menjadi berdebu (Bahasa Sunda: Ledug), sampai-sampai air (Bahasa Sunda: Cai) yang akan digunakan untuk mandi, mencuci dan minum bercampur ledug (debu). Akhirnya tempat latihan itu terkenal dengan sebutan Ciledug hingga sekarang.Untuk memenuhi kebutuhan Keraton Cerbon, Ki Bledug Jaya diperintahkan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) agar berdiam di Keraton Caruban Larang, tetapi pada hari Senin dan Kamis Ki Bledug Jaya diperkenankan untuk melihat daerahnya. (Orang-orang masih percaya bahwa samapi sekarang Ki Bledug Jaya pada hari Senin dan kamis berada di Ciledug. Pada hari senin dan Kamis berada di Ciledug. Pada hari Senin dan Kamis banyak orang datang berziarah ke tempat tersebut).Pada abad ke-15, daerah Pagedangan termasuk Wilayah Kerajaan Galuh yang menguasai daerah Jawa Barat sampai batas Cipamali (sungai ini sekarang menjadi batas antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah). Agama yang dianut oleh masyarakat ketika itu kebanyakan menganut agama Hindu-Budha pengaruh dari luar daerah.Pada saat itu, di Cirebon telah berkembang agama Islam yang dikembangkan oleh Pangeran Walangsungsang (Mbah Kuwu Cerbon), putra prabu siliwangi penguasa kerajaan galuh/pajajaran. Dalam rangka mengembangkan / mensiarkan agama islam. P. Walangsungsang dibantu oleh putra Nyai Rarasantang adiknya yang bernama Syarif Hidayatullah yang kemudian terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.Dengan adanya Pangeran Walangsungsang menyebarkan agama Islam, maka wilayah Kerajaan Galuh/Pajajaran diliputi rasa kekhawatiran. Para sesepuh Galuh yang beragama Sanghiang merasa kehilangan wibawa dan kepercayaan dari masyarakatnya, antara lain Ki Arya Kidang Layaran yang juga sedang kecewa karena salah seorang anaknya yang bernama Raden Layang Kemuning mengundurkan diri sebagai pepatih Kerajaan Galuh, meninggalkan segala kebesaran dan pergi mengembara tanpa pamit, sedangkan tempat tujuannya pun tidak diketahui rimbanya. Untuk mencarinya Ki Arya Kidang Layaran mengutus Nyi Ratu Layang Sari adik Layang Kemuning.Dalam pengembaraannya, Raden layang Kemuning menetap dan berdiam menyendiri disuatu tempat di tepi Sungai Cisanggarung. Ia menyamar sebagai tukang nyarah (mengambil kayu yang hanyut disungai) dan berganti nama dengan nama Ki Malewang.Pada suatu hari, langit mendung, halilintar bergelegar dan turunlah hujan yang sangat deras bagai ditumpahkan dari langit . Akibat hujan lebat Sungai Cisanggarung banjir mendadak. Airnya bergemuruh dan bergulung-gulung menghanyutkan segala yang menghalangi, termasuk tubuh Ki Malewang yang sedang nyarah ikut terhanyut. Dalam keadaan pingsan ia terdampar di daerah Pagedangan. Tiada selembar kainpun yang melekat ditubuhnya, karena waktu nyarah pakaiannya diletakan ditepi sungai. (Tempat terdamparnya Ki Malewang sekarang bernama Pelabuhan)Ratu Layang Sari yang diutus ayahandanya untuk mencari kakaknya yang bernama Raden Layang Kemuning belum dapat menemukannya. Akhirnya sampailah ia di tempat Ki Malewang terdampar. Melihat ada tubuh seorang laki-laki yang tergeletak ditepi sungai dalam keadaan tanpa busana, makakeinginannya untuk menolong diurungkan, tetapi ia melemparkan selendangnya untuk menutupi tubuh yang tergeletak itu. Lalu ia meninggalkan tempat itu dengan tidak mengira bahwa yang tergeletak adalah tubuh kakaknya yang selama ini ia cari.Setelah Ki Malewang sadar dari pingsannya, bukan main terkejutnya berada di tempat itu dalam keadaan telanjang, hanya tertutup selembar selendang. Iapun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang yang telah menutupi badannya dengan selendang itu.Di Pagedangan itu Ki Malewang membuat gubuk untuk tempat tinggal. Dan pepohonan disekitarnya ditebang untuk dijadikan lahan pertanian. Daerah ditepi sungai Cisanggarung tempat kediaman Ki Malewang itu sangat subur,sehingga orang-orang berdatangan ke tempat itu, dan lama kelamaan ramailah daerah Pagedangan karena banyak penghuninya.Beberapa tahun kemudian, datanglah enam orang utusan dari Kerajaan Galuh setelah mendengar keberadaan Raden Layang Kemuning di Pagedangan dengan maksud agar Raden Layang Kemuning mau kembali ke Kerajaan Galuh. Tetapi Raden layang Kemuning (Ki Malewang) menolak, bahkan keenam orang utusan itupun ingin menetap di Pagedangan dengan tujuan mengabdi kapada Raden Layang Kemuning mengembangkan pedukuhan. Keenam orang tersebut adalah:
1. Ki Gagak Singalaga (Ki Gatot Singalaga)
2. Ki Angga Paksa
3. Ki Angga Raksa
4. Ki Kokol
5. Ki Jala Rawa (Ki Sekar Sari)
6. Nyi Godong Lamaranti (disebut si Nyai)
Ketika Mbah Kuwu Cerbon mengetahui bahwa daerah sebelah timur ada sebuah pedukuhan yang masih menganut agama Sanghiang, maka ia bersama pengikutnya mendatangi Pagedangan untuk menyampaikan agama Islam. Kedatangan Mbah Kuwu Cerbon diterima dengan baik oleh Ki Malewang, yang kemudian ia beserta para pengikutnya masuk agama Islam dengan tulus.Untuk menambah keyakinannya, Ki Malewang bersama pengikutnya mengangkat sumpah di depan Mbah Kuwu Cerbon sebagai bukti kesetiaannya memeluk agama Islam. Pada waktu sumpah itu dilaksanakan, tiba-tiba langit menjadi gelap tertutup mendung dan halilintar yang sangat dahsyat menyambar tubuh Ki Malewang. Suara menggelegar: “ Bleduuug” (di daerah itu disebut Bledug). Tubuh Ki Malewang tetap tegar, tidak bergetar dan tidak berubah. Sejak kejadian itu Ki Malewang mendapat gelar “ Ki Bledug Jaya”.Pada tahun 1479 Syarif Hidayatullah diangkat menjadi Susuhunan di Caruban Larang, dia memperluas Keraton Pakungwati dan akan mendirikan Masjid Agung Sang Ciptarasa. Karena memerlukan kayu jati yang baik dan kuat, maka Sinuhun menugaskan Ki Bledug untuk mencarikan kayu jati yang baik. Bersama dengan para pengikutnya Ki Bledug jaya menebang kayu di bulak kasub (daerah dukuh jeruk–Brebes) dan mengirimkannya ke Cirebon. Kelebihan dan sisa-sisa dari kayu yang dibawa ke Cerbon oleh Ki Bledug Jaya dan para pengikutnya Balai yang besar. Balai (Bale) besar itu digunakan untuk tempat bermusyawarah dalam rangka penyebaran agama Islam. Dala di balai itu juga Mbah Kuwu Cerbon memimpin dan mengatur cara penyebaran agama Islam. Balai itu lebih dikenal dengan sebutan BaleKambang Ranjang.Ranjang (Bale Kambang) itu mempunyai enam buah tiang penyangga, hal ini dimaksudkan untuk mengenang jasa keenam pengikutnya yaitu: ki Gagak Sigalaga, Ki Angga Paksa, Ki Angga Raksa, Ki Kokol, Ki Jalak Rawa, dan Nyi Godong Lamaranti.Bale Kambang ini selain tempat musyawarah juga digunakan oleh Ki Bledug Jaya untuk mengambil sumpah orang-orang yang baru masuk agama Islam agar tidak kembali ke agama Sanghiang.Ki Bledug Jaya/Ki Malewang/Raden Layang Kemuning wafat di Cirebon. Dan atas jasanya dalam penyebaran agama Islam dia dimakamkan di Asatana Gunung Jati Blok Ganggong Pamungkuran.
Remove ads
Periode Camat Ciledug
Remove ads
Tempat Pelayanan Kesehatan
Remove ads
Mobilitas Masyarakat
Penginapan/hotel
Tempat Ibadah
Remove ads
Jumlah Sarana Pendidikan
Ringkasan
Perspektif
- Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
- SMP/SLTP dan MTs
- SLTA/SMK, dan MA
Remove ads
Galeri
- Terminal bus antarkota Ciledug tahun 2004.
- Terminal Ciledug Jawa Barat Setelah Renovasi Tahun 2024.
- Stasiun Ciledug yang penuh sesak saat sore hari menunggu kereta api Gaya Baru Malam Selatan.
- Stasiun Ciledug tampak peron.
- Stasiun Ciledug yang penuh sesak saat sore hari.
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads