Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Kereta api Parahyangan

layanan kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Kereta api Parahyangan
Remove ads

Kereta api Parahyangan merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dan campuran (lihatlah di bawah) yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) untuk melayani relasi BandungGambir dan sebaliknya.

Fakta Singkat Informasi umum, Jenis layanan ...
Remove ads

Kereta api Parahyangan menawarkan pilihan perjalanan pada pagi hingga malam hari untuk kedua arah serta menempuh jarak sekitar 169 km dalam waktu rata-rata 2 jam 59 menit.[1]

Remove ads

Asal usul nama

Nama Parahyangan dalam bahasa Sunda dan Preanger dalam pengejaan bahasa Belanda merujuk pada suatu daerah pegunungan tempat kebudayaan Suku Sunda berkembang. Menurut buku berjudul Seabad Grand Hotel Preanger 1897–1997 (2000) yang disusun oleh Kunto, kata "Parahyangan" berasal dari kata rahyang yang mendapatkan awalan pa- dan akhiran -an yang berarti "tempat bersemayam para rahyang—roh nenek moyang atau dewa".[2]

Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Kereta api Parahyangan (1971–2010)

Thumb
KA Parahyangan tiba di Stasiun Gambir, 2009

Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) meluncurkan kereta api Parahyangan pada 31 Juli 1971 dengan layanan kelas eksekutif dan bisnis untuk menempuh perjalanan dari Bandung menuju Jakarta dalam waktu empat jam tiga menit.[3]

Saat awal pengoperasiannya, kereta api ini sering beroperasi dengan lokomotif BB301 sebagai penarik. Lokomotif BB304 sempat dioperasikan sebagai penarik sebelum tergantikan oleh lokomotif CC201.[4]

Pada tahun 1980-an, kereta api Parahyangan sempat menjadi pilihan masyarakat untuk bepergian menuju Jakarta maupun Bandung—hal ini dapat dibuktikan adanya pengoperasian kereta api Parahyangan dengan empat belas kereta dalam satu rangkaian.[4]

Pada tahun 2005, kereta api Parahyangan sempat beroperasi dengan membawa dua kereta kelas eksekutif dan tiga kereta kelas bisnis dalam satu rangkaian sebagai dampak penurunan tingkat keterisian penumpang akibat pengoperasian jalan tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang (Cipularang)—perjalanan Jakarta–Bandung saat itu lebih cepat apabila ditempuh melalui jalan tol. Untuk meningkatkan keterisian penumpang, KAI sempat memberlakukan diskon tarif mulai 7 Maret 2008.[5][6]

Kereta api Argo Gede (1995–2010)

Thumb
Kereta api Argo Gede saat melintas di Jembatan Cirangrang, Bandung Barat, 2009

Kereta api Argo Gede merupakan layanan kereta api Argo pertama yang beroperasi mulai 31 Juli 1995. Nama "Argo Gede" diambil dari Gunung Gede, salah satu gunung di Jawa Barat. Kereta api ini diluncurkan di Stasiun Gambir oleh Perumka bersamaan dengan peresmian kereta api JS-950 Argo Bromo dan peluncuran lokomotif CC203.[7] Selama pengoperasiannya, kereta api ini menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bandung selama 2,5 jam dan beroperasi menggunakan rangkaian kereta buatan INKA keluaran 1995.[8] Per Oktober 1999, kereta api ini melayani dua kali perjalanan dalam sehari dan tarif ditetapkan sebesar Rp40.000,00.[9]

PT KA kemudian meluncurkan layanan kereta api Argo Gede II pada 20 Mei 2001—bersama dengan peluncuran kereta api Argo Muria II dan Gumarang—untuk menambah jumlah perjalanan lintas Jakarta–Bandung.[10]

Beberapa layanan kereta api lintas Jakarta–Bandung mengalami penurunan tingkat keterisian akibat pengoperasian jalan tol Cipularang pada 2005. Walaupun demikian, tingkat keterisian kereta api Argo Gede lebih tinggi jika dibandingkan dengan kereta api Parahyangan.[11]

Kereta api Argo Parahyangan (2010–2025)

2010–2016; Awal pengoperasian

Thumb
Kereta api Argo Parahyangan saat melintas di Tikungan Padalarang, 2011
Thumb
Kereta api Argo Parahyangan saat melintas di JPL 52, Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur

Kereta api Argo Parahyangan merupakan hasil rasionalisasi pasca beroperasinya Jalan Tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang, yang berupa peleburan layanan kereta api Argo Gede dan Parahyangan sejak 26 April 2010.[12]

Kereta api Argo Parahyangan mulai beroperasi pada 27 April 2010. Pada awal peleburan, kereta api Argo Parahyangan beroperasi dengan rangkaian kereta yang terdiri dari tiga sampai empat kereta kelas eksekutif (bekas kereta api Argo Gede) dan dua sampai tiga kereta kelas bisnis (bekas kereta api Parahyangan).

Oleh karena permintaan pasar akan layanan kelas eksekutif meningkat, maka layanan kelas bisnis ditiadakan pada beberapa perjalanan. Hingga akhirnya pada 30 Desember 2011, Argo Parahyangan hanya melayani kelas eksekutif.

Sejak tidak diberlakukan kebijakan kereta aling-aling pada pertengahan tahun 2016, perjalanan kereta api Argo Parahyangan—yang sebelumnya mengalami perubahan layanan—kembali melayani kelas bisnis.

2016–2017; Penambahan kelas ekonomi

Sejak 25 Oktober 2016, layanan kelas bisnis kereta api Argo Parahyangan diubah menjadi kelas ekonomi plus. Rangkaian kereta kelas ekonomi plus yang digunakan berupa rangkaian kereta buatan INKA keluaran 2016—pernah digunakan untuk pengoperasian kereta api Mutiara Selatan maupun kereta api lain. Namun, diketahui kereta ekonomi plus memiliki ruang antarkursi yang sempit, sehingga dikeluhkan oleh pengguna.[13][14][15] Pada masa ini, jumlah perjalanan dilakukan penambahan sebagai respons atas peningkatan permintaan.

2017–2023; Masa keemasan dan Argo Parahyangan Excellence

Thumb
Kereta api Argo Parahyangan melintas langsung Stasiun Manggarai, 2018
Thumb
Tampak dalam kereta api Argo Parahyangan kelas eksekutif setelah dilakukan penggantian rangkaian kereta mulai 2019

Pada rentang tahun 2017 hingga 2019, kereta api ini mulai beroperasi menggunakan rangkaian kereta buatan INKA kelas ekonomi premium keluaran 2017 dan kelas eksekutif berbahan baja nirkarat keluaran 2018 pada layanan kereta api tambahan. Selain itu, kereta api ini mulai melayani layanan priority pada 9 Maret 2018.[16]

Kereta api Argo Parahyangan reguler dilakukan penggantian rangkaian kereta secara keseluruhan dengan rangkaian kereta buatan INKA berbahan baja nirkarat mulai tahun 2019. KAI meluncurkan layanan kereta api dengan waktu tempuh yang lebih singkat (2 jam 50 menit), yaitu Argo Parahyangan Excellence, mulai 1 Oktober 2019.[17]

Sesuai dengan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) tahun 2021, kereta api ini memiliki empat perjalanan pulang-pergi secara reguler dan enam kali perjalanan kereta api fakultatif.

2023–Januari 2025; Kereta Panoramic dan akhir pengoperasian

Thumb
Kereta api Argo Parahyangan mengarah Jakarta segera melintasi Stasiun Purwakarta. 2023

Per 3 Februari 2023, kereta api Argo Parahyangan mendapatkan tambahan layanan Kereta Panoramic yang dioperasikan sepanjang bulan Februari 2023 pada hari Jumat untuk nomor KA 44A dan Minggu untuk nomor KA 51A.[18]

Namun pada 1 Juni 2023—diikuti dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api baru untuk tahun 2023, Stasiun Kiaracondong tidak akan dilayani oleh kereta api Argo Parahyangan dari grafik sebelumnya. Pada tanggal 3 Juni 2023, dua hari setelah pemberlakuan Gapeka 2023, rangkaian kereta Panoramic kini beroperasi setiap hari dengan nomor KA 33–34 dan 43–44 pada jadwal pagi beserta KA 35–36 pada jadwal petang, namun KA 33–34 dan 35–36 hanya beroperasi pada hari Senin–Jumat.[19][20] Pada Gapeka 2025, kereta api Argo Parahyangan berhenti beroperasi dan digantikan oleh pendahulunya yang lahir kembali, yaitu Parahyangan.

Pengoperasian kembali kereta api Parahyangan (2025–sekarang)

Mulai 1 Februari 2025, bertepatan dengan pengoperasian Gapeka 2025, kereta api Argo Parahyangan tidak lagi berstatus sebagai kereta api unggulan. Sehingga kembali menggunakan nama kereta api Parahyangan dengan layanan kelas yang serupa tetapi memiliki perhentian yang lebih banyak.[21]

Remove ads

Pola rangkaian

Ringkasan
Perspektif

Berdasarkan Gapeka 2025, kereta api Parahyangan beroperasi dengan menggunakan rangkaian milik sendiri serta rangkaian milik kereta api lain. Berikut ini merupakan diagram pola rangkaian yang digunakan oleh kereta api Parahyangan.

Informasi lebih lanjut Jenis Layanan, Nomor KA ...

Stasiun pemberhentian

Berikut adalah stasiun pemberhentian Kereta api Parahyangan per 1 Februari 2025.[22]

Informasi lebih lanjut Provinsi, Kota/Kabupaten ...

Legenda

Stasiun ujung (terminus)
Berhenti untuk semua arah/sebagian besar jadwal
Berhenti untuk jadwal pagi
Remove ads

Insiden

Ringkasan
Perspektif

Pada 30 Mei 2014 sekitar pukul 21.00 WIB, kereta api Argo Parahyangan dari arah Gambir menuju Bandung anjlok di KM128+400 petak jalan antara CisomangCikadongdong tepatnya di ujung Jembatan Cisomang sisi Darangdan, Purwakarta. Kejadian ini mengakibatkan sebuah lokomotif dan dua kereta paling depan keluar rel hingga miring ke arah kanan, dan menyebabkan perjalanan kereta api Serayu dialihkan. Ratusan penumpang kereta api Argo Parahyangan dievakuasi menuju Stasiun Cisomang. Beberapa penumpang mengalami luka di bagian kepala akibat benturan.[23][24][25][26]

Pada 26 Agustus 2019 pukul 13.00, KA 32 Argo Parahyangan menabrak bus Agra Mas yang merupakan angkutan karyawan di perlintasan kereta api Warungbambu, Karawang Timur, Karawang. Pada saat kejadian bus mengalami mogok saat melintas di perlintasan sebidang. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut karena sopir dan penumpang bus telah keluar sebelum kecelakaan. Kejadian ini mengakibatkan kaca lampu semboyan pada lokomotif pecah, kereta pembangkit dan bus terlempar, serta beberapa perjalanan kereta api menjadi terganggu.[27]

Pada 21 Desember 2019 pukul 22:15 WIB, kereta api Argo Parahyangan menabrak mobil di perlintasan kereta api di Cibitung, Wanasari, Cibitung, Bekasi yang mengakibatkan mobil mengalami kerusakan parah dan tujuh orang penumpang tewas di lokasi kecelakaan. Selain itu, lampu kabut sebelah kiri pada lokomotif pecah kemudian berhenti luar biasa di Stasiun Tambun untuk memeriksa lokomotif.[28]

Remove ads

Galeri

Remove ads

Lihat pula

Catatan

  1. Untuk informasi selengkapnya lihatlah di bawah.

Referensi

Pranala luar

Loading content...
Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads