Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Kereta api Turangga

layanan kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Kereta api Turangga
Remove ads

Kereta api Turangga merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif & panoramic yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) untuk melayani relasi BandungSurabaya Gubeng melalui lintas selatan Pulau Jawa. Kereta api ini memiliki waktu keberangkatan dari stasiun awal pada malam hari dan tiba di stasiun akhir pada keesokan paginya, berkebalikan dengan kereta api Argo Wilis.

Fakta Singkat Informasi umum, Jenis layanan ...
Remove ads
Remove ads

Asal usul

Nama Turangga diambil dari nama hewan yang menurut kepercayaan rakyat setempat, Turangga merupakan nama lain dari kuda tunggangan para bangsawan Jawa. Kuda ini menjadi lambang kendaraan yang kencang dan tahan berbagai situasi. Penamaan ini jelas bermaksud agar Kereta api Turangga mampu memberikan pelayanan terbaik demi kepuasan dan kebanggaan penumpangnya.[3]

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Awal Pengoperasian (1995–2018)

Thumb
Kereta api Turangga tiba di Stasiun Surabaya Gubeng menggunakan rangkaian kereta lama, 2011

Kereta api Turangga pertama kali beroperasi pada 1 September 1995 melayani rute Bandung-Surabaya dengan layanan kelas bisnis plus dan eksekutif.[1] Sejak 11 Oktober 1999, ia hanya melayani kelas eksekutif dan beroperasi menggunakan rangkaian kereta baru dari INKA keluaran 1999, sedangkan rangkaian kelas bisnisnya dimutasi ke Malang untuk pengoperasian kereta api Gajayana.

Sejak 19 Januari 2009, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta hasil penyehatan kereta buatan tahun 1960—sebagian besar warna tampak dalam kereta berwarna hijau.

Pengoperasian Saat ini (2018–sekarang)

Thumb
Kereta api Turangga saat melintasi Stasiun Manggarai sewaktu masih melayani relasi GambirBandungSurabaya Gubeng.

Sejak pertengahan tahun 2018, rangkaian kereta berbahan baja nirkarat buatan Industri Kereta Api (INKA) digunakan untuk pengoperasian kereta api Turangga. Dengan dikeluarkannya grafik perjalanan kereta api terbaru oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan Kereta Api Indonesia mulai tanggal 1 Desember 2019, rute kereta api Turangga diperpanjang hingga Stasiun Gambir.[4] Per 1 September 2020, rute kereta api ini dikembalikan lagi menjadi seperti semula karena tingkat keterisian penumpang di rute Bandung–Jakarta dan sebaliknya menurun akibat pandemi Covid-19.

Mulai Tanggal 28 September 2022, bertepatan Hari Ulang Tahun PT Kereta api Indonesia ke 77 Tahun, Kereta api Turangga akan mengalami peningkatan kecepatan dari semula hanya 105 km/jam menjadi 120 km/jam[5]

Perpindahan kepemilikan Daerah Operasi serta perubahan pola rangkaian

Mulai Tanggal 1 Juni 2023 bertepatan dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2023, KA Turangga akan saling bertukar rangkaian dengan Kereta api Argo Wilis, yang direncanakan 2 Trainset Kereta api Turangga ini akan dimutasi 1 Trainset ke Depo Kereta Jakarta Kota (JAKK) untuk keperluan pengoperasian Kereta api Manahan sedangkan 1 Trainset nya lagi telah dimutasi ke Depo Kereta Bandung (BD), itupun Kereta api Turangga juga diambil alih operasional ke Daerah Operasi II Bandung dari Daerah Operasi VIII Surabaya. Pada tanggal 3 Juni 2023, dua hari setelah pemberlakuan Gapeka 2023 diikuti peluncuran layanan bagi kereta api lintas barat yaitu Argo Parahyangan, rangkaian kereta Panoramic di kereta api Argo Wilis dan Turangga di jalur selatan Pulau Jawa kini beroperasi secara reguler dengan nomor KA 5 dan 6 untuk KA Argo Wilis serta nomor 65 dan 66 untuk KA Turangga.[6][7]

Remove ads

Pola pengoperasian

Ringkasan
Perspektif

Mulai Gapeka 2023, kereta api Argo Wilis dan Turangga menggunakan sistem tukar rangkaian dengan pola operasi "tiga rangkaian & empat perjalanan" dimana mereka saling bertukar rangkaian satu sama lain. Misalnya, Turangga 12 berangkat dari Stasiun Bandung pukul 17.40 WIB dan tiba di Stasiun Surabaya Gubeng pukul 03.40 WIB. Sesampainya di Surabaya, eks rangkaian Turangga 12 akan 'berganti nama' menjadi Argo Wilis 9 keberangkatan dari Surabaya Gubeng pukul 08.30 WIB. Begitu pula kedatangan Argo Wilis 10, pukul 17.15 WIB di Surabaya Gubeng juga akan berganti nama menjadi Turangga 11 untuk keberangkatan pukul 20.00 dari Surabaya Gubeng.

Namun, berbeda dengan kedatangan ataupun keberangkatan KA Turangga dan Argo Wilis di Stasiun Bandung yang tidak memungkinkan untuk "bertukar" kembali layaknya di Stasiun Surabaya Gubeng. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan satu trainset "cadangan ke-3" yang akan digunakan kembali. Ketika KA Turangga dari Surabaya Gubeng datang di Stasiun Bandung pukul 06.10, maka rangkaian eks Turangga akan "tidur" di Depo Kereta Api Bandung dan satu trainset "cadangan ke-3" (bekas dari Depo Induk Sidotopo) akan digunakan Argo Wilis untuk ke Surabaya dan bertukar dengan Turangga di Surabaya Gubeng.

Berikut merupakan diagram sederhana yang menjelaskan pola pengoperasian kereta api Argo Wilis dan Turangga:

Informasi lebih lanjut Pola rangkaian, Alur penomoran kereta ...

Jadi, kereta api Argo Wilis dan Turangga hanya "berubah nama" di Stasiun Surabaya Gubeng dengan satu rangkaian yang sama. Sedangkan di Stasiun Bandung, tepatnya di Depo Kereta Bandung mereka berganti rangkaian dengan rangkaian lain untuk beristirahat. Pola pengoperasian tersebut juga dilakukan pada KA Pasundan dan KA Kahuripan.

Remove ads

Stasiun pemberhentian

Ringkasan
Perspektif
Informasi lebih lanjut Provinsi, Kota/Kabupaten ...

Legenda

Stasiun ujung (terminus)
Berhenti untuk semua arah
Remove ads

Insiden

Ringkasan
Perspektif

Pada 30 Maret 2023, KA Turangga yang ditarik lokomotif CC 206 13 99 menabrak truk yang memuat pakan ternak di perlintasan kereta api nomor 76 antara Stasiun SembungStasiun Jombang di Jatipelem, Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kecelakaan disebabkan oleh truk yang mogok saat berada di perlintasan. Lokomotif yang menarik KA Turangga mengalami ringsek, namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Insiden ini menyebabkan kereta api yang melintasi jalur kereta api KertosonoSurabaya mengalami keterlambatan.[9]

Thumb
Kereta api Turangga bertabrakan dengan Commuter Line Bandung Raya di Cicalengka, Bandung pada 5 Januari 2024.

Pada 5 Januari 2024 pukul 06.03 WIB, kereta api Turangga nomor PLB 65A relasi Surabaya Gubeng–Bandung yang ditarik lokomotif CC 206 13 97 mengalami tabrakan dengan Commuter Line Bandung Raya nomor 350 relasi Padalarang–Cicalengka yang ditarik oleh lokomotif CC 201 77 17 di Cikuya, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecelakaan ini terjadi di sinyal masuk Stasiun Cicalengka tepatnya KM 181+700.

Pada saat kejadian, kereta api Turangga mengangkut sebanyak 287 penumpang dan Commuter Line Bandung Raya sebanyak 191 penumpang. Kejadian ini menyebabkan 4 orang tewas diantaranya masinis, asisten masinis dan petugas keamanan Commuter Line Bandung Raya, serta seorang pramugara kereta api Turangga. Sementara itu, sebanyak 37 penumpang mengalami luka ringan.[10]

Imbas dari kejadian tersebut, jalur kereta api lintas selatan Jawa antara Bandung hingga Kroya tidak dapat dilalui, sehingga seluruh kereta api yang melalui jalur kereta api tersebut mengalami pengalihan melalui CikampekCirebon hingga proses evakuasi dan normalisasi selesai dilakukan.[11]

Remove ads

Galeri

Lihat pula

Catatan

  1. Khusus untuk dua kali keberangkatan pada tanggal genap dan satu kali keberangkatan pada tanggal ganjil
  2. Khusus untuk dua kali keberangkatan pada tanggal ganjil dan satu kali keberangkatan pada tanggal genap

Referensi

Pranala luar

Loading content...
Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads