Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Pindapata

Pemberian sedekah oleh para bhikkhu Buddha Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Pindapata
Remove ads

Pindapata (KBBI;[1] Pali: piṇḍapāta atau piṇḍacāra; Sanskerta: पिण्डपात, piṇḍapāta, atau पिण्डपात्र, piṇḍapātra) berasal dari istilah Pali yang digunakan untuk merujuk pada praktik monastik Buddhis berupa pemberian sedekah makanan dan kebutuhan lainnya dari umat awam kepada para biksu dan biksuni.[2][3]

Thumb
Para biksu beraliran Theravāda mengamalkan pindapata di sekitar Vihāra Bodhigiri, Balerejo, Wlingi, Blitar, Jawa Timur, Indonesia.
Thumb
Mural yang menggambarkan Sang Buddha saat berpindapata, dari Gua Ajanta.
Informasi lebih lanjut Buddhisme, Buddhisme awal ...

Dalam Buddhisme Jepang aliran Zen, praktik ini juga disebut sebagai takuhatsu (托鉢).[4]

Remove ads

Etimologi

Praktik ini disebut dengan istilah Pāli piṇḍacāra atau piṇḍapāta.[5] Kata piṇḍacāra secara harfiah bermakna "pergi mengumpulkan potongan makanan"[6] yang disusun dari kata piṇḍa yang berarti "potongan makanan," dan cāra yang berarti "gerakan, tindakan, proses, pergi."[7] Selain itu, piṇḍapāta secara harfiah bermakna "potongan-potongan makanan jatuh (ke dalam mangkuk sedekah)"[8][9] yang disusun dari kata piṇḍa, dan pāta yang berarti "jatuh."[10]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring, kata "pindapata" didefinisikan sebagai "menerima persembahan makanan."[1]

Remove ads

Theravāda

Dalam Buddhisme Theravāda, para biksu atau biksuni yang sedang piṇḍacāra berjalan kaki keliling kota sambil membawa mangkuk sedekah (patta)[11] di dalam jubah luar mereka dan menawarkan diri kepada umat awam untuk menerima sedekah makanan dan kebutuhan lainnya (piṇḍapāta).[2][3] Akan tetapi, karena sifat ketidakpastian pada hampir semua aspek kehidupan biara Theravāda,[12] tidak ada jaminan bahwa para biksu atau biksuni dapat mengumpulkan makanan dengan porsi yang cukup untuk satu hari tertentu. Ketidakpastian ini secara khusus dapat diamati di luar daerah Indosfer (India Raya),[13][14] atau bahkan di daerah Indosfer pada masa krisis sosial atau sistemis.

Remove ads

Mahāyāna

Ringkasan
Perspektif

Dalam praktik takuhatsu dalam Buddhisme Jepang, para biksu melakukan perjalanan ke berbagai tempat usaha dan tempat tinggal untuk melantunkan sūtra dalam bahasa Sino-Jepang (sehingga menghasilkan jasa kebajikan) dengan imbalan sedekah berupa makanan dan uang.

Para biksu umumnya mengenakan pakaian takuhatsu tradisional yang mengingatkan pada pakaian Jepang abad pertengahan dan mengenakan nama biara mereka di tas mereka untuk mengonfirmasi identitas mereka. Sistem ini digunakan oleh biksu Zen dalam pelatihan untuk meminta makanan, dan umumnya dilakukan dalam kelompok yang beranggotakan sepuluh hingga lima belas orang. Kelompok tersebut berjalan melalui jalan dalam satu barisan, melantunkan (, dharma), dan umat yang berkeyakinan berkumpul untuk mengisi mangkuk sedekah mereka. Inilah persembahan Dharma dari para biksu dan kehidupan mereka sebagai penjaga Dharma kepada masyarakat. Menurut tradisi Zen, pemberi sedekah harus merasa bersyukur atas pemberian mereka.[15]

Lihat pula

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads