Manusia
nama umum Homo sapiens, satu-satunya spesies genus Homo yang masih ada / From Wikipedia, the free encyclopedia
Manusia (Homo sapiens) atau insan adalah spesies primata yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas. Mereka adalah jenis kera besar yang dicirikan oleh gaya berjalan dua kaki dan kemampuan kognitif yang mumpuni berkat otak mereka yang besar dan kompleks. Manusia adalah makhluk yang sangat sosial dan cenderung hidup dalam struktur sosial yang kompleks yang terdiri dari banyak kelompok yang saling bekerja sama dan bersaing, mulai dari keluarga dan jaringan kekerabatan hingga negara politik. Oleh karenanya, interaksi sosial antara manusia telah membentuk berbagai macam nilai, norma sosial, bahasa, dan ritual, yang masing-masing menopang komunitas manusia. Keinginan untuk memahami dan mempengaruhi fenomena telah memotivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, hukum, mitologi, agama, dan bidang studi lainnya.
Manusia[1]
| |
---|---|
Homo sapiens | |
Rekaman | |
Taksonomi | |
Kerajaan | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Mammalia |
Ordo | Primates |
Famili | Hominidae |
Genus | Homo |
Spesies | Homo sapiens Linnaeus, 1758 |
Tata nama | |
Sinonim takson | Sinonim spesies[1]
|
Subspesies | |
| |
Distribusi | |
Meskipun beberapa ilmuwan memperlakukan istilah manusia sama dengan semua anggota genus Homo, dalam penggunaan umum, istilah ini biasanya merujuk pada Homo sapiens, satu-satunya anggota Homo yang masih ada. Manusia modern secara anatomis muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu di Afrika, berevolusi dari Homo heidelbergensis atau spesies yang serupa dan bermigrasi keluar dari Afrika, secara bertahap menggantikan atau melakukan kawin silang dengan populasi lokal manusia purba. Manusia merupakan pemburu-pengumpul yang hidup berpindah-pindah selama sebagian besar rentang sejarahnya. Manusia mulai menunjukkan perilaku modern sekitar 160.000-60.000 tahun yang lalu. Revolusi Neolitikum, yang dimulai di Asia Barat Daya sekitar 13.000 tahun yang lalu (dan secara terpisah di beberapa tempat lain), melahirkan pertanian dan pemukiman manusia yang permanen. Ketika populasi manusia menjadi lebih besar dan lebih padat, bentuk-bentuk pemerintahan berkembang di dalam dan di antara mereka, dan sejumlah peradaban telah bangkit dan runtuh. Manusia terus berkembang, dengan populasi global mencapai lebih dari 8 miliar hingga tahun 2022.
Faktor gen dan lingkungan memengaruhi variasi biologis manusia dalam karakteristik tampilan, fisiologi, kerentanan terhadap penyakit, kemampuan mental, ukuran tubuh, dan rentang hidup. Meskipun manusia bervariasi dalam banyak sifat (seperti pembawaan genetik dan ciri-ciri fisik), setiap dua orang manusia setidaknya 99% mirip secara genetik. Manusia secara seksual bersifat dimorfik: secara umum, laki-laki memiliki tubuh yang lebih kuat dan perempuan memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi. Pada masa pubertas, manusia mengembangkan karakteristik seks sekunder. Wanita dapat hamil, biasanya antara masa pubertas, sekitar 12 tahun, hingga masa menopause, sekitar usia 50 tahun.
Manusia tergolong omnivora, mereka mampu mengonsumsi berbagai macam jenis tumbuhan dan binatang, dan telah menggunakan api dan bentuk panas lainnya untuk menyiapkan dan memasak makanan sejak zaman H. erectus. Manusia dapat bertahan hidup hingga delapan minggu tanpa makanan dan tiga atau empat hari tanpa air. Manusia pada umumnya aktif di siang hari, tidur rata-rata tujuh hingga sembilan jam per hari. Melahirkan bagi mereka adalah proses yang membahayakan, dengan risiko komplikasi dan kematian yang tinggi. Seringkali, baik ibu maupun ayah merawat anak-anak mereka, yang tidak berdaya saat dilahirkan, karena manusia adalah spesies altricial.
Manusia memiliki korteks prefrontal yang berukuran besar dan berkembang, bagian otak ini merupakan yang bertanggung jawab atas kemampuan kognisi yang lebih tinggi. Manusia memiliki kecerdasan yang tinggi, mempunyai ingatan episodik, memiliki ekspresi wajah yang fleksibel, kesadaran diri, dan teori pikiran. Pikiran manusia mampu melakukan introspeksi, pemikiran pribadi, imajinasi, tekad, dan membentuk pandangan tentang eksistensi. Hal ini memungkinkan kemajuan teknologi yang luar biasa dan pengembangan alat yang rumit melalui penalaran yang kompleks dan penerusan pengetahuan kepada generasi berikutnya. Bahasa, seni, dan perdagangan adalah karakteristik mendasar manusia. Rute perdagangan jarak jauh mungkin telah menyebabkan ledakan budaya dan distribusi sumber daya yang memberi manusia keunggulan dibandingkan spesies lain yang serupa.
Manusia adalah kera (superfamili Hominoidea).[2] Garis keturunan kera yang akhirnya memunculkan manusia pertama kali berpisah dari owa (famili Hylobatidae) dan orangutan (genus Pongo), kemudian gorila (genus Gorilla), dan terakhir simpanse dan bonobo (genus Pan). Perpisahan terakhir, antara garis keturunan manusia dan simpanse-bonobo, terjadi sekitar 8-4 juta tahun yang lalu, pada akhir zaman Miosen.[3][4][5] Selama perpisahan ini, kromosom 2 terbentuk dari penggabungan dua kromosom lainnya, sehingga manusia hanya memiliki 23 pasang kromosom, dibandingkan dengan 24 pasang kromosom untuk kera lainnya.[6] Setelah perpisahan dengan simpanse dan bonobo, hominid terdiversifikasi menjadi banyak spesies dan setidaknya dua genera yang berbeda. Semua garis keturunan genus Homo telah punah kecuali Homo sapiens.[7]
Hominoidea (hominoid, kera besar) |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Genus Homo berevolusi dari Australopithecus.[8][9] Meskipun fosil-fosil dari masa transisi ini langka, anggota Homo yang paling awal memiliki beberapa ciri-ciri utama yang sama dengan Australopithecus.[10][11] Catatan paling awal dari Homo adalah spesimen berusia 2,8 juta tahun, LD 350-1 dari Ethiopia, dan spesies yang paling awal adalah Homo habilis dan Homo rudolfensis yang berevolusi 2,3 juta tahun yang lalu.[11] H. erectus (varian Afrika kadang-kadang disebut H. ergaster) berevolusi 2 juta tahun yang lalu dan merupakan spesies manusia purba pertama yang meninggalkan Afrika dan menyebar ke seluruh Eurasia.[12] H. erectus juga merupakan yang pertama kali mengembangkan bentuk tubuh yang khas sebagaimana manusia. Homo sapiens muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu berevolusi dari spesies yang umumnya dikenali sebagai H. heidelbergensis atau H. rhodesiensis, yakni keturunan H. erectus yang masih ada di Afrika.[13] H. sapiens bermigrasi keluar dari benua tersebut, secara bertahap menggantikan atau kawin silang dengan populasi manusia purba setempat.[14][15][16] Manusia mulai menunjukkan perilaku modern sekitar 160.000-70.000 tahun yang lalu,[17] dan mungkin lebih awal.[18]
Migrasi "keluar dari Afrika" terjadi setidaknya dalam dua gelombang, gelombang pertama sekitar 130.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, gelombang kedua (Penyebaran Selatan) sekitar 70.000 hingga 50.000 tahun yang lalu.[19][20] H. sapiens kemudian menjajah semua benua dan pulau-pulau besar, tiba di Eurasia 125.000 tahun yang lalu,[21][22] Australia sekitar 65.000 tahun yang lalu,[23] Amerika sekitar 15.000 tahun yang lalu, dan pulau-pulau terpencil seperti Hawaii, Pulau Paskah, Madagaskar, dan Selandia Baru antara tahun 300 hingga 1280 M.[24][25]
Evolusi manusia tidaklah berlangsung secara linier atau bercabang, melainkan melibatkan perkawinan silang antara spesies-spesies terkait.[26][27][28] Penelitian genom telah menunjukkan bahwa hibridisasi antara garis keturunan yang berbeda secara substansial adalah hal yang umum dalam evolusi manusia.[29] Bukti DNA menunjukkan bahwa beberapa gen yang berasal dari Neanderthal ada di antara semua populasi non-Sahara Afrika, dan Neanderthal serta hominin lain, seperti Denisovan, tampaknya telah menyumbangkan hingga 6% dari genom mereka kepada manusia non-Sahara Afrika saat ini.[26][30][31]
Evolusi manusia ditandai dengan sejumlah perubahan morfologis, perkembangan, fisiologis, dan perilaku yang telah terjadi sejak perpecahan antara nenek moyang terakhir manusia dan simpanse. Yang paling signifikan dari adaptasi ini adalah bipedalisme obligat, peningkatan ukuran otak, dan penurunan dimorfisme seksual (neoteni). Hubungan antara semua perubahan ini masih menjadi bahan diskusi yang terus berlangsung.[32]
Hingga sekitar 12.000 tahun yang lalu, semua manusia hidup sebagai pemburu-pengumpul.[33][34] Revolusi Neolitikum (penemuan pertanian) pertama kali terjadi di Asia Barat Daya dan menyebar ke sebagian besar Dunia Lama selama ribuan tahun berikutnya.[35] Revolusi ini juga terjadi secara independen di Mesoamerika (sekitar 6.000 tahun yang lalu),[36] Tiongkok,[37][38] Papua Nugini,[39] dan wilayah Sahel dan Sabana Barat di Afrika.[40][41][42] Akses terhadap surplus makanan menyebabkan terbentuknya pemukiman manusia yang permanen, domestikasi hewan, dan penggunaan peralatan logam untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pertanian dan gaya hidup menetap menyebabkan munculnya peradaban awal.[43][44][45]
Sebuah revolusi perkotaan terjadi pada milenium ke-4 sebelum masehi dengan berkembangnya berbagai negara kota, terutama kota-kota Sumeria yang terletak di Mesopotamia.[46] Di kota-kota inilah bentuk tulisan paling awal yang diketahui, aksara paku, muncul sekitar tahun 3000 SM.[47] Peradaban besar lainnya yang berkembang pada masa ini adalah Mesir Kuno dan Peradaban Lembah Indus.[48] Bangsa-bangsa ini kemudian berdagang satu sama lain dan menciptakan teknologi seperti roda, bajak, dan layar.[49][50][51][52] Astronomi dan matematika juga dikembangkan dan Piramida Agung Giza pun dibangun.[53][54][55] Terdapat bukti adanya kekeringan parah yang berlangsung sekitar seratus tahun yang mungkin menyebabkan kemunduran peradaban-peradaban ini,[56] dan peradaban-peradaban baru muncul setelahnya. Bangsa Babilonia mendominasi Mesopotamia,[57] sementara yang lainnya seperti kebudayaan pra-historis di hilir lembah Mississipi, peradaban Minoa, dan Dinasti Shang, memperoleh kejayaannya di daerah-daerah baru.[58][59][60] Zaman Perunggu tiba-tiba runtuh sekitar tahun 1200 SM, mengakibatkan hilangnya sejumlah peradaban dan dimulainya Zaman Kegelapan Yunani.[61][62] Selama periode ini, besi mulai menggantikan perunggu, yang mengarah ke Zaman Besi.[63]
Pada abad ke-5 SM, sejarah mulai dicatat sebagai sebuah disiplin ilmu, yang memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan pada saat itu.[64] Antara abad ke-8 dan ke-6 SM, Eropa memasuki zaman klasik, sebuah periode di mana Yunani kuno dan Romawi kuno mengalami kemajuan pesat.[65][66] Pada masa ini, peradaban-peradaban lain juga menjadi terkenal. Peradaban Maya mulai membangun kota dan membuat kalender yang rumit.[67][68] Di Afrika, Kerajaan Aksum mengambil alih Kerajaan Kush yang sedang mengalami kemunduran dan memfasilitasi perdagangan antara India dan Mediterania.[69] Di Asia Barat, sistem pemerintahan terpusat Kekaisaran Achaemenid menjadi pendahulu bagi banyak kekaisaran berikutnya,[70] sementara Kekaisaran Gupta di India dan Dinasti Han di Tiongkok disebut-sebut sebagai zaman keemasan di wilayah masing-masing.[71][72]
Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476, Eropa memasuki Abad Pertengahan.[73] Selama periode ini, agama Kristen dan Gereja menyajikan otoritas dan pendidikan yang terpusat.[74] Di Timur Tengah, Islam menjadi agama yang menonjol dan meluas ke Afrika Utara yang menginspirasi arsitektur-arsitektur uniknya tersendiri dan pembentukan cara hidup yang berbeda.[75][76] Dunia Kristen dan Islam pada akhirnya berbenturan, dengan Kerajaan Inggris, Kerajaan Prancis, dan Kekaisaran Romawi Suci mendeklarasikan serangkaian perang suci untuk merebut kembali kendali atas Tanah Suci mereka yang telah dirampas oleh pihak Muslim.[77] Di Amerika, kebudayaan Mississippi yang kompleks muncul sekitar tahun 800 Masehi,[78] sementara lebih jauh ke selatan, suku Aztek dan Inka menjadi kekuatan yang dominan.[79] Kekaisaran Mongol akan menaklukkan sebagian besar Eurasia pada abad ke-13 dan ke-14.[80] Selama periode waktu yang sama, Kekaisaran Mali di Afrika tumbuh menjadi kekaisaran terbesar di benua tersebut, membentang dari Senegambia hingga Pantai Gading.[81] Oseania menyaksikan kebangkitan Kekaisaran Tuʻi Tonga yang meluas ke banyak pulau di Pasifik Selatan.[82]
Periode modern awal di Eropa dan Timur Dekat (sekitar 1450-1800) dimulai dengan kekalahan total Kekaisaran Bizantium, dan kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah.[83] Sementara itu, Jepang memasuki periode Edo,[84] Dinasti Qing bangkit di Tiongkok[85] dan Kekaisaran Mughal menguasai sebagian besar wilayah India.[86] Eropa mengalami Renaisans, dimulai pada abad ke-15,[87] dan Zaman Penemuan dimulai dengan penjelajahan dan kolonisasi daerah-daerah baru.[88] Ini termasuk Kekaisaran Inggris yang berekspansi menjadi kekaisaran terbesar di dunia[89] dan kolonisasi Amerika.[90] Ekspansi ini menyebabkan perdagangan budak Atlantik[91] dan genosida penduduk asli Amerika.[92] Periode ini juga menandai Revolusi Ilmiah, dengan kemajuan besar dalam matematika, mekanika, astronomi, dan fisiologi.[93]
Periode modern akhir (1800-sekarang) menyaksikan Revolusi Teknologi dan Industri membawa berbagai penemuan seperti teknologi fotografi, inovasi besar dalam pengembangan transportasi dan energi.[94] Amerika Serikat mengalami perubahan besar, dari sekelompok kecil koloni menjadi salah satu negara adidaya global.[95] Perang Napoleon berkecamuk di Eropa pada awal 1800-an,[96] Spanyol kehilangan sebagian besar koloninya di Dunia Baru,[97] sementara Eropa melanjutkan ekspansi ke Afrika—ketika kontrol Eropa meningkat dari 10% menjadi hampir 90% dalam waktu kurang dari 50 tahun[98]—dan Oseania.[99] Keseimbangan kekuatan yang renggang di antara negara-negara Eropa runtuh pada tahun 1914 dengan pecahnya Perang Dunia Pertama, yang merupakan salah satu konflik paling mematikan dalam sejarah.[100] Pada tahun 1930-an, krisis ekonomi di seluruh dunia menyebabkan munculnya rezim otoriter dan Perang Dunia Kedua, yang melibatkan hampir semua negara di dunia.[101] Setelah berakhir pada tahun 1945, Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat menjadi ajang perebutan pengaruh global, termasuk perlombaan senjata nuklir dan kompetisi antariksa.[102][103] Era Informasi saat ini membuat dunia menjadi semakin terglobalisasi dan saling terhubung.[104]
Populasi dunia | 8.1 miliar |
---|---|
Kepadatan populasi | 16/km2
dengan area totaldengan area tanah |
Kota-kota terbesar[n 2] | Tokyo, Delhi, Shanghai, São Paulo, Mexico City, Kairo, Mumbai, Beijing, Dhaka, Osaka, New York-Newark, Karachi, Buenos Aires, Chongqing, Istanbul, Kolkata, Manila, Lagos, Rio de Janeiro, Tianjin, Kinshasa, Guangzhou, Los Angeles-Santa Ana, Moscow, Shenzhen, Lahore, Bangalore, Paris, Jakarta, Chennai, Lima, Bogota, Bangkok, London |
Pemukiman manusia awal bergantung pada kedekatan jaraknya dengan air dan—tergantung pada gaya hidup—juga sumber daya alam lain yang diperlukan untuk bertahan hidup, seperti populasi hewan buruan dan lahan subur untuk bercocok tanam dan menggembalakan ternak.[108] Namun, manusia modern memiliki kapasitas yang besar untuk mengubah habitat mereka melalui teknologi, irigasi, perencanaan kota, konstruksi, penggundulan hutan dan penggurunan.[109] Pemukiman manusia senantiasa rentan terhadap bencana alam, terutama yang berada di lokasi rawan dan dengan kualitas konstruksi yang rendah.[110] Pengelompokan dan perubahan habitat yang disengaja sering kali dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan, meningkatkan kenyamanan atau kekayaan materi, memperbanyak jumlah makanan yang tersedia, menambah estetika, memperluas ilmu pengetahuan, atau mendorong pertukaran sumber daya.[111]
Meskipun memiliki toleransi yang rendah terhadap banyak kondisi lingkungan yang ekstrem di bumi, manusia adalah salah satu spesies yang paling mudah beradaptasi.[112] Melalui alat-alat canggih, manusia telah mampu meningkatkan toleransi mereka terhadap berbagai macam suhu, kelembapan, dan ketinggian.[112] Sebagai hasilnya, manusia menjadi spesies kosmopolitan yang ditemukan di hampir semua wilayah di dunia, termasuk hutan hujan tropis, gurun gersang, daerah kutub yang sangat dingin, dan kota-kota yang sangat tercemar; sebagai perbandingan, sebagian besar spesies lain terbatas pada beberapa wilayah geografis karena kemampuan beradaptasinya yang terbatas.[113] Namun demikian, populasi manusia tidak terdistribusi secara merata di permukaan bumi, karena kepadatan populasi bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain, dan sebagian besar permukaan bumi hampir sama sekali tidak berpenghuni, seperti Antartika dan lautan yang luas.[112][114] Sebagian besar manusia (61%) tinggal di Asia; sisanya tinggal di Amerika (14%), Afrika (14%), Eropa (11%), dan Oseania (0,5%).[115]
Dalam satu abad terakhir, manusia telah menjelajahi berbagai lingkungan yang menantang seperti Antartika, laut dalam, dan luar angkasa.[116] Tempat tinggal manusia di lingkungan yang tidak bersahabat ini sangat terbatas dan berbiaya mahal, umumnya terbatas dalam jangka waktu tertentu, dan terbatas untuk ekspedisi ilmiah, militer, atau industri.[116] Manusia telah mengunjungi Bulan secara singkat, dan telah menunjukkan kehadirannya di beberapa benda langit lainnya melalui pesawat ruang angkasa robotik buatan mereka.[117][118][119] Sejak awal abad ke-20, telah terdapat kehadiran manusia secara kontinyu di Antartika melalui stasiun penelitian dan, sejak tahun 2000, di luar angkasa melalui habitasi di Stasiun Luar Angkasa Internasional.[120]
Pada saat pertanian muncul sekitar tahun 10.000 SM, jumlah penduduk dunia diperkirakan berkisar antara 1 juta hingga 15 juta jiwa.[122][123] Pada abad ke-4 Masehi, sekitar 50-60 juta orang tinggal di Kekaisaran Romawi Timur dan Barat.[124] Wabah pes, yang pertama kali tercatat pada abad ke-6 Masehi, mengurangi populasi manusia hingga 50%, dengan 75-200 juta orang di Eurasia dan Afrika Utara tewas akibat wabah yang dikenal sebagai Maut Hitam ini.[125] Populasi manusia diyakini mencapai satu miliar pada tahun 1800. Sejak saat itu jumlahnya terus meningkat secara eksponensial, mencapai dua miliar pada tahun 1930 dan tiga miliar pada tahun 1960, empat miliar pada tahun 1975, lima miliar pada tahun 1987, dan enam miliar pada tahun 1999.[126] Jumlahnya mencapai tujuh miliar pada tahun 2011[127] dan delapan miliar pada November 2022.[128] Dibutuhkan lebih dari dua juta tahun prasejarah dan sejarah manusia untuk populasi mereka mencapai satu miliar dan hanya butuh 207 tahun untuk mencapai 7 miliar.[129] Biomassa gabungan dari karbon yang dihasilkan oleh seluruh manusia di Bumi pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 60 juta ton, sekitar 10 kali lebih besar daripada yang dihasilkan oleh seluruh mamalia yang tidak didomestikasi.[121]