Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Paulus dari Tarsus
rasul dan misionaris Kristen Awal (c. 5 M – c. 64/65) Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Rasul Paulus atau Saulus, yang juga dikenal sebagai Paulus dari Tarsus, Saulus dari Tarsus, atau Rasul Paulus, (ca tahun 5 – tahun 64/65 M) adalah seorang rasul Kristen yang diakui sebagai tokoh penting dalam penyebaran dan perumusan ajaran Kekristenan yang bersumberkan dari pengajaran Yesus Kristus di dunia pada abad pertama.[9] Atas kontribusinya terhadap Perjanjian Baru, ia umumnya dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting pada Zaman Para Rasul,[10][11] dan ia juga mendirikan beberapa komunitas Kristen di Asia Kecil dan Eropa dari pertengahan tahun 40-an hingga pertengahan tahun 50-an M.
| Bagian dari sebuah serial dari artikel-artikel tentang |
| Paulus dalam Alkitab |
|---|
|
Kesusastraan terkait |
|
See also |
Paulus memperkenalkan diri melalui kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen sebagai seorang Yahudi dari suku Benyamin,[12] yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga negara Romawi. Ia lahir di kota Tarsus tanah Kilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel.[13] Pada masa mudanya, ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi.[14] Mulanya ia seorang penganiaya orang Murid murid Yesus, dan sesudah pengalamannya berjumpa dengan Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus.[15]
Paulus menyebut dirinya sebagai "rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi" yaitu Bangsa Romawi kuno (Roma 11:13). Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan perselisihan pendapat antara murid-murid Yesus dari keturunan Yahudi asli dengan mereka yang berlatar belakang bukan Yahudi. Mereka yang dari keturunan Yahudi berpendapat bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu. Murid-murid yang mula-mula, Petrus, sempat tidak berpendirian menghadapi hal ini (lihat Galatia 2:11–14). Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem yang dipimpin oleh Petrus dan Yakobus, saudara Yesus, yang disebut sebagai Sidang Sinode atau Konsili Gereja yang pertama (Konsili Yerusalem).[16]
Konsili ini menghasilkan beberapa keputusan penting, misalnya:
- untuk menikmati karya penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu
- orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi (misalnya perihal tentang sunat dan memakan makanan yang diharamkan).
- Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.
Paulus dijadikan seorang penasihat (orang berdosa) oleh seluruh gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Dia berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan bercorak Paulin/bercorak Paulus. Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru. Banyak yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan penting dalam menjadikan agama Kristen sebagai agama yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme. Jadi agama Kristen adalah murni ajaran Yesus Kristus dan disebarkan Paulus.
Empat belas dari 27 kitab dalam Perjanjian Baru secara tradisional dikaitkan dengan Paulus.[17] Tujuh dari surat-surat Paulus tidak diragukan lagi keasliannya oleh para ahli. Dari enam surat lainnya, Efesus, 1 dan 2 Timotius, dan Titus umumnya dianggap pseudopigrafis, sementara Kolose dan 2 Tesalonika masih diperdebatkan. Keaslian Paulus dalam Surat Ibrani hampir secara universal ditolak oleh para ahli.[18] Enam surat lainnya diyakini oleh beberapa ahli berasal dari para pengikut yang menulis atas namanya, menggunakan materi dari surat-surat Paulus yang masih ada dan surat-surat yang ditulisnya sendiri yang sudah tidak ada lagi.
Saat ini, surat-surat Paulus terus menjadi akar penting teologi, ibadah, dan kehidupan pastoral dalam tradisi Latin dan Protestan di Barat, serta tradisi Katolik Timur dan Ortodoks di Timur.[19] Pengaruh Paulus terhadap pemikiran dan praktik Kristen sangat luas cakupannya dan dampaknya sangat mendalam.[20] Umat Kristen, terutama yang menganut tradisi Lutheran, menganggap Paulus sebagai pendukung Injil yang bebas hukum, menentang Yudaisme. Ia dituduh merusak atau membajak Kekristenan, seringkali dengan memasukkan tema-tema pagan atau Helenistik ke dalam gereja mula-mula.[21] Baru-baru ini, Paulus semakin diterima sebagai tokoh yang pada dasarnya Yahudi, sejalan dengan para murid pertama di Yerusalem, dibandingkan interpretasi-interpretasi sebelumnya, yang diwujudkan melalui gerakan-gerakan seperti "Paulus dalam Yudaisme".[22][23][24]
Remove ads
Nama
Ringkasan
Perspektif

"Saulus" merupakan nama Ibrani, yang berasal dari bahasa Ibrani: שָׁאוּל, translit. Sha'ūl, sementara "Paulus" merupakan nama Yunani-Romawi, yang berasal dari bahasa Yunani Kuno: Παῦλος, translit. Paũlos atau bahasa Latin: Paulus, mungkin diambil dari nama Raja Saul dalam Alkitab, raja pertama Israel dan, seperti Paulus, anggota Suku Benyamin; nama Latin Paulus, yang berarti kecil, bukanlah hasil pertobatannya seperti yang diyakini umum, melainkan nama kedua yang digunakan untuk berkomunikasi dengan audiens Yunani-Romawi.[25][26]
Menurut Kisah Para Rasul, ia adalah warga negara Romawi yang diturunkan dari ayahnya.[27][28] Oleh karena itu, ia menyandang nama Latin Paulus, yang dalam bahasa Yunani Alkitab diterjemahkan sebagai Παῦλος (Paulos).[29] Merupakan hal yang umum bagi orang Yahudi pada masa itu untuk memiliki dua nama: satu Ibrani, yang lainnya Latin atau Yunani.[30][31][32]
Yesus memanggilnya "Saulus, Saulus"[33] dalam "bahasa Ibrani" dalam Kisah Para Rasul, ketika ia menerima penglihatan yang membawanya pada pertobatan di jalan menuju Damaskus.[34] Kemudian, dalam sebuah penglihatan kepada Ananias dari Damaskus, "Tuhan" menyebutnya sebagai "Saulus, dari Tarsus".[35] Ketika Ananias datang untuk memulihkan penglihatannya, ia memanggilnya "Saudara Saulus".[36]
Dalam Kisah Para Rasul 13:9, Saulus pertama kali dipanggil "Paulus" di Pulau Siprus, jauh setelah masa pertobatannya.[37] Penulis Lukas-Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa kedua nama tersebut dapat dipertukarkan: "Saulus, yang juga disebut Paulus." Ia menyebutnya sebagai Paulus di sepanjang sisa Kisah Para Rasul. Rupanya, ini merupakan pilihan Paulus karena ia disebut Paulus di semua kitab lain dalam Alkitab yang memuat namanya, termasuk kitab-kitab yang ia tulis. Penggunaan nama Romawinya merupakan ciri khas gaya misionaris Paulus. Metodenya adalah membuat orang merasa nyaman dan mendekati mereka dengan pesannya dalam bahasa dan gaya yang mudah dipahami oleh mereka, seperti yang dilakukannya dalam 1 Korintus 9:19–23.[38]
Remove ads
Kehidupan dan karir
Ringkasan
Perspektif
Kehidupan awal

Dua sumber informasi utama yang memberikan akses ke segmen awal karier Paulus adalah Kisah Para Rasul dan elemen otobiografi surat-surat Paulus kepada komunitas Kristen awal.[39] Paulus kemungkinan besar lahir antara tahun 5 SM dan 5 M.[40] Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa Paulus adalah warga negara Romawi sejak lahir, tetapi Helmut Koester mempersoalkan bukti yang disajikan oleh teks tersebut.[41][42] Beberapa orang berpendapat bahwa nenek moyang Paulus mungkin adalah orang-orang yang dibebaskan dari ribuan orang Yahudi yang dijadikan budak oleh Pompeius saat peristiwa Pengepungan Yerusalem pada tahun 63 SM, yang akan menjelaskan bagaimana dia dilahirkan dalam kewarganegaraan Romawi, sebagai budak warga negara Romawi yang memperoleh kewarganegaraan setelah emansipasi.[43]
Dia berasal dari keluarga Yahudi yang taat.[44] berbasis di kota Tarsus, yang telah menjadi bagian dari Provinsi Romawi di Suriah pada saat Paul sudah dewasa.[45] Tarsus adalah salah satu pusat perdagangan terbesar di pantai Mediterania dan terkenal dengan akademinya. Kota ini telah menjadi salah satu kota paling berpengaruh di Asia Kecil sejak zaman Alexander Agung, yang wafat pada tahun 323 SM.[44]
Paulus menyebut dirinya sebagai "dari keturunan Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, dan mengenai hukum Taurat, orang Farisi".[46][47] Alkitab hanya mengungkapkan sedikit tentang keluarga Paulus. Kisah Para Rasul mengutip Paulus yang menyebut keluarganya dengan mengatakan bahwa ia adalah "seorang Farisi, yang lahir dari orang-orang Farisi".[48][49] Keponakan Paulus, putra saudara perempuannya, disebutkan dalam Kisah Para Rasul 23:16.[50]
Keluarga itu memiliki sejarah kesalehan agama.[51] Rupanya, garis keturunan keluarga tersebut sangat terikat pada Tradisi dan ketaatan Farisi selama beberapa generasi.[52] Kisah Para Rasul mengatakan bahwa dia adalah seorang pengrajin yang terlibat dalam profesi kerajinan kulit atau pembuatan tenda.[53][54] Ini menjadi koneksi awal dengan Akwila dan Priskila, yang dengannya dia akan menjadi mitra dalam pembuatan tenda[55] dan kemudian menjadi rekan satu tim yang sangat penting sebagai sesama misionaris.[56]
Ketika ia masih cukup muda, ia dikirim ke Yerusalem untuk mengenyam pendidikannya di sekolah Gamaliel,[57][47] salah satu guru hukum Yahudi paling terkenal sepanjang sejarah. Meskipun ilmu pengetahuan modern mengakui bahwa Paulus dididik di bawah bimbingan Gamaliel di Yerusalem,[47] dia tidak mempersiapkan diri untuk menjadi seorang sarjana hukum Yahudi, dan mungkin tidak pernah memiliki kontak dengan sekolah Hilel.[47] Sebagian keluarganya mungkin tinggal di Yerusalem karena kemudian putra salah satu saudara perempuannya menyelamatkan hidupnya di sana.[25] Tidak ada lagi yang diketahui tentang biografinya sampai ia mengambil bagian aktif dalam kemartiran Stefanus,[58] seorang Yahudi diaspora yang terhelenisasi.[59]
Beberapa ilmu pengetahuan modern berpendapat bahwa meskipun Paulus fasih dalam bahasa Yunani Koine, bahasa yang ia gunakan untuk menulis surat-suratnya, bahasa pertamanya kemungkinan besar adalah bahasa Aram.[60] Dalam surat-suratnya, Paulus banyak memanfaatkan pengetahuannya tentang filsafat Stoa, menggunakan istilah-istilah dan metafora Stoa untuk membantu orang-orang non-Yahudi yang baru bertobat dalam memahami Injil dan menjelaskan Kristologinya.[61][62]
Persekusi orang Kristen awal

Paulus mengatakan bahwa sebelum pertobatannya,[63] ia mempersekusi orang-orang Kristen awal "tanpa batas", khususnya anggota-anggota diaspora Yahudi yang terhelenisasi yang telah kembali ke daerah Yerusalem.[64] Paulus tidak menguraikan secara eksplisit bentuk persekusi ini. Menurut James Dunn, komunitas Yerusalem terdiri atas "orang Ibrani", orang Yahudi yang berbicara dalam bahasa Aram dan Yunani, dan "orang Helenis", orang Yahudi yang hanya berbicara bahasa Yunani, mungkin orang Yahudi diaspora yang telah menetap di Yerusalem.[65] Persekusi awal Paulus terhadap orang Kristen mungkin ditujukan kepada "orang Helenis" yang berbahasa Yunani ini karena sikap anti-Bait Suci mereka.[66] Dalam komunitas Kristen Yahudi awal, hal ini juga membedakan mereka dari "orang Ibrani" dan keikutsertaan mereka yang berkelanjutan dalam pemujaan Bait Suci.[66]
Remove ads
Konversi dan Pertobatan Paulus
Ringkasan
Perspektif


Pertobatan Rasul Paulus ke dalam gerakan pengikut Yesus diperkirakan terjadi pada tahun 31–36 M.[67][68][69] melalui rujukannya terhadap hal ini dalam salah satu suratnya. Dalam Galatia 1:16, Paulus menulis bahwa Allah "berkenan menyatakan Anak-Nya kepadaku."[70] Dalam 1 Korintus 15:8, ketika ia mendaftar urutan penampakan Yesus kepada murid-muridnya setelah kebangkitannya, Paulus menulis, "Dan yang terakhir dari semuanya, Ia menampakkan diri kepadaku juga, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya,"[71] tanpa penjelasan yang jelas mengenai berapa lama setelahnya.
Menurut kisah dalam Kisah Para Rasul, peristiwa itu terjadi di jalan menuju Damaskus, di mana ia melaporkan telah mengalami penglihatan tentang Yesus yang telah naik ke surga. Kisah tersebut mengatakan bahwa "Ia jatuh ke tanah dan mendengar suatu suara berkata kepadanya, 'Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?' Ia bertanya, 'Siapakah Engkau, Tuhan?' Jawabannya datang, 'Akulah Yesus, yang engkau aniaya'."[72]
Menurut kisah dalam Kisah Para Rasul 9:1–22, ia dibutakan selama tiga hari dan harus dituntun ke Damaskus dengan tangannya.[73] Selama tiga hari ini, Saulus tidak makan atau minum dan menghabiskan waktunya untuk berdoa kepada Tuhan. Ketika Ananias dari Damaskus tiba, ia menumpangkan tangannya ke atasnya dan berkata: "Saudara Saulus, Tuhan, yaitu Yesus, yang menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau tempuh ketika engkau datang, telah mengutus aku, supaya engkau dapat melihat dan dipenuhi dengan Roh Kudus."[74] Penglihatannya pulih, ia bangun dan dibaptis. Sejak dibaptis, kehidupan Saulus berubah drastis dan menjadi pelayan Tuhan yang setia hingga akhir hayatnya.[75] Kisah ini hanya terjadi di Kisah Para Rasul, tidak di surat-surat Paulus.[76]
Penulis Kisah Para Rasul mungkin mengetahui pertobatan Paulus dari gereja di Yerusalem, atau dari gereja di Antiokhia, atau mungkin dari Paulus sendiri.[77]
Menurut Timo Eskola, teologi dan wacana Kristen awal dipengaruhi oleh tradisi Merkabah Yahudi.[78] John Bowker, Alan Segal dan Daniel Para Boyarin berpendapat bahwa kisah Paulus tentang pengalaman pertobatannya dan kenaikannya ke surga (dalam 2 Korintus 12) adalah kisah orang pertama paling awal yang masih ada tentang mistikus Merkabah dalam literatur Yahudi atau Kristen.[79] Sebaliknya, Timothy Churchill berpendapat bahwa pertemuan Paulus di jalan Damaskus tidak sesuai dengan pola Merkabah.[80]
Pasca konversi
Menurut Kisah Para Rasul 9:
Dan segera ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dengan mengatakan, "Dia adalah Anak Allah." Semua orang yang mendengar dia heran dan berkata, "Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini untuk membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?" Akan tetapi Saulus makin besar pengaruhnya dan membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Kristus.
— Kisah Para Rasul 9:20–22[81]
Remove ads
Perjalanan misi Paulus
Ringkasan
Perspektif
Pelayanan awal

Setelah perjumpaannya dengan Yesus dan menjadi buta, Saulus tinggal 3 hari di kota Damaskus, di mana dia disembuhkan dari kebutaan dan dibaptis oleh Ananias di Damaskus (tahun 34 M)[82] Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.[83] Di kemudian hari dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Saulus mengatakan bahwa ia kemudian pertama-tama pergi ke tanah Arab, dan kemudian kembali ke Damaskus.[84] Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: "Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?" Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang. Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.[85] Dia menjelaskan dalam Surat Galatia bagaimana 3 tahun setelah pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem (tahun 37 M). Di sana ia bertemu Yakobus dan tinggal bersama Simon Petrus selama 15 hari (Galatia 1:13-24).
Tidak ada catatan tertulis eksplisit bahwa Paulus telah mengenal Yesus secara pribadi sebelum penyaliban-Nya, tetapi dipastikan bahwa ia mengetahui pelayanan Yesus dan juga pengadilan Yesus di hadapan Imam Besar Yahudi. Paulus menegaskan bahwa ia menerima Injil bukan dari orang lain, melainkan oleh wahyu Yesus Kristus (Galatia 1:11-12).
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia itu Paulus mengisahkan bagaimana ia dibantu melarikan diri dari kota Damaskus pada zaman pemerintahaan raja Aretas dari Nabataea.[84] Raja Aretas (Harithat IV) yang wafat pada tahun 40 (lihat 2 Korintus 11:32–33) memerintah dari tahun 9 sampai 40 M.[86] Sejarawan Flavius Yosefus mencatat detail perselisihan antara raja Aretas dengan raja Herodes Antipas mengenai perbatasan.[87] Yosefus menuliskan Aretas sebagai "raja Arabia Petrea" (Josephus Antiquities 18.5, Whiston 1957:539). Kaisar Romawi Tiberius berpihak kepada Herodes Antipas dan memerintahkan Vitellius, prokonsul di Suriah, "untuk berperang melawan Aretas." Dalam perjalanan Vitellius menerima komunikasi yang mengabarkan kematian Tiberius, maka ia menarik kembali tentaranya. Tiberius wafat pada tanggal 16 Maret 37 dan pada saat itu Damaskus berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi dan dipimpin oleh Vitellius. Raja Aretas wafat pada tahun 40 sehingga lolosnya Paulus dari Damaskus terjadi antara tahun 37 dan 40. Belum jelas kapan Aretas menerima kuasa atas Damaskus dari Kaisar Caligula dalam penyelesaian kasus di Suriah. Pemerintahan Areta di Damaskus dapat berawal dari tahun 37 berdasarkan penemuan arkeologi berupa mata uang logam. Dosker menulis: "Waktu Tiberias wafat pada tahun 37, dan mengingat urusan Arabia sudah tuntas pada tahun 39, jelas bahwa pertobatan Paulus terjadi antara tahun 34 dan 36. Tanggal ini kemudian menjadi pasti berkat sebuah koin dari Damaskus, dengan gambar raja Aretas dan tahun "101". Jika tahun itu mengacu pada era Pompian, berarti sama dengan tahun 37 M, sehingga pertobatan Paulus terjadi pada tahun 34 (T. E. Mionnet, Description des medailles antiques greques et romaines, V [1811], 284f.)."[88]
Dalam Surat Galatia, Paulus juga menceritakan bahwa 14 tahun setelah pertobatannya (tahun 48 M) ia masuk kembali ke Yerusalem (Galatia 2:1–10). Tidak diketahui sepenuhnya apa yang terjadi selama 14 tahun ini, karena Kisah Para Rasul maupun Surat Galatia tidak memberikan detail jelas.[89] Pada akhir masa ini, Barnabas pergi untuk mencari Paulus di Tarsus dan membawa dia kembali ke Antiokhia (Kis 11:25).
Ketika bencana kelaparan terjadi di Yudea, diduga sekitar tahun 45-46[90] atau 48 M, Paulus dan Barnabas berangkat ke Yerusalem untuk memberikan dukungan finansial dari komunitas Antiokhia.[91] Menurut Kisah Para Rasul, Antiokhia menjadi pusat alternatif bagi penyebaran orang Kristen setelah kematian Stefanus. Di Antiokhialah para pengikut Yesus pertama kali disebut "Kristen"[92]
Perjalanan misi pertama


Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi tiga perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh Barnabas, yang mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil (Anatolia) selatan, dan kembali ke Antiokhia. Di Siprus, nama Yunani "Paulus" mulai dipakai menggantikan nama Yahudi "Saulus". Di sini ia memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis 13:8–12) yang berusaha menghalang-halanginya menyampaikan ajaran-ajaran mereka. Dari titik ini, Paulus digambarkan sebagai pemimpin kelompok.[93] Antiokhia dilayani sebagai pusat kekristenan utama dari penginjilan Paulus.[3]
Konsili Yerusalem
Kebanyakan sarjana setuju bahwa pertemuan penting antara Paulus dan jemaat di Yerusalem terjadi di antara tahun 48-50, yang dijelaskan dalam Kis. 15:2 dan biasanya dilihat sebagai peristiwa yang sama dengan yang disebutkan oleh Paulus dalam Galatia 2:1. Pertanyaan kunci yang diajukan adalah apakah non-Yahudi yang bertobat perlu disunat.[94] Pada pertemuan ini, Petrus, Yakobus (saudara Yesus Kristus), dan Yohanes menyetujui misi Paulus bagi bangsa-bangsa lain.
Insiden di Antiokhia
Meskipun perjanjian dicapai pada Konsili Yerusalem sebagaimana yang dipahami oleh Paulus, Paulus menceritakan bagaimana ia kemudian di depan umum mengkritik Petrus, atas keengganan Petrus untuk makan bersama dengan orang Kristen non-Yahudi di Antiokhia, setelah menerima kunjungan orang-orang Yahudi Kristen (karena secara tradisi, orang-orang Yahudi dilarang makan bersama orang-orang bukan Yahudi).[95]
Di dalam Surat Galatia, yang merupakan sumber utama dari insiden di Antiokhia ini, Paulus mencatat perkataannya kepada Petrus: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" (Galatia 2:11-14). Paulus juga menyebutkan bahwa bahkan Barnabas (rekan seperjalanannya hingga saat itu) ikut-ikutan bersikap seperti Petrus.[96]
Hasil akhir dari insiden tersebut masih belum jelas. The Catholic Encyclopedia menyatakan: "catatan Paulus atas insiden itu tidak meninggalkan keraguan bahwa Petrus melihat kebenaran dari teguran itu." Setelah kejadian itu Paulus kemudian berangkat memulai misi berikutnya dari Antiokhia.
Perjalanan misi kedua

Dalam perjalanan misi kedua, setelah pertikaian dengan Barnabas karena persoalan Yohanes Markus, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat pada tahun 49 M dari Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan mereka. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Atena dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 tahun di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri, Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11). Masa tinggalnya ini bersamaan dengan waktu Galio menjabat singkat sebagai gubernur (prokonsul) di Akhaya dari 1 Juli 51 sampai 1 Juli 52.[99] Pada musim dingin tahun 51, ia menulis surat pertama kepada Jemaat Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia kembali ke Antiokhia.
Jeda di Korintus
Sekitar tahun 50–52 M, Paulus menghabiskan 18 bulan di Korintus. Referensi dalam Kitab Kisah Para Rasul tentang Prokonsul Galio membantu memastikan tanggal ini (lih. Prasasti Gallio).[100] Di Korintus, Paulus bertemu Akwila dan Priskila,[101] yang menjadi orang percaya yang setia dan membantu Paulus dalam perjalanan misinya yang lain. Pasangan itu mengikuti Paulus dan rekan-rekannya ke Efesus dan tinggal di sana untuk merintis salah satu gereja yang paling kuat dan paling setia pada masa itu.[102]
Pada tahun 52, ketika berangkat dari Korintus, Paulus berhenti di desa terdekat, Kengkrea, untuk memotong rambutnya, karena nazar yang telah ia ucapkan sebelumnya.[103] Ada kemungkinan bahwa ini adalah potongan rambut terakhirnya sebelum memenuhi sumpahnya untuk menjadi seorang Nazir selama kurun waktu tertentu.[104] Bersama Priskila dan Akwila, para misionaris kemudian berlayar ke Efesus[105] dan kemudian Paulus sendiri pergi ke Kaisarea untuk memberi salam kepada jemaat di sana. Ia kemudian melakukan perjalanan ke utara menuju Antiokhia, di mana ia tinggal selama beberapa waktu. (Yunani Kuno:ποιήσας χρόνον τινὰ).[106] Beberapa teks Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ia juga mengunjungi Yerusalem selama periode ini untuk salah satu perayaan Yahudi, mungkin Pentakosta.[107] Kritik tekstual Henry Alford dan yang lain menganggap rujukan ke Yerusalem sebagai sesuatu yang asli dan sesuai dengan Kisah Para Rasul 21:29,[108] yang menurutnya Paulus dan Trofimus dari Efesus sebelumnya telah terlihat di Yerusalem.
Perjalanan misi ketiga

Setelah tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia dan Frigia untuk mendukung gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan sebelumnya (Kisah Para Rasul 18:23). Kemudian ia berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat. Di Efesus ia menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat kedua pada akhir 57.
Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului Lukas, ia berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya (Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan karena rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya ia kembali ke Yerusalem dan bertemu dengan Yakobus di sana.
Kunjungan ke Yerusalem dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat
Tabel berikut diadaptasi dari buku From Jesus to Christianity oleh sarjana Alkitab L. Michael White,[110] mencocokkan perjalanan Paulus seperti yang didokumentasikan dalam Kisah Para Rasul dan perjalanan dalam Surat-suratnya tetapi tidak sepenuhnya disetujui oleh semua sarjana Alkitab.
Dugaan perjalanan dari Roma ke Spanyol
Di antara tulisan-tulisan orang Kristen awal, Paus Klemens I mengatakan bahwa Paulus adalah "Pemberita (Injil Kristus) di Barat", dan bahwa "dia telah pergi ke ujung barat".[126]
Jika terjemahan Lightfoot memiliki "telah berkhotbah" di bawah (dalam bagian "Tradisi Gereja"), terjemahan Hoole memiliki "telah menjadi seorang pembawa berita".[127] Yohanes Krisostomus menunjukkan bahwa Paulus berkhotbah di Spanyol: "Sebab setelah berada di Roma, ia kembali ke Spanyol, tetapi apakah ia datang lagi dari sana ke daerah ini, kami tidak tahu".[128] Sirilus dari Yerusalem mengatakan bahwa Paulus, "memberitakan Injil sepenuhnya, dan bahkan mengajar kekaisaran Romawi, dan membawa kesungguhan pemberitaannya sampai ke Spanyol, menghadapi banyak sekali konflik, dan melakukan tanda-tanda serta mukjizat".[129] Kanon Muratori menyebutkan “kepergian Paulus dari kota [Roma] [5a] (39) ketika ia melakukan perjalanan ke Spanyol”.[130]
Remove ads
Penangkapan
Ringkasan
Perspektif


Paulus tiba di Yerusalem tahun 57 membawa uang sumbangan yang dikumpulkan untuk jemaat di sana dari kota-kota yang dikunjunginya. Ia disambut hangat, tetapi juga ditanya dengan teliti oleh Yakobus mengenai tuduhan bahwa ia "mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat" Yahudi. [131] Paulus dianjurkan untuk melakukan upacara pentahiran, supaya "semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat."[132]
Tidak berapa lama setelah sampai di Yerusalem, Paulus ditangkap dengan tuduhan membawa orang-orang bukan Yahudi ke dalam Bait Allah. Paulus dibawa ke markas tentara Romawi dan dihadapkan kepada gubernur Romawi Antonius Feliks di Kaisarea. Ia ditahan selama 2 tahun, sampai gubernur yang baru, Perkius Festus, membuka kembali kasusnya pada tahun 59. Karena tidak mau diadili di Yerusalem, Paulus menyatakan banding kepada Kaisar, sehingga kemudian ia dikirim ke Roma dengan naik kapal.[133]
Remove ads
Perjalanan ke Roma
Ringkasan
Perspektif
Kisah Para Rasul mencatat perjalanan Paulus ke Roma, termasuk kisah terdamparnya kapal yang membawa Paulus di pulau Malta,[134] di mana ia bertemu dengan Publius[135] dan penduduk pulau itu yang menyambut mereka dengan ramah.[136] Setelah 3 bulan di sana, Paulus berangkat lagi dan tiba di Roma tahun 60. Ia tinggal selama 2 tahun dalam tahanan rumah.(Kis 28:16) Seluruhnya, Paulus menghabiskan 5,5 sampai 6 tahun dari masa pelayanannya sebagai orang tahanan di dalam penjara.
Irenaeus, bapa gereja pada abad ke-2, mencatat bahwa Petrus dan Paulus adalah tokoh-tokoh utama gereja di Roma dan mereka telah menunjuk Linus sebagai uskup gereja Roma, meneruskan tugas mereka.[137] Paulus bukan uskup gereja di Roma, tampaknya juga bukan perintisnya, karena sudah ada orang-orang Kristen di Roma ketika Paulus tiba (Kis 28:14–15) dan Paulus juga menulis surat kepada jemaat di Roma sebelum ia sempat mengunjungi Roma (Roma 1:1,7,11–13; Roma 15:23–29). Namun, Paulus dapat berperan penting dalam mengorganisir dan membesarkan gereja mula-mula di Roma.
Dua tahun di Roma

Paulus akhirnya tiba di Roma ca 60 M, di mana ia menghabiskan dua tahun lagi dalam tahanan rumah, menurut catatan tradisional.[138] Narasi Kisah Para Rasul berakhir dengan Paulus berkhotbah di Roma selama dua tahun dari rumah sewaannya sambil menunggu persidangan.[139]
Ireneus menulis dalam abad ke-2 bahwa Petrus dan Paulus telah menjadi pendiri gereja di Roma dan telah menunjuk Linus sebagai uskup pengganti.[140] Akan tetapi, Kisah Para Rasul tidak menyebutkan Paulus sebagai uskup Roma.[141] Paulus hanya memainkan peran pendukung dalam kehidupan gereja di Roma.[142]
Remove ads
Kewarganegaraan Roma
Ringkasan
Perspektif
Paulus secara sah memiliki kewarganegaraan Romawi dari sejak lahir (Kisah Para Rasul 22:28). Kemungkinan besar kewarganegaraan ini diberikan kepada keluarganya karena pengabdian orang tua atau leluhurnya kepada pemerintah Romawi.
Sumber mengenai kewarganegaraan Paulus dicatat dalam beberapa bagian pada Kisah Para Rasul:
- Kisah Para Rasul 16:37–39: Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar." Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka. Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu.
- Kisah Para Rasul 22:25–29: Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: "Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?" Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: "Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Rum." Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: "Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?" Jawab Paulus: "Benar." Lalu kata kepala pasukan itu: "Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal." Jawab Paulus: "Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku." Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.
- Kisah Para Rasul 23:23–27: Kemudian kepala pasukan memanggil dua perwira dan berkata: "Siapkan 200 orang prajurit untuk berangkat ke Kaisarea beserta 70 orang berkuda dan 200 orang bersenjata lembing, kira-kira pada jam 9 malam ini. Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks." Dan ia menulis surat, yang isinya sebagai berikut: "Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia. Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma.
Kisah Para Rasul juga mencatat bahwa ketika Paulus diadili oleh Perkius Festus, ia menuntut naik banding kepada Kaisar (Kisah Para Rasul 25–26). Hanya yang berkewarganegaraan Romalah yang bisa naik banding langsung kepada Kaisar. Karena naik banding itu, ia dikirim ke Roma.
Remove ads
Kematian
Ringkasan
Perspektif

Kematian Paulus diyakini terjadi setelah Kebakaran Besar Roma pada bulan Juli 64 M, tetapi sebelum tahun terakhir pemerintahan Nero, pada tahun 68 M.[4] Kisah Para Rasul 28 diakhiri dengan kisah Paulus yang tinggal dan berkhotbah di Roma, tetapi tidak menyebutkan kematiannya. Eric Franklin menganggap hal ini sebagai "penghilangan yang disengaja" dari penulis, yang serupa dengan penekanannya pada khotbah Stefanus, alih-alih kematiannya, dalam Kisah Para Rasul 7.[143]
Paus Klemens I menulis dalam Surat kepada Jemaat di Korintus bahwa setelah Paulus "memberikan kesaksiannya di hadapan para penguasa", ia "meninggalkan dunia dan pergi ke tempat kudus, karena ia dianggap sebagai contoh ketekunan yang luar biasa."[144] Ignatius dari Antiokhia menulis dalam Surat Ignatius kepada Jemaat di Efesus bahwa Paulus "martir", tanpa memberikan informasi lebih lanjut.[145] Tertulianus menulis bahwa Paulus "dimahkotai dengan jalan keluar seperti Yohanes" (Paulus Ioannis exitu coronatur), meskipun tidak jelas Yohanes mana yang ia maksud.[146]
Eusebius menyatakan bahwa Paulus dibunuh selama Penganiayaan Neronian[147] dan, mengutip dari Dionysius dari Korintus, berpendapat bahwa Petrus dan Paulus martir "pada waktu yang sama".[148] Hal ini juga dilaporkan oleh Sulpicius Severus, yang mengklaim Petrus disalib sementara Paulus dipenggal.[149] Yohanes Krisostomus menyajikan kisah tentang Nero yang memenjarakan Paulus, tetapi tidak tentang eksekusinya, dan tidak menyebutkan tentang Petrus.[150] Lactantius hanya menyebutkan '[Nero] yang pertama kali menganiaya hamba-hamba Tuhan; ia menyalibkan Petrus, dan membunuh Paulus' (Paulum interfecit).[151]
Berdasarkan surat-surat yang dikaitkan dengan Paulus, Hieronimus mengklaim Paulus dipenjarakan oleh Nero pada 'tahun kedua puluh lima setelah penderitaan Tuhan kita' (post passionem Domini vicesimo quinto anno), 'yaitu tahun kedua Nero' (id est, secundo Neronis), 'pada saat Festus Prokurator Yudea menggantikan Felix, ia dikirim terikat ke Roma, (...) tinggal selama dua tahun dalam tahanan bebas'. Jerome menafsirkan Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius untuk menunjukkan bahwa 'Paulus dipecat oleh Nero' (Paulum a Nerone dimissum) 'agar Injil Kristus dapat diberitakan juga di Barat'; tetapi 'pada tahun keempat belas pemerintahan Nero' (quarto decimo Neronis anno) 'pada hari yang sama dengan Petrus, [Paulus] dipenggal di Roma demi Kristus dan dimakamkan di jalan Ostian, tahun ketiga puluh tujuh setelah penderitaan Tuhan kita' (anno post passionem Domini tricesimo septimo).[152][153][154]
Sebuah legenda kemudian berkembang bahwa kemartirannya terjadi di Aquae Salviae, di Via Laurentina. Menurut legenda ini, setelah Paulus dipenggal, kepalanya yang terpenggal memantul tiga kali, memunculkan sumber air setiap kali menyentuh tanah. Itulah sebabnya tempat itu mendapatkan nama "San Paolo alle Tre Fontane" ("Santo Paulus di Tiga Air Mancur").[155][156] Kisah Rasul Paulus yang apokrif juga menggambarkan kemartiran dan penguburan Paulus.[157]
Remove ads
Tradisi gereja
Ringkasan
Perspektif

Berbagai penulis Kristen telah menyarankan rincian lebih lanjut tentang kehidupan Paulus:
1 Klemens, sebuah surat yang ditulis oleh uskup Roma, Clement dari Roma, sekitar tahun 90, melaporkan hal ini tentang Paulus:
Karena kecemburuan dan perselisihan, Paulus, melalui teladannya, menunjukkan pahala ketekunan. Setelah tujuh kali dipenjara, dibuang, dirajam, berkhotbah di Timur dan Barat, ia memperoleh reputasi mulia yang merupakan pahala imannya, karena telah mengajarkan kebenaran kepada seluruh dunia dan telah menjangkau hingga ke ujung Barat; dan setelah memberikan kesaksiannya di hadapan para penguasa, ia meninggalkan dunia dan pergi ke tempat kudus, karena telah ditemukan sebagai contoh ketekunan yang luar biasa.
Mengomentari bagian ini, Raymond Brown menulis bahwa meskipun "tidak secara eksplisit dikatakan" bahwa Paulus martir di Roma, "kemartiran seperti itu adalah penafsiran yang paling masuk akal".[158] Eusebius dari Kaisarea, yang menulis pada abad ke-4, menyatakan bahwa Paulus dipenggal pada masa pemerintahan Kaisar Romawi Nero.[159] Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada tahun 64 M, ketika Roma dihancurkan oleh kebakaran, atau beberapa tahun kemudian, pada tahun 67 M. Menurut salah satu tradisi, gereja San Paolo alle Tre Fontane menandai tempat eksekusi Paulus. Sebuah liturgi Hari Raya Petrus dan Paulus, yang dirayakan pada tanggal 29 Juni, memperingati kemartirannya, dan mencerminkan tradisi (yang dilestarikan oleh Eusebius) bahwa Petrus dan Paulus dimartir pada saat yang sama.[159] Kalender liturgi Romawi untuk hari berikutnya kini memperingati semua orang Kristen yang mati syahid dalam penganiayaan awal ini; sebelumnya, tanggal 30 Juni adalah hari raya Santo Paulus.[160] Orang atau ordo religius yang memiliki ketertarikan khusus kepada St. Paulus masih dapat merayakan pelindung mereka pada tanggal 30 Juni.
Kisah Rasul Paulus dan Kisah Rasul Petrus yang apokrif menunjukkan bahwa Paulus selamat dari Roma dan melakukan perjalanan lebih jauh ke barat. Beberapa orang berpendapat bahwa Paulus mungkin telah mengunjungi kembali Yunani dan Asia Kecil setelah perjalanannya ke Spanyol, dan mungkin kemudian ditangkap di Troas, lalu dibawa ke Roma dan dieksekusi.[161] Tradisi mengatakan bahwa Paulus dimakamkan bersama Santo Petrus ad Catacumbas melalui via Appia hingga dipindahkan ke tempat yang sekarang menjadi Basilika Santo Paulus di Luar Tembok di Roma. Bede, dalam Sejarah Gerejawi, menulis bahwa Paus Vitalianus pada tahun 665 memberikan relikwi Paulus (termasuk salib yang terbuat dari rantai penjaranya) dari kripta Lucina kepada Raja Oswiu dari Northumbria, Britania utara. Tengkorak Santo Paulus diklaim berada di Basilika Agung Santo Yohanes Lateran setidaknya sejak abad kesembilan, di samping tengkorak Santo Petrus.[162]
Hari Raya Pertobatan Santo Paulus dirayakan pada tanggal 25 Januari.[163]
Remove ads
Hari raya
Ringkasan
Perspektif

Katolik Roma
Martirologi Romawi memperingati Paulus dengan pesta merayakan pertobatannya pada tanggal 25 Januari.[164] Martirologi Romawi juga memperingati Paulus dan Petrus dengan upacara khidmat pada tanggal 29 Juni.[165]
Ortodoksi Timur
Gereja Ortodoks Timur memiliki beberapa hari tetap untuk memperingati Paulus:
- 7 Maret – Sinaksis Para Santo Kepulauan Dodekanisa.[166]
- 29 Juni – Rasul Petrus dan Paulus.[167]
- 30 Juni – Dua Belas Rasul.[168]
- 12 Oktober – Sinaksis Para Santo Athena.[169]
Gereja Ortodoks Timur juga memiliki sejumlah hari yang tidak tetap untuk menghormati Paulus:
Gereja Inggris
Gereja Inggris merayakan Pertobatan Santo Paulus pada tanggal 25 Januari sebagai sebuah Festival.[175] Lebih jauh lagi, bersama dengan Santo Petrus, Paulus dikenang oleh Gereja Inggris dengan sebuah Festival pada tanggal 29 Juni.[175]
Sinode Gereja Lutheran Missouri
Sinode Gereja Lutheran Missouri memiliki dua perayaan untuk Santo Paulus, yang pertama adalah pertobatannya pada tanggal 25 Januari, dan yang kedua adalah untuk Santo Petrus dan Paulus pada tanggal 29 Juni.[176]
Perlindungan
Paulus adalah santo pelindung beberapa tempat. Ia juga santo pelindung Pulau Malta, yang merayakan kedatangan Paulus ke pulau itu melalui kapal karam pada 10 Februari. Hari ini merupakan hari libur umum di pulau tersebut.[177] Paulus juga dianggap sebagai santo pelindung kota London.
Remove ads
Surat-surat Paulus
Ringkasan
Perspektif

Surat-surat Paulus merupakan alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, tetapi juga penting karena berisi uraian teologisnya. Ada 13 surat dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan Paulus sebagai penulisnya.[178] Namun, saat ini sejumlah para ahli Perjanjian Baru berdebat menentukan mana surat yang ditulis sendiri oleh Paulus (surat-surat Pauline) dan mana surat yang mengatasnamakan dirinya sebagai penulis (surat-surat Deutero-Pauline).[178] Konsensus yang sementara ini diterima di kalangan para ahli Perjanjian Baru mengenai surat-surat Paulus adalah sebagai berikut:[178]
Surat-surat Paulus
Surat-surat Deutero Paulus
Pengajaran Paulus yang nyata dalam surat-suratnya mendapat pengakuan positif dari Petrus yang menggolongkannya ke dalam tulisan-tulisan Kitab Suci, seperti tertulis dalam Surat 2 Petruspasal 3:
- "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain."[179]
Remove ads
Makam
Pada bulan Juni 2009, Paus Benediktus mengumumkan hasil penggalian makam Paulus di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Sarkofagus itu sendiri tidak terbuka, namun diuji dengan upaya penyelidikan. Dan itu menunjukkan potongan-potongan kemenyan, kain ungu dan kain biru serta fragmen tulang kecil. Tulang itu bertanggal radiokarbon abad ke-1 hingga ke-2. Menurut Vatikan, ini tampaknya mengkonfirmasi tradisi makam milik Paulus.[180]
Periode kehidupan Paulus
Ringkasan
Perspektif
Berikut adalah garis besar kehidupan Paulus, dengan mengingat bahwa pentarikhan ini bersifat perkiraan.[181]
Sumber informasi

Sumber utama informasi kehidupan Paulus berasal dari surat-suratnya, kitab Kisah Para Rasul dan Surat 2 Petrus, yang termasuk ke dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Hanya sedikit informasi mengenai masa mudanya, dan kebanyakan adalah catatan mengenai pekerjaannya. Riwayat akhir hidupnya di Roma juga tidak memiliki dokumentasi resmi.
Sumber-sumber di luar Alkitab yang menyebutkan Paulus antara lain:
- Surat kepada jemaat di Korintus (Surat 1 Klemens) tulisan Paus Klemens I (akhir abad ke-1/awal abad ke-2)
- Surat Ignatius dari Antiokhia kepada jemaat di Roma (awal abad ke-2)
- Surat Polikarpus kepada jemaat di Filipi (awal abad ke-2)
- Dokumen abad ke-2 "Kesaksian Polikarpus" (Martyrdom of Polycarp)
Lihat pula
Referensi
Pustaka tambahan
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads
