Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Jalur kereta api Anyer Kidul–Kampung Bandan

jalur kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Jalur kereta api Anyer Kidul–Kampung Bandan
Remove ads

Jalur kereta api Anyer Kidul–Kampung Bandan adalah jalur kereta api di ujung paling barat Jawa yang menghubungkan Stasiun Merak dengan Stasiun Tanah Abang. Seluruh jalur ini termasuk dalam pengelolaan KAI Commuter wilayah I Jakarta, serta dirujuk sebagai "lintas barat Jawa", bersama dengan Labuan–Rangkasbitung dan Saketi–Bayah; dalam bahasa Belanda, jalur ini secara kolektif disebut Bantamlijn (lin Banten). Jalur ini dibina oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Jakarta.[2]

Fakta Singkat Ikhtisar, Nama asli ...

Segmen Rangkasbitung–Kampung Bandan merupakan segmen yang saat ini sudah digandakan dan telah menjalani elektrifikasi untuk pelayanan KRL Commuter Line. Sampai sekarang, jalur ini tidak memiliki percabangan jalur sama sekali selain di Tonjong Baru (saat ini kondisinya nonaktif) menuju Pelabuhan Bojonegara dan Krenceng menuju Stasiun Cigading, tetapi dahulu jalur ini memiliki percabangan di beberapa tempat, antara lain di Rangkasbitung menuju Labuan dan Krenceng menuju Anyer Kidul. Anyer Kidul dahulu merupakan terminus untuk jalur ini, sebelum akhirnya dipindahkan ke Merak. Jalur ini merupakan salah satu jalur yang tidak dilintasi dan/atau dilayani kereta api antarkota manapun setelah berhenti beroperasinya kereta api Krakatau.

Awalnya, jalur kereta api ini bermula dari Stasiun Batavia BOS. Pada tahun 1923, jalur ini kemudian dibangun ke arah timur menuju Stasiun Kampung Bandan lama, kemudian membelok ke kanan dan memutar ke kiri menuju Stasiun Angke. Beberapa stasiun baru yang ditambahkan pada masa setelah kolonial Hindia Belanda adalah Stasiun Pondok Ranji, Tigaraksa, Jambu Baru, dan Tonjong Baru. Kemudian pada tahun 2023–24, ditambah lagi 3 stasiun, yaitu Stasiun Lumpang Parayasa, Jatake, dan Tigaraksa Kota Podomoro.

Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Pembangunan

Thumb
Jembatan Kereta api melintasi sungai di Banten sekitar awal abad ke-20

Sebelum dibangunnya jalur ini, Banten masih terisolasi dari Batavia. Agar mobilitas penumpang dari Batavia hingga kawasan Banten semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan Staatsspoorwegen (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah Duri hingga daerah Serang, melalui daerah Tangerang dan Cikande.[3]

Pada 15 Juli 1896, pemerintah menerbtkan Wet 15 Juli 1896 Staatssblad No. 180. guna mengizinkan SS untuk membangun jalur kereta api dari Stasiun Batavia BOS sampai Anyer ditambah dengan cabang dari Duri ke Tangerang dan dari Tanah Abang ke Weltevreden.[1] Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur yang semula melalui Cikande hingga akhirnya Serang ini akhirnya diubah menjadi melalui daerah Parung Panjang hingga ke Rangkasbitung,[3] Segmen yang terwujud ini selesai pada 1 Oktober 1899; mulanya berawal dari Batavia BOS kemudian membelok ke kiri arah Angke.[4] Trase jalur kereta api pertama yang sudah telanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang, dan diresmikan sebagai jalur kereta api Tangerang–Duri yang berstatus sebagai jalur cabang. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.[1]

Jalur kereta api dari Stasiun Rangkasbitung diteruskan pembangunannya oleh Staatsspoorwegen (SS) hingga ke daerah Serang pada 1 Juli 1900,[5] yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan Anyer Kidul pada 1 Desember 1900. Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur percabangan di Stasiun Krenceng yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi Pelabuhan Merak yang lebih dekat untuk menyebrang ke Lampung.[6][1]

Pada tanggal 12 September 1923, sehubungan dengan penataan tata ruang Batavia yang baru, segmen Angke menuju Batavia BOS (Batavia-Zuid) kemudian diubah menjadi membelok ke kanan melalui Gerbang Amsterdam, kemudian membelok lagi ke kanan menuju Stasiun Kampung Bandan lama.[1]:73 Jalur segmen Kampung Bandan–Tanah Abang sudah otomatis digandakan saat proyek berlangsung.[7]

Pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi

Thumb
Tebing tanah yang digali dan dipadatkan untuk lintasan baru
Thumb
Wilayah kerendahan yang tengah diuruk

Tragedi Bintaro 1987 di petak jalan Sudimara–Kebayoran rupanya telah memberikan ilham terhadap masa depan perkeretaapian Indonesia. Salah satu hal yang memberi pengaruh adalah terkait sejarah pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi untuk kereta api jarak jauh dan perkotaan di Pulau Jawa.

Proses elektrifikasi jalur kereta api di lintas ini dilakukan berbarengan dengan rencana pembukaan layanan baru KRL Jabotabek, yaitu Serpong Ekspres. Untuk mendukungnya, sejak 1990–1994, gardu listrik aliran atas (LAA) mulai dibangun di sepanjang lintas ini, serta jalur ganda untuk mengakomodasi volume KRL yang terus bertambah. Dengan dinyalakannya gardu LAA di Karet, Limo, dan Jurangmangu berturut-turut per 3 Juli, 3 Agustus, dan 3 Desember 1994, KRL akhirnya dapat beroperasi di jalur Tanah Abang–Serpong. Kapasitas lintas ini kemudian ditambah seiring selesainya gardu LAA di Stasiun Serpong dan Bintaro per April 1997.[8]

Peningkatan juga dilakukan oleh PT KA dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian di banyak stasiun. Stasiun Serpong yang saat ini ada, diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 4 Juli 2007 sebagai stasiun percontohan dengan arsitektur modern, bersamaan dengan peresmian dan peningkatan jalur segmen Tanah Abang–Serpong menjadi jalur ganda.[9]

Peningkatan juga dilakukan setelah peresmian Stasiun Serpong. Jalur ganda mulai diperpanjang lagi sebagai bagian dari rencana perpanjangan relasi KRL Serpong Ekspres. Stasiun Parung Panjang mulai melayani perjalanan KRL sejak 2009.[10] Pada bulan Mei 2012, jalur ganda dan perpanjangan jaringan jalur KRL menuju Maja mulai diuji coba.[11] Stasiun Maja, sejak tanggal 17 April 2013, sudah melayani KRL/Commuter Line.[12]

Sejak 2013, petak rel antara Stasiun Maja hingga Stasiun Rangkasbitung dibangun menjadi jalur ganda.[13] Pembangunan jalur ganda ini diperkirakan akan menghabiskan biaya hingga Rp765 miliar, dan diharapkan telah selesai pada 2016 sehingga dapat digunakan untuk mengoperasikan KRL Commuter Line hingga ke Rangkasbitung.[14] Pada Desember 2014, telah dilakukan proses gali uruk dan pemadatan badan jalan (formation layer) pada lintasan baru antara Stasiun Maja dan Citeras, serta pemasangan tiang-tiang LAA (listrik aliran atas) di sekitar Stasiun Rangkasbitung.

Dengan selesainya jalur ganda dan elektrifikasi Tanah Abang–Rangkasbitung, segmen ini secara eksklusif hanya dilayani KRL saja per 1 April 2017.[15]

Sehubungan dengan pengembangan lintas RangkasbitungMerak, Direktorat Jenderal Perkeretaapian akan mengganti rel dari R42 ke R54[16] serta perpanjangan elektrifikasi KRL lagi ke arah Serang.[17] Peningkatan rel tersebut sudah termasuk penggantian jenis bantalan dari besi ke beton pada segmen Rangkasbitung–Serang, sedangkan segmen Serang–Merak akan dilakukan di tahap selanjutnya.

Remove ads

Profil jalur

Informasi lebih lanjut Segmen, Jenis rel ...

Jalur terhubung

Lintas aktif

Lintas nonaktif

Layanan kereta api

Penumpang

Barang

Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Relasi perjalanan ...
Remove ads

Daftar stasiun

Ringkasan
Perspektif

Percabangan Anyer Kidul–Krenceng

Jalur sejauh sejauh 12 km ini lebih dahulu dibuka pada 20 Desember 1900 dan menjadi segmen terakhir dari jalur ini hingga pengoperasian pelabuhan dan stasiun baru di Merak. Jalur ini ditutup hingga stasiun Cigading pada 2 September 1981[18] karena perkembangan Pelabuhan Merak yang lebih terjangkau untuk menyeberang ke Lampung daripada lewat Anyer, terkhususnya setelah dibukanya Pelabuhan Bakauheni.

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...

Jalur utama

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...

Segmen lama Angke–Batavia BOS

Informasi lebih lanjut Nomor, Nama stasiun ...
Remove ads

Catatan kaki

  1. Jalur lingkar searah jarum jam melalui Manggarai dan berlawanan arah jarum jam melalui Pasar Senen

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads