Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Stasiun Probolinggo

stasiun kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Stasiun Probolinggomap
Remove ads

Stasiun Probolinggo (PB) merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Mayangan, Mayangan, Probolinggo; termasuk dalam Daerah Operasi IX Jember terletak pada ketinggian +5 meter dengan jarak 101 km sebelah tenggara dari Stasiun Surabaya Kota. Stasiun ini menghubungkan antara wilayah Banyuwangi dan Surabaya serta menjadi stasiun utama di wilayah Probolinggo.

Fakta Singkat PB07, Lokasi ...

Stasiun ini terletak di ujung utara Jalan Suroyo, yang dahulu merupakan jalan utama kota. Tepat di utara stasiun ini terdapat pelabuhan, sedangkan bangunan utama stasiun menghadap ke arah selatan, menuju arah alun-alun.[4]

Bangunan stasiun ini diapit dua tikungan besar karena untuk menjangkau pelabuhan di sebelah utara stasiun. Saat berbelok ke arah selatan (arah Stasiun Leces), sebelum perlintasan di Jalan Panglima Soedirman, terdapat bekas Stasiun Jati yang di sebelah timurnya terdapat bekas jalur trem uap yang berakhir di Paiton, yang dahulu merupakan bekas jalur Probolinggo Stoomtram Maatschappij. Jalur tersebut digunakan untuk pengangkutan hasil alam Probolinggo dan penumpang, tetapi kini sudah tak dipergunakan lagi. Dahulu juga ada percabangan ke Pelabuhan Probolinggo untuk digunakan oleh kereta pengangkut BBM PT Kertas Leces, tetapi sekarang juga sudah tidak digunakan lagi dan sebagian jalur yang melintang di jalan telah tertutup aspal.

Selepas Stasiun Jati, terdapat Halte Jorongan yang juga sudah tidak aktif karena okupansi penumpang yang minim dan jaraknya yang tidak terlalu jauh dengan Stasiun Leces.

Remove ads

Sejarah

Thumb
Tampak depan Stasiun Probolinggo sekitar tahun 1930

Pembangunan Stasiun Probolinggo diawali dari pembangunan jalur rel kereta api dari Surabaya ke Pasuruan sepanjang 63 km dan selesai dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tanggal 16 Mei 1878. Kemudian, jalur tersebut diperpanjang ke Probolinggo kira-kira sepanjang 40 km dan diresmikan tanggal 3 Mei 1884. Setelah itu, pada tahun 1895, rel kereta api disambung kembali dari Probolinggo menuju Klakah.[5]

Berdasarkan perencanaan tata ruang yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial untuk wilayah Kota Probolinggo, stasiun ini sengaja dibangun menghadap ke arah alun-alun dan pusat kota sehingga meningkatkan daya tarik. Di samping itu, stasiun ini sengaja dibangun mendekat ke arah pelabuhan karena stasiun ini juga melayani pengangkutan barang.[4] Akibatnya, proyek pembangunan jalur kereta api mengharuskan pembangunan dua tikungan tajam yang mengapit stasiun.

Remove ads

Bangunan dan tata letak

Ringkasan
Perspektif

Stasiun Probolinggo memiliki enam jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus, tetapi hanya jalur 1-3 yang digunakan untuk pemberhentian kereta api penumpang. Terdapat masing-masing satu sepur badug yang arah masuknya dari ujung barat jalur 6 dan jalur 1.

Di sebelah barat stasiun ini terdapat sub depo lokomotif yang jalur aksesnya terhubung langsung dengan jalur 5.

Sepur badug (jarang digunakan)
Jalur 6 Sepur belok untuk parkir rangkaian kereta api
Jalur 5 Sepur belok untuk parkir rangkaian kereta api
Memiliki jalur akses dari dan ke sub depo lokomotif
Jalur 4 Sepur belok untuk parkir rangkaian kereta api
Jalur 3 Kereta Api Indonesia Sepur belok kedua untuk jalur pemberhentian kereta api antarkota
Peron pulau
Jalur 2 Kereta Api Indonesia Sepur lurus sekaligus jalur utama pemberhentian kereta api antarkota
Peron pulau
Jalur 1 Kereta Api Indonesia Sepur belok utama untuk jalur pemberhentian kereta api antarkota
Sepur badug
Peron sisi
G Bangunan utama stasiun
Thumb
Papan nama Stasiun Probolinggo, 2019

Bangunan stasiun yang berdiri saat ini merupakan hasil perbaikan atau renovasi yang dilakukan oleh PT KAI pada tahun 2013-2014 seiring dengan rencana penetapan status bangunan stasiun ini sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Probolinggo pada tahun 2013. Bagian yang menjalani renovasi antara lain dinding yang dicat ulang, perbaikan atap dan kanopi (overcapping) stasiun, serta pembuatan taman dan perkerasan jalan di area parkir.[6]

Bentuk bangunan stasiun ini masih asli sepenuhnya, yaitu menggunakan gaya arsitektur Indische, yang sangat menonjolkan estetika baik eksterior maupun interior. Penggunaan bentuk lengkung serta pencahayaannya yang alami memperkuat karakteristik bangunan. Hal itu dapat dilihat dari bentuk bangunan yang tinggi dan terdapat ventilasi di atasnya. Atap stasiun berbentuk pelana, dengan tiga jenis: atap bangunan induk, peron stasiun (overcapping), dan atap bagian samping. Pintu utama stasiun memiliki bentuk yang mirip dengan Stasiun Pasuruan, yaitu jenis pintu tinggi dengan ventilasi setengah lingkaran (skala monumental), dan sedikit skala manusia yang dipadukan dengan ornamen geometris, sulur-suluran, dan garis-garis, serta menggunakan jendela krepyak yang dipengaruhi oleh gaya Art Nouveau.[7][8]

Remove ads

Layanan kereta api

Ringkasan
Perspektif

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2025 revisi per 21 Maret 2025.[9]

Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Kelas ...
Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Kelas ...
Informasi lebih lanjut Nama kereta api, Kelas ...

Galeri

Remove ads

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads