Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Jalur kereta api Kertosono–Bangil
jalur kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Jalur kereta api Kertosono–Bangil adalah jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Kertosono dan Stasiun Bangil di Jawa Timur. Jalur ini termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya pada segmen Bangil–Wlingi dan Daerah Operasi VII Madiun pada segmen Talun–Kertosono, yang mana jalur tersebut terpisah dari lintas utama. KAI Commuter mengelola seluruh stasiun kereta api yang melayani Commuter Line Dhoho dan Penataran. Jalur kereta api ini merupakan jalur percabangan dari lintas selatan Pulau Jawa di segmen Kertosono–Malang.
Jalur ini secara kolektif merupakan bagian dari jalur kantong Jawa Timur. Di jalur ini, terdapat dua terowongan buatan dalam negeri bernama Karangkates I dan II yang dibangun bersebelahan dengan Waduk Sutami pada tahun 1967–1969, tepatnya di petak jalur antara Stasiun Sumberpucung dan Stasiun Pogajih.[1] Selain itu, terdapat pula Jembatan Lahor yang merupakan jembatan terpanjang di jalur tersebut. Jalur ini dibina oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Surabaya dalam Direktorat Jenderal Perkeretaapian.[2] Seluruh jalur kereta api ini tunggal dan menggunakan persinyalan mekanik tipe Siemens & Halske semiotomatis, kecuali kedua ujung jalur yang menggunakan sinyal elektrik dan Stasiun Purwoasri yang menggunakan sistem blok elektromekanik.[3]
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Perencanaan (1869–1880)

Pada 24 Maret 1869, Menteri Kolonial Belanda, de Waal berkonsultasi dengan Kepala Eksploitasi Staatsspoorwegen Belanda, J.A. Kool dan seorang profesor dari Sekolah Politeknik Delft, N.H. Henket terkait lebar sepur yang dibutuhkan untuk jaringan rel di Hindia Belanda. Pada 20 September 1869, terbentuk rencana umum perkeretaapian yang berisi rekomendasi lebar sepur, rancangan awal untuk empat jalur, dan jalur-jalur penting yang harus dibangun, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta Hindia Belanda. Jalur Kertosono–Blitar via Kediri dan Gempol–Blitar via Malang masuk ke dalam daftar jalur kereta api penting yang direkomendasikan untuk dibangun.[4]
Seorang rekayasawan Belanda bernama David Maarschalk telah merancang rencana jalur kereta api Sidoarjo–Solo beserta percabangan dari Kertosono menuju Blitar melalui Kediri. Rancangan tersebut kemudian dikirimkan melalui pemerintah kepada kementerian.[4] Usulan tersebut kemudian mulai didiskusikan pada 14 Mei 1878 dan persetujuannya diundangkan dalam Staatsblad Nomor 93 yang terbit pada 6 Juli 1878.[4] Maarschalk pensiun pada 15 November 1880, sebelum segmen pertama di lintas Kertosono–Blitar selesai, dan digantikan oleh H.G. Derx.[4]
Pembangunan segmen Bangil–Malang (1878–1879)
Jalur kereta api lintas Bangil–Malang merupakan segmen pertama dari jalur kereta api ini. Segmen tersebut merupakan bagian dari program pembangunan jalur kereta api baru Surabaya–Pasuruan–Malang. Pembangunan segmen tersebut dipimpin Maarschalk dengan "durasi pengerjaan yang masuk akal dan tanpa pembengkakan biaya." Segmen Bangil–Sengon selesai dibangun pada 1 November 1878, kurang dari enam bulan setelah selesainya segmen Surabaya–Pasuruan. Segmen Sengon–Lawang menyusul dioperasikan pada 1 Mei 1879. Segmen terakhir yang dioperasikan ialah Lawang–Malang, yakni pada 20 Juli 1879.[4]
Pembangunan segmen Kertosono–Blitar (1881–1884)
Pembangunan lintas Kertosono–Blitar dan dibagi menjadi tiga tahapan segmen, yakni:
- Segmen Kertosono–Kediri
- Segmen Kediri–Tulungagung
- Segmen Tulungagung–Blitar
Tiap segmen dibangun dengan durasi yang relatif singkat. Pembangunan untuk segmen pertama, Kertosono–Kediri, selesai pada 13 Agustus 1881.
Pembukaan segmen Kertosono–Kediri dirayakan dengan meriah. Kereta api pertama menuju Kediri, "disaksikan oleh penonton yang memadati peron stasiun," berangkat dari Surabaya menuju Kertosono. Rangkaian kereta api tersebut mendapat tambahan kereta di Kertosono, hingga lokomotif uap yang digunakannya kesulitan untuk menarik rangkaian.[5]
Kereta api kemudian melewati Stasiun Purwoasri, Papar, Minggiran, dan Susuhan yang masih dalam kondisi belum dicat, belum memiliki petugas, dan belum dipasangi tiang telegraf. Hal ini karena manajemen SS ingin membuka jalur secepat mungkin. Kereta api sampai di Stasiun Kediri disambut dengan gamelan, sorakan warga, dan sambutan dari pejabat setempat.[5]
Segmen Kediri–Tulungagung selesai dan diresmikan pada 2 Juni 1883. Sama seperti peresmian segmen sebelumnya, peresmian segmen ini dilakukan dengan cukup meriah. Tembakan artileri dan senapan menyambut kedatangan kereta api pertama yang melintasi jalur tersebut di Kediri.[6] Rangkaian kereta api, terdiri dari 30 kereta yang ditarik oleh 2 lokomotif, digunakan untuk mengangkut 2000 penumpang, baik dari undangan maupun warga lokal, sebagai perjalanan kereta api pertama menuju Tulungagung. Sesampainya di Tulungagung, para penumpang disuguhkan sampanye dingin, perayaan rampokan macan dengan lima harimau, serta pertunjukan musik dengan grup musik dari Pasuruan dan Malang.[7] Jalur baru dibuka untuk umum keesokan harinya, pada 3 Juni 1883.[8]
Segmen terakhir, Tulungagung–Blitar selesai pada 16 Juni 1884.[4]
Pembangunan segmen Malang–Blitar (1896–1897)
Pada 1893, pemerintah memerintahkan pembangunan jalur kereta api untuk menghubungkan Malang dan Blitar. Segmen Malang–Kepanjen selesai dibangun pada 5 Januari 1896, disusul oleh segmen Blitar–Wlingi lima hari kemudian pada 10 Januari 1896. Jalur antara Blitar dan Malang resmi terhubung pada 30 Januari 1897 dengan selesainya pembangunan segmen Wlingi–Kepanjen.[4]
Perkembangan pascakemerdekaan
Pada akhir tahun 1961, dilakukan pengerjaan Bendungan Karangkates untuk keperluan pembangkit listrik, pengendalian banjir, dan irigasi. Area waduk dari bendungan tersebut direncanakan menggenangi jalur kereta api antara Sumberpucung dan Pogajih. Oleh karena itu, pemerintah harus merelokasi trase jalur kereta api ke utara bendungan. Trase baru ini memerlukan dua terowongan.[9]
Pembuatan terowongan baru dimulai pada Februari 1965. Namun karena kendala biaya, proyek terhenti dan baru dilanjutkan pada 1967. Relokasi jalur kereta api beserta kedua terowongannya diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik serta Menteri Perhubungan pada 1 April 1970 dengan nama Terowongan Eka Bakti Karya dan Dwi Bakti Karya.[9] Nama kedua terowongan tersebut kemudian diubah menjadi Karangkates I dan Karangkates II.
Remove ads
Profil jalur
Jalur terhubung
Lintas aktif
Lintas nonaktif
Layanan kereta api
Penumpang
Antarkota
Aglomerasi
Lokal (Commuter Line)
Barang
Remove ads
Daftar stasiun
Ringkasan
Perspektif
Remove ads
Galeri
- Sebuah Lokomotif tipe C melintas di atas Sungai Tengger.
- Sebuah lokomotif uap melintasi Jembatan Kali Bambang pada tahun 1910.
- Jembatan Kali Lekso
- Sebuah kereta melintas di atas Kali Jali.
- Pembangunan jembatan kereta api di Sengon.
- Pembangunan jembatan kereta di lintas Blitar-Malang
- Jembatan kali Metro
- Jembatan kali Metro
- Pembangunan jembatan kali Metro.
- Pembangunan jembatan kali Metro
- Tampak dari kejauhan adalah pembangunan jembatan kali Metro
- Proses pembangunan jalur kereta api lintas Blitar-Malang
- Jembatan Lahor
- Fondasi jembatan setinggi 36 meter.
- Militer berpose di atas Jembatan Kali Metro
- Tikungan rel kereta api di jalur ini.
Remove ads
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads